Umar bin Khattab Menangis dan Jatuh Sakit Setelah Membaca Ayat ini

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 24 Jul 2020

Umar bin Khattab Menangis dan Jatuh Sakit Setelah Membaca Ayat ini

Ilustrasi Umar bin Khattab - Image from islami.co

Ayat apakah yang mampu membuat Umar berperilaku seperti itu?

Bahkan saking parahnya, diriwayatkan di hadist wajah umar sampai membentuk dua garis hitam akibat terus menangis. Berikut alasan dibalik mengapa Umar bin Khattab menangis dan bahkan jatuh sakit karena satu ayat ini.

Meki terkenal keras dan pemberani, Umar juga pernah takut dan menangis saat membaca salah satu ayat di Al Quran. 

Sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab ra pernah menangis dengan keras saat membaca Al Quran tepatnya pada surat At-Thur ayat ke tujuh. Saking kerasnya tangisan tersebut, Umar sampai jatuh sakit. 

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Umar bin Khattab menangis pada saat sampai di ayat:  

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ

"Sungguh, azab Rabbmu pasti terjadi".

Saking kerasnya suara tangisan tersebut, beliau sampai sakit hingga para sahabat datang menjenguknya. 

Umar bin Khattab berkata kepada anaknya saat ajal datang menjelang, "Celakalah kamu. Letakkan pipiku ke tanah, mudah-mudahan Allah merahmatiku". 

Lantas beliau juga mengatakan: Celakalah ibuku, jika Allah tidak mengampuniku." 

Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali, baru kemudian dinyatakan meninggal dunia. (HR. Ahmad) 

Saat ia berdzikir di malam hari, Umar pernah membaca ayat yang membuatnya takut sehingga dia tterus berada di rumah selama beberapa hari. Orang-orang pun menjenguknya karena menyangka dia jatuh sakit. (HR. Ahmad). 

Dalam riwayat lain disebutkan di wajahnya pun terdapat dua garis hitam akibat menangis. (HR. Ahmad dan Abu Nu'aim).

Ibnu Abbas RA berkata kepadanya, "Allah membuka sejumlah kota, menaklukkan sejumlah negeri, serta melakukan sejumlah hal dengan perantaraanmu." 

Umar pun menjawab, "Aku senang sekiranya aku selamat tanpa membawa pahala ataupun dosa." (HR. Ahmad dan Abu Nu'aim).

Adapun Allah SWT mensifati orang yang bahagia dengan perbuatan baik yang dan juga rasa takut. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Alquran surat Ar-Rad ayat 21.

وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ ۗ 

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” 

Di sisi lain, Allah SWT mensifati orang yang sengsara dengan perbuatan buruk yang disertai rasa aman. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al Quran surat Al Isra ayat 68: 

اَفَاَمِنْتُمْ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ اَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوْا لَكُمْ وَكِيْلًا ۙ 

“Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun.”

Siapa saja yang memperhatikan kondisi para sahabat, niscaya ia akan mendapati mereka berada pada puncak amal tapi disertai pula dengan rasa takut yang teramat besar. 

Sementara orang yang sering berkutat pada kezaliman dan kemaksiatan, seringkali merasa aman atas segala tindakannya. Naudzubillahi min dzalik. 

Semoga kita semua dijauhkan dari segala perkara yang menjauhkan kita dari Allah SWT dan semoga didekatkan pada segala kebaikan. Aamin ya robbal alamin.

SHARE ARTIKEL