Ternyata, Seseorang Bisa Memboikot Al-Qur`an Tanpa Sadar! Bagaimana Mungkin?
Penulis Unknown | Ditayangkan 23 Mar 2017Dalam melaksanakan ibadah, dimana umat muslim sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan lewat hal tersebut. Mulai dari menunaikan shalat wajib hingga sunnah, berpuasa, bersedekah, sampai membaca al-qur'an untuk menjadikan kitab tersebut sebagai pedoman hidup. Akan tetapi, di zaman sekarang ini, masih banyak yang belum mengerti akan hikmah dari membaca al-qur'an.
Biasanya hanya berdalih kepada kegiatan selepas shalat atau yang paling parah jika dilakukan hanya ketika di bulan Ramadhan. Untuk itulah, tak banyak orang yang tahu bahwa ada sikap seseorang yang tanpa sadar, bisa memmboikot al-qur'an menjadi penunjuk jalannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca juga : Karena Tuhan Tak Menelantarkan, Hanya Saja Dia Menyuruhmu untuk Tetap Bertahan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu kepada Allah tentang sikap sebagian umatnya yang memboikot al-Quran. Allah ceritakan pengaduhan beliau dalam al-Qur’an:
Rasul berkata: “Ya Rab-ku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang diacuhkan.” (QS. al-Furqan: 30).
Bentuk memboikot al-Quran beraneka ragam. Ada yang sangat parah dan ada yang tingkatannya ringan. Ibnul Jauzi dalam tafsirnya menyebutkan, ada 2 bentuk boikot al-Quran,
Pertama, boikot dalam bentuk tidak memperhatikan sama sekali, tidak mengimaninya dan mengingkarinya. Ini pemboikotan terhadap al-Quran yang dilakukan oleh orang kafir. Demikian keterangan Ibnu Abbas dan Muqatil bin Hayan.
Kedua, boikot dalam bentuk tidak memperhatikan maknanya sama sekali. Dia mengimaninya, membacanya, namun hanya di lisan, dan tidak mempedulikan kandungannya. (Zadul Masir, 4/473).
Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa, ketika ada seseorang yang membaca al-qur'an dengan baik dan benar, kemudian mengamalkannya, maka ibarat orang itu layaknya utrujjah, yakni baunya harum dan rasanya sungguhlah lezat.
عن أبى موسى الأشعري رضي الله عنه قال: قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم: “مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مقل الأترجة: ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة: لا ريح لها وطعمها حلو, ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الريحانة: ريحها طيب وطعمها مر. ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة, ليس لها ريح وطعمها مر. ” متفق عليه
“Artinya: Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang suka membaca al-Qur’an seperti buah utrujjah. Baunya harum dan rasanya lezat. Dan orang mukmin yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah kurma, baunya tidak ada dan rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Qur’an seperti buah raihanah, baunya lumayan dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Qur’an seperti buah hanzholah, tidak memiliki bau dan rasanya pahit.” (HR. Muttafaq alahi).
Oleh karena itulah, sikap menyepelekan dan tak memahami makna yang terkandung di dalam al-qur'an bisa saja menjadikan seseorang disebut sebagai pemboikot al-qur'an. Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan beberapa bentuk pemboikotan terhadap al-Quran:
“Ini termasuk bentuk memboikot qur’an. Tidak mempelajarinya, tidak menghafalkannya, termasuk memboikot al-Quran. Tidak mengimaninya, membenarkan isinya, juga termasuk memboikot al-Quran. Tidak merenungi maknanya, memahami kandungannya, termasuk memboikot al-Quran. Tidak mengamalkannya, mengikuti perintah dan menjauhi laranganya, termasuk memboikot al-Quran. Meninggalkan al-Quran dan lebih memilih syair, nasyid, nyanyian, atau ucapan sia-sia lainnya, termasuk memboikot al-Quran,” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/108).
Baca juga : Sungguh Tidak Disangka, Di Kota Suci Ada Pelacur! Bagaimana Mungkin?
Dari semua tingkatan pemboikotan itu, ada yang sangat parah, ada yang sampai tingkat kekufuran, ada yang berada di posisi dosa besar, dan sampai ada yang dibenci secara syariat. Memahami ini, berarti tidak bisa membaca al-Quran, ada dua bentuk:
Tidak baca al-Quran karena keterbatasan yang dimilikinya.
Dia sudah berusaha untuk belajar, tapi tetap tidak mampu membacanya. Dalam kondisi semacam ini, dia tidak terhitung berdosa.
Tidak baca al-Quran karena memang cuek dan tidak perhatian dengan al-Quran.
Dia punya kemampuan, bahkan orang akademik, tapi karena dia tidak perhatian dengan al-Quran, hingga dia tidak bisa membaca al-Quran. Dia malu jika harus belajar dari dasar. Tindakan semacam ini layak disebut memboikot al-Quran. Allahu a’lam.