Mengadzani Bayi Baru Lahir Lewat Telfon, Boleh atau Tidak?

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 19 Apr 2018

Mengadzani Bayi Baru Lahir Lewat Telfon, Boleh atau Tidak?

Suami tak bisa menemani Istri ketika melahirkan karena jarak

Lalu apa boleh mengadzani anaknya melalui telpon?

Ingin mengadzani anak tapi karena pekerjaan jadi tak bisa, tenang ini ada penjelasan serta cara yang bisa anda lakukan, jika ingin anda yang mengadzani anak dan tidak menggantikannya pada orang lain.

Ada beberapa orangtua yang tak bisa menyaksikan langsung kelahiran anaknya, mungkin dikarenakan tugas pekerjaan atau tak bisa hadir karena kepentingan lainnya. Namun ada tugas ayah untuk mengadzani bayinya yang baru lahir.

Ada sebuah pertanyaan : 

Bolehkah mengazani bayi yang baru lahir lewat telepon? Misal, karena bapak si bayi tidak bisa hadir ketika bayi tersebut lahir.

Di jawab: 

Dikutip dari rumaysho.com, guru kami, Syaikh Ath-Thorifi ditanya mengenai keshahihan hadits adzan dan iqamah pada bayi ketika lahir.

Baca juga : Bila Terpaksa Menitipkan Anak Ke Orangtua, Ini yang Wajib Anda Persiapkan

Ia menjawab, “Hadits yang menjelaskan tentang adzan pada telinga bayi ketika lahir tidaklah shahih.

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Abu Daud dalam sunannya, Tirmidzi dan Al-Bazzar dalam musnadnya, Ath-Thabrani dalam Majmu’nya, Al- Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, ‘Abdurrozaq dalam Mushannafnya dari jalur ‘Ashim bin ‘Ubaidillah, dari ‘Ubaidillah bin ‘Abu Rofi’, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadzani di telinga Al-Hasan bin ‘Ali ketika dilahirkan oleh Fathimah seperti adzan untuk shalat.”

Dalam rantai sanadnya terdapat ‘Ashim bin ‘Ubaidillah, di mana Abu Hatim menilainya, ” ‘Ashim itu munkarul hadits, mudhthorib hadits, hadits yang ia riwayatkan tidak bisa dijadikan sandaran. Ibnu Ma’in mendhaifkan haditsnya. Imam Bukhari menilai, dia itu munkarul hadits.”

Dikeluarkan pula oleh Abu Ya’la dari Husain, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bayi mana saja yang dilahirkan lalu diadzankan di telinga kanan dan diiqamahkan di telinga kiri, maka setan pun tidak akan mendatangkan mudharat untuknya.” (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya 6780). Di dalam rantai sanad tersebut terdapat Marwan bin Salim Al Ghifariy, ia adalah perawi matruk.

Hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, dari jalur Al-Hasan bin ‘Amr, dari Al-Qasim bin Muth’im, dari Manshur bin Shafiyah, dari Abu Ma’bad, dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadzani Al-Hasan bin ‘Ali ketika hari lahirnya. Beliau mengadzankannya di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri.

Baca juga : Orangtua Tak Akan Menolak Jaga Cucu, Namun Anda Harus Pikirkan ini Dulu

Hadits di atas pun munkar. Al-Hasan bin ‘Amr dikatakan pendusta oleh Imam Bukhari.

Intinya, tidak ada hadits shahih yang mendukung tuntunan adzan di telinga bayi.”

Kesunnahan mengadzankan bayi saat lahir bukanlah suatu hal yang disepakati oleh para ulama. Sebagian ulama menyatakan makruh (terlarang) mengadzankan. Inilah pendapat dari Imam Malik rahimahullah.

Telah disebutkan dalam Mawahibul Jalil karya Al-Hithab Al-Maliki rahimahullah, “Imam Malik memakruhkan adzan di telinga bayi saat lahir.”

Disebutkan pula dalam An-Nawadir tentang masalah akikah pada permasalahan khitan dan khidhob, “Imam Malik mengingkari adanya adzan di telinga bayi saat lahir.”

Mengadzani Bayi Baru Lahir Lewat Telfon, Boleh atau Tidak?

Al-Jazuli menyebutkan dalam Syarh Ar-Risalah bahwa sebagian ulama menganjurkan adzan di telinga bayi saat lahir, begitu pula iqamah. Telah ada amalan dari kaum muslimin mengenai hal itu.

Lewat Telepon Handphone

Adapun mengazani bayi yang baru lahir bagi yang meyakini ada sunnahnya, hendaklah mengazani secara langsung di telinga. Di sini tidak disyaratkan orang tua, bisa jadi orang lain untuk menggantikan.

Namun kalau mau mengazani via telepon (handphone) tidaklah masalah. Misalnya karena orang tua bayi berada di daerah yang berbeda.

Tidak ada dalil yang melarang hal ini. Namun perlu jadi catatan penting, tidak boleh ada keyakinan hanya orang tertentu saja yang boleh mengazani dan punya keistimewaan khusus dibanding lainnya.
SHARE ARTIKEL