Keluhkan Beban Terlalu Berat, Dokter Sugih Hanya Bisa Menangis Ingat Anak dan Istrinya

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 03 Jul 2020

Keluhkan Beban Terlalu Berat, Dokter Sugih Hanya Bisa Menangis Ingat Anak dan Istrinya

Dokter Sugih Wibowo - Image from sulselonline.com

Sendirian menangani 190 pasien Covid-19 

Ia mengaku kecewa dan berharap masa tugasnya tidak diperpanjang, sebab insentif yang dijanjikan hingga saat ini belum turun. Belum lagi bebannya yang terlalu berat. 

Istri sering menanyakan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan anak. 

Dokter Sugih Wibowo (37) tak pernah menyangka akan menjadi satu-satunya dokter yang merawat 190 pasien positif virus corona tanpa menerima insentif sepeserpun. 

Dokter Sugih bertanggung jawab untuk merawat pasien Covid-19 yang tergabung dalam program duta wisata Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bertempat di Hotel Harper, Makassar. 

Dokter yang sebelumnya bekerja di Puskesmas Maros ini rela meninggalkan istri dan anaknya yang berusia tiga bulan sejak 25 Mei 2020, demi tugas dan tanggung jawab kemanusiaan. 

Namun, dia tidak menyangka akan menjadi satu-satunya dokter di Hotel Harper yang merawat sebanyak 190 pasien. 

Berbeda dengan hotel-hotel lain yang menjadi tempat program wisata Covid-19 lainnya yang diisi dengan beberapa dokter. 

"Di sini saya hanya sendirian dokter dan ditemani tiga orang perawat tangani 190 pasien. Kita bagi shift, digilir, dan tetap saling backup," kata Sugih saat diwawancara sejumlah wartawan, Kamis (2/7/2020). 

Beban Terlalu Berat 

Tugas Sugih sebagai garda terdepan dalam menyembuhkan pasien Covid-19 dijalankannya dengan profesional. 

Meski sadar resiko terpapar corona dan kelelahan, tapi hal itu tak menyurutkan Sugih bersama tiga perawat untuk merawat pasien Covid-19 setiap hari. 

"Ini jelas tidak sebanding. Jumlah pasien di sini dengan kami. Selama 24 jam full saya standby terus. Saya memang mengajukan diri, tapi tidak berpikir kalau sampai sendiri begini," kata Sugih. 

Selama menangani pasien Covid-19, Sugih mengaku menemui pasien dengan berbagai keluhannya. Meski mayoritas menangani pasien Covid-19 yang berstatus orang tanpa gejala (OTG), tetapi banyak dari pasien yang merasa tidak nyaman. 

Dia mengatakan ada pasien yang mengalami stres saat dikarantina hingga mengalami keguguran. Bahkan ada pasien yang ingin bunuh diri.

"Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," ucap Sugih. 

Sugih berujar, sejak menangani pasien Covid-19 di Hotel Harper, telah menerima surat perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab selama tiga kali.

Insentif Belum Turun 

Sugih juga mengaku sangat rindu dengan istri dan anaknya yang masih berusia 3 bulan. Dia hanya bisa meneteskan air mata kala tak bisa berkontak langsung dengan keluarganya. 

"Kalau terlalu rindu saya pasti menangis. Saya juga kecewa tidak berpikir diperlakukan seperti ini," ujar Sugih. Kesedihan Sugih tak berhenti di situ saj. Insentif, yang sebelumnya dijanjikan Presiden Joko Widodo juga tak kunjung diterimanya hingga saat ini. 

Dia pun kecewa lantaran segalanya telah dia curahkan demi merawat pasien yang terpapar virus corona, tapi balasan yang diberikan tidak seimbang. 

Kekecewaan itu kadang memuncak ketika istrinya menanyakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan juga keperluan sang anak. 

"Semua rasa kecewa bercampur di situ. Saya harap ke depannya pemerintah tidak lagi memperpanjang masa tugas sebagai penanggung jawab," ucap Sugih.

Semoga dokter Sugih diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dan semoga anak dan istrinya juga diberikan kesehatan dan kesabaran menungguh kedatangan sang ayah. 

SHARE ARTIKEL