Lebih Utama Puasa Senin-Kamis atau Puasa Daud? Begini Penjelasan UAS

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 05 Aug 2020

Lebih Utama Puasa Senin-Kamis atau Puasa Daud? Begini Penjelasan UAS

Ustaz Abdul Somad - Image from wowkeren.com

Lebih baik menjalankan puasa sunnah yang mana? 

Banyak sekali jenis puasa sunnah yang bisa kita lakukan, diantaranya adalah puasa senin-kamis, puasa daud, puasa ayyamul bidh, dan lainnya. Lantas manakah yang lebih utama untuk ditunaikan?

Umat Islam sering melaksanakan ibadah puasa untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Selain itu juga puasa juga berguna untuk menjaga kesehatan tubuh. 

Bagi yang menunaikan puasa sunnah biasanya melaksanakan puasa Senin-Kamis. Namun ada juga yang melaksanakan puasa Nabi Daud yakni puasa selang-seling, sehari puasa, sehari tidak. 

Lantas, lebih bagus mana antara puasa Senin-Kamis yang merupakan sunnah Rasulullah SAW dan puasa yang dilakukan Nabi Daud?

Sebagaimana dilansir Pesantren Virtual, kalau memang kuat melakukan puasa Daud, lakukanlah karena Rasulullah menganjurkan puasa ini kepada umatnya yang ingin melakukan puasa ‘dahr’ (puasa sepanjang tahun).

Namun Nabi melarang puasa ‘dahr’ ini karena ia tidak lebih baik dari pada puasanya Nabi Daud yang cuma separuh dahr: sehari puasa sehari berbuka. 



Anjuran ini khusus bagi orang-orang tertentu saja yang mampu dan haus ibadah. Misalnya dia, setelah biasa puasa Senin-Kamis, tiga hari ‘ayyamul bidh’ (13, 14, dan 15 setiap bulan hijriyah). Ternyata masih kuat dan ingin melaksanakan puasa sunnah lainnya. 

Dilarangnya ‘puasa dahr’ karena dikhawatirkan jika melakukan puasa ini orang akan melupakan kewajibannya, mengabaikan hak orang lain, termasuk haktubuhnya sendiri. 

Maka puasa Daud adalah jalan tengah agar manusia juga memperhatikan dunianya, selain akhirat. Keseimbangan dunia dan akhirat inilah yang diharapkan oleh Islam. 

Tapi jika dengan melakukan puasa Daud ini kewajiban Muslim kepada orang lain. Misalnya hak istri dilalaikan, maka sebaiknya tidak menunaikan puasa ini.

Puasa ini sunnah sementara hak istri harus ditunaikan oleh suami karena menjadikan kewajibannya. Sehingga dahulukan kewajiban dari sunnah.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits tentang puasa Daud ini yang artinya, “Puasalah sebaik-baik puasa, puasanya Daud! Dia berpuasa sehari dan berbuka sehari…”.

Imam Muslim dalam kitabnya juga meriwayatkan sebuah hadits yang artinya, “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Daud AS: ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan salat yang paling disukai Allah adalah salatnya Daud; ia tidur separuh malam, beribadah sepertiga malam, dan tidur lagi seperenamnya.”

Lebih bagus mana antara puasa Senin-Kamis atau Daud?

Dalam hal ini, persoalannya bukan sekedar amalan mana yang lebih bagus dan utama. Melainkan lebih ke personal yang melakukannya, mampu atau tidak.

Bagi orang yang mampu tentu ia lebih banyak memperoleh pahala. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW kepada Aisyah ra., 

“Pahalamu tergantung pada kesungguhanmu”. 

(Hadis ini telah menjadi dasar terbentuknya sebuah kaidah fikih: “maa kaana aktsaru fi’lan kaana aktsaru fadhlan”, artinya “Semakin sungguh-sungguh suatu ibadah dilakukan maka semakin besar fadhilah/pahalanya”.)

Kesungguhan ini meliputi dua hal yakni kualitas dan kuantitas. Jadi semakin bagus kualitas dan kuantitasnya, maka akan semakin besar pahalanya. 

Bolehkah Puasa Daud digabung dengan puasa Senin-Kamis? 

Ustadz Abdul Somad menganjurkan agar tak menggabung puasa Senin-Kamis dan puasa Daud, karena perhitungannya akan jadi kacau. 

"Kalau dicampurnya Puasa Senin Kamis dan Puasa Daud, kacau balau jadi hitungannya," kata Ustaz Abdul Somad. Tapi kalau mau dilaksanakan juga, tidak apa-apa.

Mengapa Puasa Daud jadi puasa yang paling disukai Allah?

Dilansir dari Nu.or.id, puasa daud menjadi puasa sunnah paling disukai Allah SWT, karena puasa Daud adalah puasa yang berat. Dengan puasa Daud seseorang berjumpa dengan apa yang disenangi lalu berpisah pada keesokannya. 

“Karena puasa dawud itu memberatkan jiwa dengan mendapati apa yang disengani jiwa sehari sehari kemudian meninggalkannya sehari pula” (Abdurrauf al-Munawi, at-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, Riyadl-Maktabah al-Imam asy-Syafi’i, cet ke-3, 1408 H/1988 M, juz, 1, h. 374)

Jika digambarkan, seseorang tersebut mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya bisa melakukan apa saja yang sudah terbiasa dilakukan dan dihalalkan seperti makan-minum, berhubungan dengan pasangan dan lainnya. 

Setelah sehari merasakan hal itu kemudian pada hari berikutnya harus dihentikan karena melakukan puasa. Hal ini tentunya sangat berat. 

Jika digabungkan dengan puasa Senin - Kamis tentu akan berbeda dengan puasa Daud, sebab puasa Daud dilakukan seling-seling. Satu hari puasa satu hari tidak begitu seterusnya. 

Namun apabila anda tetap melakukan puasa sehari kemudian jeda selama dua hari, terus puasa sehari, jeda sehari, lalu puasa sehari dan jeda dua hari lagi itu boleh-boleh saja tetapi bukan merupakan puasa Daud. 

Dan sebaiknya jika tidak kuat, dianjurkan melakukan puasa sunnah Senin-Kamis saja. Meskipun puasa pada hari sabtu itu juga tidak masalah, tetapi dihukumi makruh kalau sebelumnya tidak berpuasa atau tidak disambung pada hari berikutnya. 

يُكْرَهُ اِفْرَادُ يَوْمِ السَّبْتِ بِالصَّوْمِ فَاِنْ صَامَ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ مَعَهُ لَمْ يُكْرَهْ

“Dimakruhkan menyendirikan puasa pada hari Sabtu, tetapi apabila seseorang pada hari sebelumnya berpuasa atau setelahnya berpuasa maka tidak dimakruhkan,” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Jeddah-Maktabah al-Irsyad, tt, juz, 6, h. 481)

Itulah penjelasan mengenai keutamaan puasa, dikembalikan lagi kepada kemampuan dan juga kesungguhan kita dalam melaksanakannya. Inshaallah akan diberikan pahala yang senilai dengan usaha yang kita lakukan. 

SHARE ARTIKEL