Miris, Akibat Isolasi Diri Cegah Corona, Jumlah KDRT Meningkat
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 23 Mar 2020Ilustrasi KDRT - Image from www.dara.co.id
Isolasi menyebabkan KDRT?
Seharusnya kebijakan isolasi di rumah bisa menjadi waktu yang baik bagi pasangan dan keluarga untuk berkumpul bersama, bukannya menjadi alasan untuk melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga.
Hingga Minggu (22/3/2020) pagi, seperti yang dilansir dari laman Kompas, data John Hopkins University, menunjukkan, positif virus corona di seluruh dunia menyentuh angka 304.528 kasus, 12.973 diantaranya meninggal dunia, dan 91.676 orang sembuh.
Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut laman CNN, jumlah pasien positif virus corona bertambah 64 orang pada Minggu (22/3), artinya total pasien positif corona menjadi 514 orang, 48 diantaranya meninggal dunia, dan jumlah pasien sembuh sebanyak 29 orang.
Untuk memperlambat dan mencegah penyebaran virus COVID-19, Badan Kesehatan Dunia atau WHO, pemerintah negara, dan tenaga medis yang berada di garda terdepan telah meminta masyarakat untuk melakukan social distancing dan bekerja dari rumah atau work from home.
Akan tetapi himbauan untuk mengisolasi diri di rumah ini juga diikuti dengan meningkatnya jumlah kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Timothy Noah, seorang jurnalis dan penulis terkenal Amerika, sekaligus editor Politico, lewat akun twitter pribadinya @TimothyNoah1, menyatakan bahwa saat ia menanyakan kepada polisi di Washington D.C., AS, apa yang ia perhatikan saat banyak orang yang dipulangkan ke rumah selama wabah COVID-19 merebak? Polisi tersebut menjawab dengan cepat, jumlah KDRT yang meningkat.
I just asked a DC cop what he’s noticed since the coronavirus sent people home. “More domestic violence,” he said, without missing a beat. https://t.co/kv9zH5VNj1
— Timothy Noah (@TimothyNoah1) March 18, 2020
Hal ini agaknya bukan omong kosong belaka, karena Hotline Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nasional AS melaporkan bahwa semakin banyak orang yang menelpon dan mengatakan bahwa pelaku KDRT menggunakan COVID-19 sebagai alasan untuk mengisolasi mereka dari teman serta keluarga mereka.
Baca Juga: Lockdown Akibat Corona, `Surga` si Kaya dan Neraka si Miskin
Seperti yang dilansir dari laman Time.com, lockdown guna mencegah penyebaran COVID-19, telah menjebak wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di rumah mereka dengan pelaku kekerasan, serta terisolasi dari orang-orang dan sumber daya yang bisa membantu mereka.
Tak hanya AS, ternyata di Australia juga mengalami fenomena serupa. Rachael Natoli, pendiri Yayasan Lokahi di Sydney, mengatakan bahwa situasi sekarang ini yang penuh tekanan dan menantang secara ekonomi, seringkali menyebabkan tingkat penganiayaan meningkat.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, setidaknya sebanyak satu dari tiga wanita di dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual selama hidupnya.
Sejauh ini, untungnya belum ada data meningkatnya kasus KDRT akibat isolasi dari virus corona di Indonesia. Akan tetapi, pihak Kepolisian sudah mempersiapkan Hotline di nomor 112 jika masyarakat mengetahui adanya kasus KDRT.
Baca Juga: Apa yang Akan Terjadi Pada Dunia Setelah Virus Corona Usai?
Tak hanya sebagai hotline pelaporan, nomor layanan darurat 112 juga telah memanfaatkan Global Positioning System (GPS) yang terpasang pada kendaraan atau perangkat, sehingga memungkinkan petugas hotline untuk mengetahui keberadaan petugas lapangan yang berada di lokasi terdekat dengan tempat kejadian, hal ini tentu sangat berguna untuk mempercepat respons aduan.
Menemukan kebakaran, kecelakaan, bencana alam, pohon tumbang, tawuran, Ormas anarkis, ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan), KDRT, balap liar, begal, jambret, todong, geng motor dan rampas di wilayah DKI Jakarta hub telp: 112. pic.twitter.com/dhfk4sbxLb
— TMC Polda Metro Jaya (@TMCPoldaMetro) March 17, 2020