Tanggung Jawab Berat Laki-laki Setelah Ijab Qabul

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 08 Apr 2020

Tanggung Jawab Berat Laki-laki Setelah Ijab Qabul

Beratnya tanggungan suami setelah ijab qabul - Image from wajibbaca.com

Alhamdulillah, sah!

Eits, nanti dulu. Kehidupan pernikahan yang sesungguhnya baru Anda mulai. Tahukah Anda, tanggung jawab seorang suami tidak semudah mengucapkan ijab qabul saja lho?

Karena baik di dunia maupun di akhirat, suami bertanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh istri dan anak-anaknya.

Siapa yang tidak tahu kalimat yang diucapkan ketika Ijab Qobul? Sudah pasti semua mengetahuinya.

Ijab Qabul berbunyi seperti ini "Saya terima nikahnya si fulana binti fulan dengan Mas Kawinnya …"

Namun, tahukah Anda, apa sebenarnya makna dari Ijab Qabul itu? Maknanya adalah "Maka aku tanggung dosa-dosanya si fulana dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si fulana, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku".

Nah, saat ijab qabul itu diucapkan, maka tanggung jawab suami adalah terhadap istrinya. Segala yang dilakukan istri, maka suami wajib mengetahui.

Bahkan saat sang istri tidak melaksanakan shalat, maka suami yang ikut dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Beda halnya saat suami tidak shalat, maka sang istri tidak ikut bertanggung jawab kelak di pengadilan Allah SWT. 

Dalam hal ini bukanlah karena dosa istri ditanggung oleh suami, akan tetapi karena suami bertanggung jawab akan akhlak istrinya. Wajib mendidik sang istri menjadi wanita yang taat pada aturan Allah Ta'ala.

Suami wajib mengingatkan istri saat istri melakukan kesalahan dalam syariat atau kesalahan yang merugikan orang lain.

Jadi, dosa suami adalah saat ia lalai mengingatkan istri dalam menjalankan perintah Allah.

Tidak mengingatkan istri dalam menjauhi larangan Allah atau tidak mendidik istri dengan benar dalam hal Agama.

Oleh karena itu, Allah Ta'ala memerintahkan suami untuk menjaga keluarganya, sebab suami bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya.

Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6).

Baca Juga: Anak Nakal, Suami Jangan Hanya Salahkan Istri

Apabila suami berhasil, maka janji Allah SWT adalah surga dimana banyak bidadari disana, salah satu bidadari tersebut adalah istrinya yang sholehah.

Allah SWT akan mengumpulkan seluruh keluarganya di surga dengan catatan keluarganya beriman dan sholeh.

Lalu bagaimana jika suami gagal dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya? Hal tersebut sesuai hadits berikut,

"Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku." (HR. Muslim)

Baca Juga: Tugas Istri itu Lebih Berat dari Suami

Hak dan kewajiban pasangan suami istri

Begitu beratnya pengorbanan suami terhadap istri mulai saat Ijab Qabul terucap, karena saat itulah dimulai perjanjian seorang manusia dihadapan Allah SWT, disaksikan seluruh malaikat dan manusia.

Maka, saat itulah seluruh hidup istri dan anak-anaknya akan menjadi tanggung jawab suami, dan suami wajib mengingatkan dan membimbing istrinya

Dalam rumah tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajibannya masing-masing.

Suami memiliki kewajiban yang berat dalam menjaga istri dan anak-anaknya dalam urusan dunia dan akhirat, menafkahi kebutuhan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.

Hal tersebut harus dijalankan sebagaimana mestinya, jika diimbangi ketaatan seorang istri terhadap suaminya.

Istri yang taat akan mentaati semua kewajibannya, mentaati suaminya sesuai dengan syariat agama.

Hak seorang suami di atas hak siapapun setelah hak Allah SWT dan Rosul-Nya, termasuk hak kedua orang tua.

Adapun ganjaran bagi seorang suami berhasil menjalankan semua janji yang diucapkannya saat Ijab Qobul adalah surga, maka tidak ada bedanya dengan ganjaran seorang istri yang taat pada perintah suaminya, yaitu surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

"Jika seorang wanita melaksanakan sholat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki." (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Oleh sebab itu, sebaiknya seorang suami mengetahui hak dan kewajibannya sebagai seorang suami, mengetahui makna dibalik ucapan Ijab saat akad nikah, agar bisa mengerti betapa berat tanggung jawabnya setelah pengucapan Ijab tersebut.

Begitu pula dengan seorang istri, harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai seorang istri dan seorang ibu bagi anak-anaknya, mengetahui makna dibalik Ijab yang diucapkan suami ketika akad nikah, sehingga mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang merugikan, sehingga dapat meringankan langkah suaminya menuju surga yang Allah Ta'ala janjikan.

Oleh karena itu, wajib bagi suami untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam, dan mengajarkan serta mengajak istrinya untuk lebih mendekatkan diri kepada sang Khalik.

Wajib bagi suami untuk memahami tugasnya sebagai pemimpin rumah tangga yang harus mendidik istrinya seperti Rasulullah mendidik istri-istrinya dengan penuh kasih, kesabaran, dan pengertian.

Wajib pula baginya untuk mendidik anak-anaknya agar kelak berakhlak mulia. Menjadi tentara tangguh Allah yang berjuang tak kenal lelah membela Agamanya. 

Baca Juga: Suami Harus Peka, Istri Juga Ingin `Nikmat`

Seseorang tak akan menanggung dosa orang lain

Dosa suami hanyalah ketika ia tidak mendidik, mengingatkan dan memperingatkan istri.

Apabila hal itu telah dilakukan, maka ketika istri tetap saja bermaksiat dan tidak mematuhi suaminya, maka dosa itu tetap ditanggung oleh si istri itu sendiri.

Begitupun istri yang wajib dipatuhinya hanya perintah suami yang sesuai syari'at. Adapun perintah yang syubhat tidak wajib dilaksanakan.

Bahkan si istri pun harus cerdas membedakan mana komando suami yang sesuai syariat, mana yang syubhat, dan mana yang bahkan melanggar syari'at.

Untuk itu, baik suami maupun istri hendaknya saling mengingatkan dalam hal agama, dan saling berbagi pengetahuan.

Akan lebih baik lagi jika di dalam sebuah keluarga terdapat waktu khusus bersama untuk mengkaji ilmu agama Islam.

Mengadakan majlis taklim keluarga merupakan salah satu ciri keluarga idaman yang Insya Allah akan membawa lebih banyak keberkahan memperkuat sakinah, mawaddah dan warohmah, bukan hanya bagi suami dan istri saja, melainkan juga bagi anak anak yang akan menjadi penyejuk mata. 

Maka kata ijab kabul bermakna "aku terima tanggung jawab untuk mendidik, mengingatkan, dan memperingatkan dalam menuju agama Allah" jika itu tidak dilakukan, maka dosa suami pun ikut mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah dan begitu pula dengan calon anak-anak kelak yang berada dibawah komandan seorang lelaki dengan gelar suami. 

Bagi para istri teruslah belajar agama Allah meski tak harus diajarkan oleh sang suami. Ilmu agama bisa didapat melalui banyak media seperti halnya mendatangi majelis taklim, membaca buku, atau sekedar menonton acara dakwah di televisi.

Wallahua'lam bishawab.

SHARE ARTIKEL