Masyaallah, Awalnya Tak Suka Islam Wanita ini kini Jadi Muallaf Setelah Pelajari AlKitab

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 14 Aug 2020

Masyaallah, Awalnya Tak Suka Islam Wanita ini kini Jadi Muallaf Setelah Pelajari AlKitab

Natalia Iriani - Image from republika.co.id

Hidayah bisa datang dari mana saja 

Tak pernah menonton ceramah Islam, membaca Al Quran, dan bahkan mulanya tak menyukai Islam sama sekali. Namun Allah SWT berikan rahmat untuknya hingga hidayah sehingga memutuskan masuk Islam. Begini kisah lengkapnya. 

Natalia Iriani, perempuan asal Malang Jawa Timur ini mengisahkan kegelisahan hatinya saat dia berusaha mencari kebenaran dari kitab suci yang selama ini diyakininya. 

"Dulu saya masuk Islam bukan karena Alquran, tetapi karena Alkitab. Saya enggak pernah baca buku tentang Islam juga, enggak pernah nonton acara-acara Islam atau ceramah-ceramah ustadz, apalagi tentang perbandingan agama. Itu enggak pernah belajar,” ujar dia diambil dari video di Youtube Republika.co.id.

Mulanya Tak Menyukai Islam

Natalia bahkan mengaku awalnya ia tak menyukai Islam. Bahkan mendengar adzan saja membuat hatinya terasa kurang nyaman. Dia akan langsung mematikan televisi saat menjumpai tayangan adzan atau ceramah keagamaan Islam. 

Dahulu, Natalia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Orang tuanya juga cenderung menyetujui pendapat bahwa Islam bukan agama yang benar. 

"Bahkan, keluarga juga wantiwanti saya untuk jangan jadi seperti kakak saya yang dekat dengan orang Islam, menikah, dan menjadi mualaf," ujar dia. 

Namun tak disangka, saat Natalia semakin mendalami kitab suci agamanya yang dulu, dia justru menemukan hal yang membuatnya tercengang, yakni Tuhan ternyata Esa.  Ia juga bukanlah seorang yang tak paham dengan agamanya di masa lalu. 

Titik Awal Keraguan 

Dulu, ibunya adalah seorang Muslimah pun ikut memeluk agama sang ayah. Namun, Natalia tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Semakin dia mempelajari kitab suci agamanya yang dulu, semakin dia merasa ragu terhadap apa yang diajarkan orang-orang selama ini. 

Natalia sebenarnya telah merasakan keraguan batin tentang kepercayaan yang dipeluknya tersebut. Krisis itu dialaminya sejak duduk di bangku sekolah.

Dahulu, Natalia sangat menggemari kisah-kisah tentang Nabi Isa. Akan tetapi, semakin dia mendalami cerita tentang nabi berjuluk al-Masih itu, semakin membuatnya ragu dengan agamanya kala itu. 

Ketika itu, Natalia memiliki beberapa teman Muslim. Dia telah memahami bahwa Tuhan dalam kitab sucinya dan Tuhan dalam Islam memiliki nama yang sama, yaitu Allah. Hanya saja, cara melafalkannya saja yang berbeda.

Natalia tidak berhenti mencari jawaban atas keraguannya tersebut. Dia kemudian melakukan penelitian dengan menguji apakah ajaran pendeta sesuai dengan kitab suci. 

Namun, dari semua pendeta yang ditemuinya, tidak ada yang membenarkan pernyataan dalam kitab suci bahwa Isa hanyalah utusan Tuhan. 

Prinsip yang Dipegang Natalia 

Natalia berprinsip bahwa agama itu benar jika isi kitab sucinya benar, sebab kitab suci berasal dari Tuhan. Jika isi kitab suci saling bertentangan dan salah, ada kemungkinan kitab tersebut sudah diubah melalui campur tangan manusia. 

"Kedua setiap ayat Alquran itu saling mendukung dan tidak boleh bertentangan. Misalnya, di satu ayat tentang melarang sesuatu, kemudian di ayat selanjutnya jangan sampai membolehkan sesuatu yang dilarang sebelumnya," ujar dia. 

Kemudian, dia bersahabat dengan teman Muslim lainnya. Saking dekatnya, dia sering berdiskusi mengenai kitab agama masing-masing. 

Hal ini juga yang membuatnya lebih mengenal dan mendalami Bibel dan Alquran. Ternyata benar, ada 12 ayat yang ditemukannya di Bibel saling bertolak belakang. Namun, hal ini dianggap waktu itu masih masih wajar. 

Sebab, perbedaan latar belakang, waktu, bahasa dan tempat penulisan diakui berbeda. Namun hal tersebut tidak langsung menghilangkan keraguannya. 

Dia yakin betul, seharusnya kitab suci meski dengan latar belakang tempat, bahasa, dan waktu penulisan yang berbeda berisikan hal yang tidak saling bertentangan. Sebab ia meyakini bahwa sumbernya tetaplah satu yakni firman Tuhan. 

Dari sanalah, dia tidak hanya mulai meragukan ajaran pendeta, tapi juga mulai merenungkan kembali ihwal kebenaran pada isi kitab sucinya. Untuk itu, Natalia pada saat itu terus mencoba untuk meneliti isi dari kitab suci. 

Berdoa pada Tuhan Semesta Alam

"Sampai-sampai saya menangis dan berdoa untuk menemukan kebenaran dan meyakini Tuhan itu satu, yakni Tuhan semesta alam yang harus disembah. Namun saat itu saya bingung Tuhan mana yang harus saya sembah, apakah Tuhan yang saya sembah itu sudah benar atau menyembah Tuhan yang salah?" tutur dia. 

Saat itu dia berdoa meminta ampun kepada Tuhan atas keraguannya. Kemudian dia meminta petunjuk kepada Tuhan. Setelah berdoa, anehnya ayahnya kemudian menunjukkan ayat kitab suci yang menunjukkan Isa adalah Tuhan, dan sedikit keraguannya sirna.

Mengungkap Peran Nabi Isa 

Beberapa hari kemudian, Natalia mendiskusikan temuannya itu bersama dengan kawannya yang Muslim. Dia lantas mendapatkan pertanyaan kembali. Apakah kitab aslinya menyebutkan hal yang sama? 

Setelah dia mencari di kitab suci yang sama, tetapi dengan bahasa aslinya, ternyata Nabi Isa ditegaskan tidaklah mengaku dirinya sebagai Tuhan. 

Sosok al-Masih menegaskan dirinya sebagai guru dan bapak (junjungan), yang dalam bahasa Ibrani disebut sebagai kurios.

Akhirnya, hatinya mulai mantap dan ia telah menyadari betul kebenaran datang dari Islam yang secara tegas menyatakan Nabi Isa AS hanyalah utusan-Nya. Dan tidak pernah mengakuinya sebagai tuhan. 

Percaya bahwa Nabi Isa adalah Utusan Allah SWT

Dengan penuh kesadaran, Natalia menerima ini sebagai fakta, dan langkah awal baginya untuk menemukan pijakan yang lebih kuat. 

Kepada kawannya, perempuan itu memutuskan ingin menjadi seorang Muslim. Betapa gembira temannya itu saat mendengarkan keinginan Natalia. Natalia juga mengungkapkan bahwa tidak ada satu pun ayat dalam kitab sucinya dahulu yang menyebutkan Nabi Isa AS sebagai Tuhan. 

Padahal, lagi-lagi dirinya berkata gamblang, kitab suci seharusnya 100 persen benar, tidak saling kontra diktif dalam isinya. Untuk itulah, lanjut Natalia, dirinya mengakui kebenaran Al-Quran. Dan, dia ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.

Hari yang bersejarah dalam kehidupannya terjadi pada 7 Oktober 2016. Dengan ditemani kawannya, dia mendatangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Malang Jawa Timur. 

Di hadapan para ustadz dan ulama setempat, Natalia menyatakan ingin memeluk Islam. Mereka pun membimbingnya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. 

Sesudah itu, hati Natalia bagaikan lepas dari beban berat. Dia merasa lega dan sangat bersyukur atas hidayah yang diberikan oleh Allah SWT. 

Semoga Natalia diberikan keteguhan dan keistiqomahan dalam meyakini ajaran barunya, Islam rahmatan lil alamin.

SHARE ARTIKEL