Tak Melulu Negatif, Pengaruh Mertua dan Orang Tua Seperti ini Malah Baik Sekali

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 20 Apr 2018

Tak Melulu Negatif, Pengaruh Mertua dan Orang Tua Seperti ini Malah Baik Sekali
foto via gayahidup.com

Pasangan suami istri yang baru saja membangun rumah tangga wajib memahami ini

Jangan sok tau, jangan sok paling mengerti tentang kehidupan berumah tangga

Mungkin sekolah kita memang lebih tinggi dari pada orangtua, mungkin bacaan kita lebih banyak. Tapi ini ilmu bukan tertulis dikertas, ini ilmu praktek yang harus dipahami dan dilakukan pasangan suami istri yang masih usia pernikahan sebutir jagung.

Semoga menjadi keluarga sakinah. Doa itu senantiasa diberikan untuk pasangan yang baru menikah.

Tentu saja, tiap pasangan suami istri mengidamkan keluarga sakinah untuk masa depannya. Namun, boleh dibilang tak mudah mewujudkan itu.

Baca juga :Amalan yang Dibaca Saat Bayi Baru Lahir, Agar Terhindar dari Godaan Setan

Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman, mengungkapkan, untuk membangun keluarga yang Islami, komitmen pertamanya adalah membangun keluarga dengan niat hanya beribadah kepada Allah.

Sehingga segala sesuatu yang dilakukan dalam keluarga tersebut niatnya ibadah dan untuk kebaikan.

Misalnya, suami yang penghasilannya biasa secukupnya, tiba-tiba membawa uang dalam jumlah banyak, maka istri tidak boleh diam saja, dia harus bertanya dari mana uang tambahan tersebut, halal atau tidak?” ujar Elly.

Ia mengingatkan agar para ibu untuk tak langsung membelanjakan uang yang diperoleh suaminya tanpa tahu asal-usulnya.

Menurut Elly, hal itu perlu dilakukan agar tidak ada makanan haram yang masuk ke dalam tubuh keluarganya. Sebab, kata dia, keluarga Islami selalu menjaga anggota keluarganya dari api neraka.

Rasulullah SAW, papar Elly, sudah banyak memberikan contoh dalam membangun keluarga Islami. Nabi SAW, lanjut dia, selalu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Bahkan, Rasulullah pernah bersabda, Sebaik-baiknya laki-laki adalah laki-laki yang paling baik terhadap keluarganya.”

Keluarga yang menghasilkan anak-anak dengan kepribadian yang keluar dari nilai-nilai Ilahiyah, pasti dihasilkan dari suatu proses keluarga yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah swt. Dalam Al-qur’an Allah swt berfirman :

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah DIA menciptakan untuk kamu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu sakinah (tentram) kepadanya dan dijadikan-NYA rasa kasih (cinta) dan sayang diantara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar-Rum (30) : 21) 

Sayangnya, kata Elly, pada era modern ini banyak laki-laki yang lebih baik terhadap kantornya daripada kepada keluarganya.

Hal itu, ungkap dia, bisa terlihat dari banyaknya ayah yang lebih mementingkan rapat di kantornya daripada mendengarkan curhat anak-anaknya.

Bahkan, ketika si ayah telat rapat, anak-anak sering kena marah, kena bentak, bahkan kena cubit. Mereka berpikir bahwa materi adalah segalanya. Padahal, materi saja tidak cukup bagi anak-anak. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih sayang,” papar Elly.

Baca juga :Sudah Besar Masih Minum Asi, Bagaimana Ibu Membayar Hutang Puasanya?

Untuk membangun keluarga Islami, ujar Elly, memang banyak tantangannya. Salah satunya, kata dia, keinginan untuk hidup mewah seperti sering makan-makan di mal untuk menunjukkan prestise. Saat ini, lanjut dia, banyak orang yang lebih mementingkan kehidupan materialisme.

Akibatnya, banyak orang tua yang tidak taat kepada ajaran agama, malah orang tua lebih taat kepada kantornya. Guna mengatasi berbagai tantangan tersebut, Elly mengajak para orang tua serta guru untuk menyadari bahwa pendidikan agama itu penting.

Anak-anak jangan hanya dijejali dengan sains melulu, tetapi pengetahuan agamanya kurang. Sebab, hidup itu tidak hanya di dunia. Jadi, ilmu agama itu sangat penting, baik sebagai petunjuk hidup di dunia maupun sebagai bekal di akhirat nanti.”

Berikut ini penjelasan dari Ustadz Abdul Somad LC MA :


Apa tujuan dari sebuah keluarga yang islami?

Tujuan membentuk sebuah keluarga yang islami adalah untuk mendapatkan keluarga yang sakinah, yang pada hakekatnya keluarga yang sakinah adalah keluarga yang didasari oleh cinta dan kasih sayang (mawaddah dan warohmah) dari Allah SWT sebagai Sang maha Pencipta. Sehingga nantinya keluarga tersebut akan selalu diridhoi oleh Allah SWT .

Firman Allah SWT :

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ  وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ  وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Artinya “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah  tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al- fath ayat 4)

Jadi terciptanya keluarga yang sakinah terletak pada bagaimanakah penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga agar keluarga tersebut selalu mendapatkan ridho dari Allah SWT, seperti dengan senantiasa berusaha dan melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan suri tauladan yang baik dalam membimbing umatnya dalam hal kehidupan berumah tangga agar terbina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan Warohmah. Dalam sebuah hadist, Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.”

Bagaimanakah ciri-ciri keluarga yang Islami yang nantinya dapat menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dah warohmah?

Rumah tangga yang dibangun atas dasar ibadah
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ibadah merupakan salah satu unsur yang penting dalam pembentukan sebuah keluarga yang islami. Hal ini dimulai sebelum pernikahan terjadi, yaitu dalam proses memilih calon pasangan, khitbah, hingga berlanjut dalam proses pernikahan.

Jikah hal-hal tersebut dilakukan secara islami, InsyaAllah setiap permasalahan yang dihadapi akan menemukan kemudahan dalan penyelesaiannya. Kenapa? Karena masing-masing dari mereka tunduk pada aturan-aturan Allah SWT.

Terciptanya internalisasi nilai-nilai islam kepada setiap anggota keluarga.
Baik suami dan istri sama-sama memiliki peran yang penting dalam mendidik anak-anak mereka. Oleh karena itu, hendaknya mereka lebih mampu menyerap nilai-nilai islam ke dalam perilaku maupun sikap mereka, dan sudah menjadi suatu kewajiban bagi mereka untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada anggota keluarga yang lain, misalnya pada anak-anak maupun asisten rumah tangga yang ada.

Adanya keteladanan yang selalu bisa dicontoh
Anggota keluarga, terutama bagi anak-anak sangat memerlukan contoh yang kongkrit dalam menerapkan nilai-nilai islam di kehidupan mereka sehari-hari. Hal inilah yang menjadi tugas dan kewajiban bagi setiap orang tua, dimana kelak di akhirat orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas hal tersebut.

Oleh karena itu sudah sepatutnya apabila orang tua memberikan contoh yang baik bagi anak-anak, jangan sampai orang tua hanya menyuruh sementara mereka sendiri tidak melakukannya.

Adanya perasaan saling tolong menolong
Tolong menolong sangat penting untuk dilakukan dalam setiap keluarga. Misalnya saling nasihat menasihati, saling mengingatkan, dan lain sebagainya. Hal ini akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis bagi sesama anggota keluarga.

Baca juga :Mengadzani Bayi Baru Lahir Lewat Telfon, Boleh atau Tidak?

Kebutuhan yang bersifat materi dapat tercukupi secara wajar
Seorang kepala rumah tangga (suami/ ayah) memiliki tanggung jawab yang besar dalam mencukupi segala kebutuhan, khususnya dalam hal yang bersifat materi, seperti sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan lainnya seperti pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.

Hendaknya kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi dengan jalan yang benar, jangan sampai dalam memberikan nafkah bagi keluarga tercinta, seorang suami atau ayah memberikannya dari jalan atau cara yang salah.

Menjaga rumah tangga dari pengaruh buruk
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya berpengaruh baik bagi kehisupan, akan tetapi hal itu juga membawa pengaruh yang buruk. Anak-anak merupakan object yang paling mudah terkena dampak dari pengaruh buruk hal tersebut.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, sangatlah penting untuk selalu mengawasi dan memperhatikan sikap dan perilaku buah hatinya, jangan sampai mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya narkoba, seks bebas, dan lain sebagainya.

Memposisikan masing-masing anggota keluarga sesuai dengan syariat
Misalnya saja, seorang suami merupakan kepala rumah tangga yang berkewajjiban untuk memimpin keluarga dan bertindak sebagai pengambil keputusan. Jadi istri maupun anak-anak harus selalu menghormatinya.

Akan tetapi seorang suami juga harus menghormati dan menghargai keberadaan sang istri disampingnya, yaitu dengan mengajaknya bermusyawarah dalam mengambil setiap keputusan.

Begitu juga dengan anak-anak mereka, seorang anak harus selalu menghormati kedua orang tuanya dan mematuhi apa yang mereka perintahkan selama perintah itu benar. Dan orang tua pun harus menghormati, menyayangi, dan mengasihi anak-anak mereka.

Menjaga hubungan baik dengan lingkungan
Akan sangat baik  jika sebuah keluarga memiliki hubungan yang baik pula dengan lingkungan disekitarnya. Dengan begitu keluarga tersebut akan bisa mengetahui hal-hal yang sedang terjadi dalam lingkungan tersebut, serta dapat menjaga tali silaturahmi dengan anggota masyarakat lainnya.

Membangun keluarga yang islami dibutuhkan usaha yang keras, akan tetapi dengan adanya niat, kemauan, dan kerjasama diantara sesama anggota keluarga maka hal tersebut akan dapat terwujud.

SHARE ARTIKEL