Cek Fakta: Jutaan Rokok Sampoerna Terpapar COVID-19 Beredar di Masyarakat

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 02 May 2020

Cek Fakta: Jutaan Rokok Sampoerna Terpapar COVID-19 Beredar di Masyarakat

Ilustrasi rokok - Image from islamidia.com

2 Buruh rokok sampoerna meninggal positif corona

Perokok Sampoerna saat ini agaknya sedang dilanda khawatir.

Bagaimana tidak, muncul desas-desus bahwa rokok ini terpapar virus corona, mengingat ada pekerja Sampoerna yang positif Covid-19. Hingga timbul korban jiwa, beredar info bahwa jutaan rokok telah terpapar corona, jangan mudah percaya dulu, berikut penjelasan faktanya.

Beredar kabar bahwa jutaan rokok Sampoerna terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19, kabar ini pun beredar di masyarakat setelah ada pekerja di pabriknya yang positif terinfeksi COVID-19.

Kabar itu diunggah akun Facebook Hansen Latuconsina, pada 30 April 2020.

Berikut isinya:

Jutaan Produksi Rokok Yang Terpapar Covid-19 Beredar Luas Di Masyarakat

Setelah sebelumnya 3 pabrik rokok besar terpapar Virus Corona, kini pabrik rokok Sampoerna terinfeksi Covid-19.

Ambisi China untuk menebar Covid-19 di Indonesia dilakukan dengan segala cara.Bukan hanya dari masuknya jutaan WNA China, namun berbagai produk yang berasal dari pabrik-pabrik milik Konglomerasi China pun menjadi sarana penebar senjata biologis mematikan tersebut.

Lalu benarkah jutaan rokok Sampoerna terpapar virus COVID-19 beredar luas di masyarakat? Berikut faktanya seperti yang dilansir dari laman Liputan6.com.

Baca Juga: Sering Diajak Ibu Dagang ke Pasar, Bayi 1 Tahun di Malang Positif Corona

Penelusuran fakta

Penelusuran pertama terkait klaim jutaan rokok Sampoerna terpapar virus corona baru (COVID-19) beredar di masyarakat, dapat dilakukan dengan mengunjungi tautan artikel yang tercantum dalam klaim.

Tautan tersebut merupakan artikel dengan judul “Kompleks Pabrik Sampoerna Terinfeksi Covid-19 Ditutup, 500 Karyawan Diliburkan” yang dimuat dalam situs suarasurabaya.net, pada 29 April 2020.

Berikut isinya:

Salah satu kompleks Pabrik PT HM Sampoerna Tbk di kawasan Rungkut, Surabaya, ditutup setelah dua orang karyawan meninggal terjangkit Covid-19. Kurang lebih 500 karyawan diliburkan.

Joni Wahyuhadi Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim menyebutkan hasil koordinasinya dengan pimpinan PT Sampoerna, di Gedung Negara Grahadi, Rabu (29/4/2020) malam.

“Tracing sedang berjalan. Kira-kira ada 500 orang di Pabrik itu (yang berpotensi tertular). Manajemen sudah menutup sementara kompleks itu. Ya, karyawannya juga diliburkan,” ujarnya.

Sebelumnya, Dokter Joni membenarkan ada dua orang karyawan PT HM Sampoerna Tbk Rungkut meninggal pada 18 April lalu. Keduanya, berdasarkan hasil tes PCR, terjangkit Covid-19.

Tim Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim menindaklanjuti temuan itu dan sudah menetapkan sembilan orang karyawan di kompleks pabrik itu sebagai pasien dalam pengawasan (PDP).

“Sembilan orang ini sudah menjalani perawatan di rumah sakit,” katanya.

Saat itu juga, tenaga medis mengambil sampel swab terhadap 163 orang karyawan lainnya untuk diperiksa dengan metode PCR di laboratorium. Hasilnya diperkirakan keluar satu dua hari mendatang.

Tim tracing juga sudah menjalankan rapid test (tes cepat Covid-19) terhadap 323 orang karyawan lain di pabrik itu. Hasilnya, 100 orang di antaranya reaktif atau positif rapid test.

“Tadi malam (Selasa 28 April) jumlah yang dilaporkan 63 orang yang positif rapid test, sore ini (Rabu) ada tambahan menjadi 100 orang. Semuanya sudah diisolasi di hotel yang disediakan perusahaan,” ujarnya.

Belum diketahui dari mana dua orang karyawan PT HM Sampoerna Tbk yang meninggal itu tertular virus SARS CoV-2. “Ini sedang di-tracing lebih lanjut,” kata Joni.

Perlu di garis bawahi, dalam artikel tersebut, tidak ada satupun kalimat yang menyatakan jutaan rokok Sampoerna terpapar COVID-19 beredar di masyarakat.

Baca Juga: 5 Pegawai KPK Menyusup di Gugus Tugas Covid-19, Siapa yang Mereka Awasi?

Klarifikasi pihak Sampoerna

Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita menyatakan, pihak Sampoerna telah melakukan karantina produk selama lima hari sebelum akhirnya didistribusikan ke konsumen dewasa.

Karantina tersebut bahkan dua hari lebih lama dari batas atas stabilitas lingkungan COVID-19 yang disarankan oleh European Centre for Disease Prevention and Control (European CDC) dan World Health Organization (WHO). 

Yakni, COVID-19 bisa bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.

“Selain mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menjalankan protokol kesehatan, Sampoerna telah memastikan bahwa kualitas produk merupakan prioritas perusahaan,” ujar Elvira melansir Liputan6.com.

Menurutnya, sejak pemerintah melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di pertengahan bulan Maret 2020, pabrlk Sampoerna telah melakukan berbagai upaya yang sesuai dengan anjuran Pemerintah Indonesia dan juga WHO.

Beberapa langkah yang diambil dan dilakukan bagi karyawan produksi adalah sebagai berikut:

  • Membatasi akses ke fasilitas produksi.
  • Melakukan pengecekan suhu temperatur tubuh saat memasuki area kantor produksi.
  • Meningkatkan protokol tindakan kebersihan dan sanitasi.
  • Menyediakan masker dan hand sanitizer.
  • Memberikan informasi yang menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri.
  • Menerapkan aturan physical-distancing di seluruh area dan juga fasilitas produksi, seperti kantin, tempat beribadah, dan area berkumpul lainnya.

“Hal ini juga diterapkan di alat transportasi karyawan yang disediakan oleh perusahaan,” tutur Elvira.

Baca Juga: Benarkah Indonesia Sudah Memasuki Puncak Covid-19?

Kesimpulan

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa klaim jutaan rokok Sampoerna terpapar COVID-19 beredar di masyarkat tidak terbukti.

Pihak Sampoerna telah melakukan karantina produk selama lima hari sebelum akhirnya produk rokok didistribusikan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Artikel yang dicantumkan pada klaim juga tidak menyebutkan adanya jutaan rokok Sampoerna terpapar COVID-19 beredar di masyarakat.

Demikian penjelasan ini, sebaiknya jangan mudah percaya berita yang beredar di masyarakat, sebelum benar-benar ada faktanya.

SHARE ARTIKEL