Hal yang Selalu Dilupakan Suami Istri, Padahal Bikin Rumah Tangga Awet

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 13 Apr 2020

Hal yang Selalu Dilupakan Suami Istri, Padahal Bikin Rumah Tangga Awet

Ada saatnya hubungan rumah tangga terasa membosankan - Image from www.medcom.id

Kok rumah tanggaku gini-gini aja, ya?

Padahal kewajiban dan hak sudah dilakukan sedemikian rupa. Nah, kemungkinan Anda melupakan satu hal ini. Jadi menyebabkan rumah tangga kurang harmonis. Apa itu?

Suami memanglah wajib memberi nafkah kepada istri, pun istri juga memiliki kewajiban mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan kebutuhan suami.

Meskipun sudah melakukan hal diatas, pastilah ada satu momen dimana kehidupan rumah tangga terkesan monoton atau begitu-begitu saja.

Ada yang dilupakan disini, yaitu saling memuji satu sama lain. Istri lupa memuji suami dan suami juga lupa memuji istrinya.  

Tak hanya kata-kata belaka, pujian seperti ini mampu membangkitkan hubungan rumah tangga yang mungkin makin redup.

Pujian pada istri merupakan bagian dari berbuat ma'ruf yang diperintahkan dalam ayat berikut: 

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri kalian) dengan baik.” (QS. An Nisa’: 19).

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (QS. Al Baqarah: 228).

Baca Juga: Sudah Menikah Lama Tapi Kok Nggak Kaya-kaya?

Pujian pada istri adalah tanda baiknya seorang suami padanya. Apalagi melihat perjuangan istri di rumah yang tidak mudah, mulai dari mendidik anak, mengurus berbagai urusan rumah tangga, hingga memperhatikan kebutuhan suami.

Dari ‘Aisyah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang yang paling berbuat baik pada keluargaku” (HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata terkait surat An Nisa’ ayat 19 di atas,

“Berkatalah yang baik kepada istri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri. Berbuat baiklah sebagai engkau suka jika istri kalian bertingkah laku demikian.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3: 400)

Baca Juga: Tips Melayani Suami Layaknya Seperti Masih Gadis

Berbuat ma’ruf adalah kalimat yang sifatnya umum, tercakup di dalamnya semua hak istri.

Kita ambil contoh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sang istri tercinta dengan panggilan Humaira, yang artinya wahai yang pipinya kemerah-merahan. Karena putihnya kulit ‘Aisyah, pipinya jadi biasa nampak kemerah-merahan.

Dari ‘Aisyah, ia berkata,

دَخَلَ الحَبَشَةُ المسْجِدَ يَلْعَبُوْنَ فَقَالَ لِي يَا حُمَيْرَاء أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي

Artinya: “Orang-orang Habasyah (Ethiopia) pernah masuk ke dalam masjid untuk bermain, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilku, “Wahai Humaira (artinya: yang pipinya kemerah-merahan), apakah engkau ingin melihat mereka?” (HR. An Nasai dalam Al Kubro 5: 307).

Lihatlah bagaimana panggilan sayang tetap melekat pada diri suri tauladan kita yang mulia, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi, jangan sampai kata-kata jelek atau merendahkan yang keluar dari mulut seorang suami.

Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kewajiban suami pada istri, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ

Artinya: “Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah” (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Baca Juga: Suami, Dahulukan Istrimu Daripada Temanmu

Pujian dari suami kepada istrinya tidak membutuhkan biaya atau ongkos mahal. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa cinta pada pasangan.

Tak usah muluk-muluk, memberi pujian bisa diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang ringan, seperti: “Istriku, masakan buatanmu hari ini luar biasa enak!”

Wahai suami, lihatlah pekerjaan istri yang begitu berat di rumah, tapi tidak ada satu pun pujian dari suami yang disematkan untuknya, meskipun hanya sekedar memuji masakan, sifat rajin, atau penampilan cantiknya.

Ingatlah, bahwa pujian sangatlah signifikan pengaruhnya terhadap perasaan pasangan, khususnya bagi istri yang akan merasa lebih dihargai, dipercayai dan dihormati oleh suaminya. 

Tanpa pujian ataupun perhatian, mungkin yang ada hanya kecenderungan untuk saling mencela dan merendahkan pasangan.

Semoga dengan kata pujian yang tulus dari hati, semakin merekatkan hubungan mesra yang ada dalam rumah tangga Anda.

Wallahu waliyyut taufiq.

SHARE ARTIKEL