Premium dan Pertalite akan Segera Dihapus, Siap-siap Bayar Lebih Mahal
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 01 Sep 2020Ilustrasi Pertamina - Image from aturduit.com
Demi udara yang lebih baik
Menindaklanjuti penurunan konsumsi BBM Premium serta peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pertamina akan menghapus 2 jenis BBM, yakni Premium dan Pertalita. Begini penjelasan lengkapnya.
PT. Pertamina (Persero) menegaskan bahwa pihaknya masih menjual bahan bakar minyak (BBM) jenisu Premium dan juga Pertalite. Meski begitu, pihaknya memang sedang proses merencanakan kedua jenis BBM tersebut.
Oleh sebab itu, mulai sekarang masyarakat Indonesia pengguna kendaraan bermotor harus bersiap-siap merogoh kocek lebih dalam untuk membeli BBM.
Pasalnya, PT Pertamina merencanakan untuk menghapus bahan bakar minyak (BBM) Premium dan juga Pertalite.
Oleh sebab itu, bila rencana itu terwujud maka yang akan dijual Pertamina hanyalah Pertamax, atau BBM yang harganya paling mahal di antara ketiga jenis BBM itu.
Rencana penghapusan Premium dan Pertalite tersebut dikemukakan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara PT Pertamina dan Komisi VII DPR RI pada Senin (31/8/2020).
Perlu Penyederhanaan Produk
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, penyederhanaan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan No 20 Tahun 2019 yang mensyaratkan standar minimal RON 91.
Nicke memaparkan, saat ini masih ada dua produk yang berada di bawah RON 91 yang masih dijual yakni Ron 88 (Premium) dan RON 90 (Pertalite).
"Kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena sebetulnya premium dan pertalite ini porsi konsumsinya paling besar," kata Nicke.
Demi Udara yang Lebih Baik
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No. 20 Tahun 2017 mengharuskan Indonesia untuk mengadopsi kendaraan BBM berstandar Euro 4 sejak 10 Maret 2017.
Nah BBM yang memenuhi standar Euro 4 adalah bensin dengan Research Octane Number (RON) diatas 91 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.
"Jadi ada regulasi KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) yang menetapkan bahwa untuk menjaga emisi karbon itu, menjaga polusi udara ada batasan di RON berapa gitu, di kadar emisi berapa," kata Nicke, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, hanya tinggal 7 negara yang masih menjual produk gasoline di bawah RON 90. Diantaranya ialah Bangladesh, Colombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, dan Indonesia.
Padahal sebut Nicke, Indonesia masuk dalam kelompok negara yang memiliki GDP 2.000 dollar AS hingga 9.000 dollar AS per tahun.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memasarkan jumlah jenis produk BBM paling banyak yakni 6 produk.
"Jadi itu alasan yang paling penting kenapa kita perlu mereview kembali varian BBM ini, karena benchmark 10 negara seperti ini," kata Nicke.
Penurunan Penjualan Produk Premium
Di sisi lain, CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengungkapkan, memang terjadi penurunan penjualan produk Premium sejak awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020.
"Daily sales premium di awal 2019 di kisaran 31.000 hingga 32.000 kiloliter per day, Pertamax sekitar 10.000 kiloliter artinya penjualan premium tiga kali penjualan pertamax," terang Mas'ud.
Adapun, memasuki Agustus 2020, penjualan premium menunjukkan tren penurunan hingga 24.000 kiloliter per hari sedangkan Pertamax meningkat jadi 11.000 kiloliter per hari.
Mas'ud melanjutkan, proyeksi penjualan ke depannya penjualan premium akan terus menurun volumenya.
"Pada 2024 penjualan volume gasoline sekitar 107.000 kiloliter per hari. Premium dari 24.000 kiloliter per hari menjadi 13.800 kiloliter per hari," ujar Mas'ud.
Di sisi lain, Anggota Komisi VII DPR RI Paramitha Widya Kusuma mempertanyakan kesiapan kilang Pertamina seandainya melakukan penyederhanaan varian produk BBM.
"Terkait penghapusan Premium dan Pertalite, bagaimana nanti kesiapan Kilang Pertamina untuk konfigurasi tersebut," ujar Paramitha dalam kesempatan yang sama.
Jika demi lingkungan yang lebih baik, tentunya penghapusan Pertalite dan Premium ini bernilai bagus.
Sebelumnya kita juga menjumpai realitas kondisi langit Jakarta yang pada saat PSBB menjadi cerah dengan warna biru yang sangat indah.
Namun saat PSBB sudah berakhir, langit kembali berubah menjadi keabu-abuan dan pekat. Tak lagi terlihat awan putih dan juga warna biru yang cerah.
Hal ini juga menunjukkan begitu tingginya tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Dengan dihapuskannya Pertalite dan Premium, semoga bisa jadi angin segar untuk kualitas udara yang lebih baik.