Adab yang Dianjurkan Rasulullah Setelah Mendapat Mimpi Buruk dan Mimpi Baik
Penulis Dian Editor | Ditayangkan 17 Nov 2020Ilustrasi bermimpi - Image from umma.id
Ini yang perlu dilakukan setelah bermimpi
Jangan asal ceritakan mimpimu kepada orang lain. Begini adab yang dijarkan oleh Rasulullah SAW saat kita mendapatkan mimpi buruk dan juga mimpi yang baik.
Mimpi sering diistilahkan atau disebut sebagai bunga tidur. Ada yang menganggap mimpi adalah bagian dari alam bawah sadar, tetapi ada pula yang mengganggap ada suatu makna dan petunjuk dari mimpi.
Berpijak dari berbagai kisah para nabi dan rasul, mengajarkan kita bahwa mimpi adalah salah satu media Allah memberikan petunjuk kepada utusan-Nya.
Alquran pun mencatat sejarah tersebut dengan terang benderang, di antaranya pada kisah Nabi Yusuf AS dan Nabi Ismail AS.
“(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku! Sungguh aku (bermimpi) melihat 11 bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.’” (QS Yusuf: 4).
Mimpi Nabi Yusuf
Ibnu Abbas dalam Tafsir Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Nabi Yusuf mendapatkan mimpi yang ditafsirkan oleh ayahnya, Ya’qub. Sebelas bintang tersebut adalah saudara-saudara Yusuf. Sedangkan matahari dan bulan adalah kedua orang tuanya.
Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim merasakan bahwa dari mimpi sang anak ini tersirat hal yang penting. Menurut Sayid Quthb, Ya’qub merasakan dalam hatinya urusan ini berada di lembah agama, kemaslahatan, dan juga makrifah (pengetahuan).
Hal tersebut berdasarkan hukum yang berkaitan dengan suasana kenabian di hidupnya. Dari apa yang diketahuinya, kakeknya Nabi Ibrahim telah diberikan keberkahan oleh Allah, dengan keturunannya yang beriman.
Maka, Ya’qub berharap Yusuf yang memiliki keistimewaan berupa kecerdasan dan ketampanan untuk menyambung mata rantai keberkahan pada keluarga Ibrahim.
Keahlian takwil mimpi juga dimiliki oleh Yusuf ketika dia telah beranjak dewasa. Setelah tinggal di Mesir dan sempat berada di dalam penjara, Yusuf dikisahkan menakwilkan mimpi dua orang tahanan.
Kemudian, Raja pun memanggilnya karena keahliannya tersebut. Raja sedang gundah karena bermimpi tentang tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus.
Keanehan lainnya, terdapat tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering di mimpinya tersebut.
Tidak ada satu pun penasihatnya yang bisa dengan tepat menafsirkan mimpi itu. Setelah mendengar berita tentang keahlian Yusuf, Raja kemudian mendengar takwil dari nabi yang mulia itu mengenai mimpinya.
“Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.’” (QS Yusuf 47-48).
Mimpi Nabi Ibrahim
Tidak hanya itu, Alquran juga menceritakan tentang mimpi Nabi Ibrahim setelah mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail.
“Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” (QS ash-Shaff: 102).
Sungguh perintah yang benar-benar sulit bagi Nabi Ibrahim. Pasalnya Ismail adalah putra yang dinanti berpuluh-puluh tahun lamanya. Tak disangka, ketika Ismail ada, Allah SWT malah memerintahkan untuk menyembelihnya.
Sang ayah yang begitu besar rasa cintanya pada sang anak dihadapkan oleh dilema besar dalam menanggapi perintah tersebut.
Nabi Ibrahim kemudian berdiskusi tentang mimpinya tersebut dengan Ismail. Alih-alih mendapatkan penolakan, Ismail justru mengeluarkan kata-kata yang bijak kepada sang ayah.
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaff: 102).
Kesabaran ayah dan anak dalam menghadapi ujian ini membuat Allah SWT mengganjar mereka dengan mengganti Ismail dengan gibas. Hingga kemudian amalan ini diwariskan selama ribuan tahun dan masih dilakukan kaum Muslimin.
Adab Setelah Bermimpi
Rasulullah SAW memberikan tuntunan kepada umatnya mengenai adab dalam bermimpi. Saat bermimpi, seseorang akan terbawa masuk ke alam ghaib.
Di sana, dia mengalami hal-hal yang disukainya atau sebaliknya, mendapatkan pengalaman yang sangat dibenci.
Untuk itu, Rasulullah memberi tuntunan mengenai adab dalam mendapatkan kedua jenis mimpi tersebut.
Bersyukur Saat Mendapat Mimpi Baik
Jika mengalami mimpi baik, sesungguhnya itu dari Allah. Sebaliknya, jika dia mengalami mimpi yang buruk, sesungguhnya hal itu berasal dari setan.
Bersyukurlah, jika kita diperlihatkan mimpi yang baik. Mimpi baik disebutkan Rasulullah dengan istilah mubasyirat. Tidak hanya itu, Nabi SAW bahkan bersabda,
“Mimpi seorang mukmin adalah satu dari 46 bagian kenabian ....” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad).
Salah satu bagian mimpi baik yang layak untuk disyukuri adalah bertemu Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri menjelaskan, mimpi bertemu beliau sudah dipastikan tidak berasal dari setan.
“Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, sesungguhnya ia telah melihatku. Karena sesungguhnya setan tidak menampakkan diri menyerupaiku." (HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah).
Tidak Menceritakan Mimpi Buruk
Selain mimpi baik, manusia juga tidak jarang mendapatkan mimpi buruk. Terkait hal ini, Rasulullah SAW memberikan petunjuk jika setan sengaja mendatangi seseorang di antara manusia untuk menakut-nakutinya dengan hal-hal yang menyeramkan.
Orang itu pun kemudian pergi untuk memberi tahu orang-orang. Tidak mengherankan jika Rasulullah SAW kemudian berpesan, “ ... Jangan memberitahu orang-orang tentang tindakan setan yang mempermainkanmu dalam mimpimu ....” (HR Muslim dan Ibnu Majah).
Meludah ke Kiri Saat Mimpi Buruk
Saat bermimpi buruk, Rasulullah pun mengajarkan pada kita untuk meludah ke samping kiri sebanyak tiga kali.
“… Jika seseorang dari kalian bermimpi yang tidak disukainya, hendaknya ia meludah ke samping kirinya tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari setan tiga kali serta mengalihkan badannya dari posisi semula.” (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad).
Itulah adab yang perlu dilakukan setelah mendapat mimpi buruk dan juga baik. Semoga kita dijauhkan dari segala godaan syetan yang terkutuk. Aamiin ya robbal alamin.