Saat Allah SWT Menutup Aib Hamba-Nya karena Taubat Nasuha

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 17 Dec 2020

Saat Allah SWT Menutup Aib Hamba-Nya karena Taubat Nasuha

Ilustrasi pendosa yang bertaubat - Image from www.kompasiana.com

Pendosa yang diselamatkan Allah 

Sebesar-besarnya dosa yang kita perbuat akan mampu dihapuskan dengan taubat nasuha dan rahmat ampunan Allah SWT. Jangan pernah berputus asa, sebab rahmat Allah lebih luas dari siksa-Nya. 

Perbuatan dosa bisa menjadi kenikmatan bagi mereka yang tak diberi hidayah Allah SWT. Pada akhirnya kenikmatan itu hanya akan menjerumuskannya saja dalam siksa Allah yang amat pedih. 

Namun, bagi mereka yang selalu bersandar pada Allah SWT serta tak henti meminta petunjuk dan perlindungan-Nya, inshaallah akan dijauhkan dari segala perbuatan dosa. 

Kalaupun khilaf melakukan perbuatan dosa, mereka akan segera bertaubat dan berkomitmen untuk tak melakukannya lagi.

Dengan taubatan nasuha, Allah berkuasa untuk mengampuni dosa hamba-Nya dan bahkan menutup aibnya, agar tidak diketahui manusia lainnya. 

Hal ini sebagaimana yang dikisahkan dalam salah satu riwayat hadist ini tentang pertemuan Umar bin Khattab dengan seorang pemabuk. 

Kisah Umar bin Khattab dan Pemabuk 

Dikisahkan pada suatu hari Umar bin Khattab melewati sebuah jalan di Kota Madinah. Kemudian di perjalanan, ia berjumpa dengan beberapa orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. 

Tanpa direncanakan, ia berpapasan dengan seorang pemuda. Kemudian Umar bin Khattab melihat sebuah botol di balik pakaiannya tampak dari luar. 

“Anak muda, apa yang kaubawa di balik pakaianmu?” tanya Umar bin Khattab. 

Pemuda itu seketika terdiam dan tak mengucapkan kata apapun. Ternyata ia membawa sebuah botol yang berisi khamar. Ia sontak panik dan bingung harus menjawab apa. 

Saat ia memilih untuk menjawab dengan jujur “Khamar”, ia–meski mabuk menjadi kesehariannya–pun merasa sungkan dan malu kepada Amirul Mukminin. 

Ia lalu berdoa dalam hati dengan khusyu'. 

“Ya Allah, jangan Kaupermalukan aku di hadapan Umar. Jangan Kaubuka rahasiaku. Tutupi rahasiaku di hadapannya. Aku bersumpah tidak akan meminum khamar selamanya,” jelas pemuda dengan hati penuh harapan. 

Pemuda ini kemudian membuka mulut. “Wahai Amirul Mukminin, yang kubawa adalah cuka,” ujarnya. 

“Perlihatkan agar dapat kulihat,” kata Sayyidina Umar RA dengan tegas.

Seolah tak ada harapan lagi untuk menyembunyikan aibnya, pemuda ini menyerah pasrah. Ia mengeluarkan botol dari balik pakaiannya. 

Ia membuka botol tersebut di hadapan Sayyidina Umar. Tak disangka, keduanya menyaksikan cuka di dalam botol tersebut, bukan khamar. 

Pemuda ini kemudian bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan mukanya di hadapan Sayyidina Umar. 

Lalu, ia menepati sumpahnya. Ia menjadi orang baik yang meninggalkan khamr dan tak pernah lagi meminumnya di kemudian hari. 

Hikmah dari Al Ghazali 

Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali saat membahas bab tobat dalam karyanya Mukasyafatul Qulub. Imam Al-Ghazali kemudian mengambil hikmah dari sekelumit kisah tersebut. 

“Perhatikan makhluk yang bertobat kepada Allah karena malu dan sungkan kepada makhluk lainnya. Karena keikhlasannya dalam bertobat, Allah mengganti khamarnya menjadi cuka. Seandainya seorang durjana yang tidak pernah berbuat baik itu bertobat nasuha dan menyesali perbuatannya, niscaya Allah mengganti ‘khamar’ kemaksiatannya dengan ‘cuka’ ketaatan,” ujar Imam Al-Ghazali. 

Adapun tobat, kata Imam Al-Ghazali, adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana perintah Allah SWT yang tertuang dalam surat berikut ini: 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim ayat 8)

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr ayat 18)

Masyaallah, semoga kita senantiasa diberi petunjuk Allah SWT sehingga bisa menghindari segala perbuatan dosa. Aamiin ya robbal alamiin. 

SHARE ARTIKEL