Teguran Allah SWT pada Nabi Musa yang Minta Sembuh tapi Tak Mau Minum Obat

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 31 Dec 2020

Teguran Allah SWT pada Nabi Musa yang Minta Sembuh tapi Tak Mau Minum Obat

Ilustrasi nabi musa - Image from muslim.okezone.com

Berpangku tangan menanti pertolongan Allah SWT

Nabi Musa mewujudkan tawakkal dengan menunggu bantuan Allah SWT saat sedang sakit. Bahkan ia enggan minum obat apapun sampai Allah SWT yang menyembuhkannya. Ini jawaban dan teguran Allah pada Nabi Musa as.

Setiap manusia akan diberi ujian oleh Allah SWT semasa hidup di dunia. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam firman-Nya, 

Ujian diberikan dalam berbagai bentuk, mulai dari ujian miskin, kaya, gagal, berhasil, sehat, sakit dan lainnya. 

Ujian sakit tidak hanya diberikan pada manusia biasa, namun juga pada para nabi Allah SWT. Salah satu nabi yang pernah mendapat ujian sakit adalah Nabi Musa AS.

Pada saat beliau sakit, Allah SWT memintanya untuk bertawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Lantas, seperti apa tawakal yang dimaksud? 

Dikisahkan, kala Nabi Musa tertimpa suatu penyakit, orang-orang Bani Israil menjenguknya. 



Tawakkal Nabi Musa yang Ditegur Allah 

Saat mereka mengetahui jenis penyakit yang diderita Nabi Musa, mereka menyarankannya untuk meminum obat tertentu supaya lekas sembuh. 

Menanggapi saran tersebut, Nabi Musa menjawab, "Saya tidak akan minum sampai Allah SWT menyembuhkan penyakit saya tanpa meminum obat." 

Hal ini sebagaimana yang dikisahkan dalam buku berjudul "365 Kisah Teladan Islam" karya Ariany Syurfah. 

Alhasil, penyakit Nabi Musa tak kunjung sembuh karena dia enggan minum obat. Hingga kemudian, Allah menurunkan wahyu kepadanya. 

"Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyembuhkanmu sampai engkau mengobati dirimu sendiri dengan obat yang mereka sebutkan."

Lalu, Nabi Musa berkata kepada orang-orang Bani Israil agar mengobatinya dengan obat yang pernah mereka sarankan. Lalu, mereka segera mengobatinya dan Nabi Musa pun bisa sembuh. 

Nabi Musa sempat tidak terima dan protes atas tanggapan Allah SWT. Namun, Allah kemudian berfirman lagi. 

"Apakah dengan tawakalmu (penyerahan dirimu) itu engkau hendak menghancurkan kebijakan-Ku? Adakah selain-Ku yang mampu memberikan manfaat pada obat, tumbuh-tumbuhan, dan berbagai benda lainnya?" 

Oleh sebab itu, dari kisah ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa tawakkal atau penyerahan diri kepada Allah SWT harus disertai dengan usaha yang nyata. 

Sebab, Islam memerintahkan supaya tidak pernah melupakan kewajiban untuk berusaha atau ikhtiar. Sebab Allah SWT telah menyediakan obat untuk setiap penyakit. 

Ikhtiar Harus Diikuti dengan Doa 

Syekh Nawawi al-Bantani mengisahkan dalam kitab Fathul Majid, bahwa suatu hari, Nabi Musa mengadukan sakit gigi yang dideritanya kepada Allah SWT. 

Lalu, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu daerah. 

"Letakan rumput itu ke gigimu yang nyeri," seru Allah. 

Setelah mengikuti perintah Allah, sakit gigi beliau pun lambat laun reda dan akhirnya sembuh. 

Setelah beberapa waktu berlalu, ia mengalami sakit gigi lagi. Tanpa mengadu kepada Allah terlebih dahulu, Nabi Musa langsung menuju padang rumput yang pernah didatanginya itu untuk mengambil rumput. 

Dia lantas mengobati giginya sebagaimana yang pernah ia lakukan. Namun, bukannya sembuh, sakit giginya justru semakin parah. 

Kemudian, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT.

"Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkan kepadaku untuk ini?” tanya Nabi Musa.

Allah kemudian menjawab, "Aku-lah penyembuh. Aku-lah pemberi kebaikan. Aku-lah yang mendatangkan mudharat dan Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, kau mendatangi-Ku dan karenanya Aku sembuhkan penyakitmu. Tetapi, kali ini kau langsung mendatangi rumput itu, bukan mendatangi-Ku."

Hikmah dari Tawakkal 

Dari kisah ini bisa dipetik hikmah yang mendalam. 

Saat kita menghadapi ujian dari Allah SWT, bukan hanya sakit, tapi juga kegagalan, kemiskinan, kekecewaan dan lainnya, bangun dan berikhtiarlah untuk menghadapi itu semua.

Jangan berpangku tangan dengan bantuan Allah SWT, sebab Allah SWT sudah memberikan sunnatullah (hukum Allah) yang luar biasa dalam penciptaan alam semesta ini. 

Selain itu, manusia juga sudah diberikan akal dan segala potensi yang bisa digunakan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dimilikinya. 

Saat sakit maka solusinya adalah berobat. Saat miskin maka solusinya adalah bekerja mencari nafkah. 

Saat gagal maka solusinya adalah evaluasi. Saat kecewa maka solusinya adalah introspeksi dan jadikan pembelajaran hidup.

Namun ingat, untuk tidak berpangku pada ikhtiar semata, melainkan juga berdoa dan meminta apapun kepada Allah SWT, agar kita selalu dirahmati dan dilindungi oleh Allah SWT.

SHARE ARTIKEL