Cerita dr. Sugih, Selamatkan 200 Pasien Corona Hingga Pasien yang Mau Bunuh Diri
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 06 Jul 2020Dokter Sugih Wibowo - Image from www.ceposonline.com
Tangani lebih dari 200 pasien Corona
Bertugas sebagai seorang dokter seorang diri, hanya ditemani dengan relawan dan perawat lain. Perjuangannya menghadapi suka duka, salah satunya bisa selamatkan pasien yang hendak bunuh diri.
Ketika Dinas Kesehatan membuka lowongan tenaga kesehatan untuk mendampingi ratusan Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID 19 di Hotel Harper, Makassar, dr Sugih Wibowo langsung mendaftarkan diri.
Keesokannya, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 2001 itu langsung mendapatkan surat penugasan dari pemerintah. Bukan hal sulit, sebab dia punya rekam jejak memadai sebagai dokter relawan.
Sepak terjangnya dalam dunia relawan cukup tinggi. Terbukti sepanjang 2018, dokter berusia 37 tahun itu pernah ditugaskan untuk membantu menangani kasus gizi buruk di Asmat, Papua, April 2018.
Setelah itu dia juga menjadi relawan di NTB yang diguncang gempa pada September. Kemudian menuju ke Palu, Sulawesi yang diguncang gempa hebat dan tsunami pada 28 September.
Sejak bertugas 25 Mei, Sugih Wibowo menjadi satu-satunya dokter di tempatnya bertugas. Padahal jumlah OTG terus bertambah dari semula sekitar 150 orang bahkan bisa menjadi 201 orang pada 4 Juli 2020.
Saat bertugas, tak ada teman seprofesinya, ia hanya didampingi 4 perawat dan 14 relawan lainnya.
"Semula saya mengira ada 2-3 dokter agar bisa bergantian tapi ternyata tidak," kata Sugih Wibowo dikutip dari Detik.com, Sabtu (4/7/2020).
Para OTG berasal dari 24 Kabupaten/Kota se Sulawesi Selatan. Usia mereka rata-rata dewasa hingga 60-an tahun. Di awal bertugas sempat ada bayi yang berusia 40 hari berstatus OTG karena ibunya juga positif.
Tapi setelah 14 hari, bayi dan ibunya dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan sudah diperbolehkan pulang.
Tapi ada juga OTG pasangan muda yang masuk bersamaan tapi berbeda kepulangannya. Hasil uji swab setelah 14 hari dikarantina di Hotel Harper, kata Sugih Wibowo, ternyata cuma si suami yang dinyatakan sembuh dan boleh pulang lebih dahulu.
Selang beberapa waktu kemudian, relawan pendamping mengabarkan bila si istri mencoba bunuh diri dengan pisau yang ada di kamarnya.
Sugih pun bergegas menemui untuk membujuk agar wanita itu mengurungkan niat buruknya. Dia mencoba mengalihkan perhatian dengan menghubungi suaminya melalui video call.
Ketika tiba di hotel, Sugih mengizinkan si suami bertemu dan mengobrol dari hati ke hati.
"Saya ingatkan keduanya untuk tetap jaga jarak, karena si isteri masih positif," tutur dokter Puskesmas Camba, Kabupaten Maros itu.
Sejak kasus tersebut, semua peserta tak diizinkan membawa pisau atau benda tajam lainnya yang bisa disalahgunakan.
Begitu besar tanggung jawab seorang dokter, yang punya andil dalam menyelamatkan nyawa pasiennya. Meski dengan beban yang luar biasa besar, dr. Sugih menjalankan tugasnya dengan baik.