9 Hal ini Bisa Kamu Buktikan, Menikah Itu Bisa Buat Lebih Makmur
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 20 Jan 2017Nikah itu membawa banyak kebaikan lho..
Agama telah memerintahkan umatnya yang telah memenuhi syarat agar melangsungkan pernikahan sesuai syariat. Karena berbagai dalil dalam Al Qur'an telah menjelaskan secara tersirat dan tersurat dengan jelas. Salah satunya adalah dalam Q.S An-Nur ayat 32, yang artinya kurang lebih sebagai berikut,
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendiri (bujangan) di antara kalian dan orang-orang shaleh diantara para hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka dalam keadaan miskin, Allah-lah yang akan menjadikan kaya dengan karunia-Nya [ QS. An-Nur (24): 32]
Nah, masih tak percaya kalau menikah itu bisa membuat perubahan dalam hidup? Hal itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Secara jelas bahwa ayat diatas Allah akan menjadikan kaya bagi mereka yang menikah dalam keadaan miskin dengan karunia-Nya, tinggal bagaimana kita berusaha.
Percaya deh, menikah itu bikin hidup makmur. Bukan sekadar makmur di hati karena punya pasangan, tapi juga makmur materi.
Enggak percaya? Coba deh cek tagihan pajak. Beban pajak mereka yang menikah pasti lebih kecil daripada yang masih jomblo!
Keuntungan lainnya adalah mudahnya mendapatkan kredit. Menikah itu ternyata membuat pengurusan kredit jadi lebih mudah karena ada jaminan keluarga lewat persetujuan pasangan. Hal yang sulit didapatkan bagi yang masih single.
Itu baru sebagian kecil keuntungannya lho! Masih banyak lagi deretan benefit keuangan bagi yang sudah berani mengucapkan ijab kabul di depan penghulu.
Cuma jangan melulu lihat dari situnya saja, tetap pikirkan soal perencanaan keuangan dong biar bahtera rumah tangga makin sehat. Manajemen keuangan keluarga ini yang akan mempengaruhi semua keputusan saat ini dan di masa depan.
Bagaimana menikah bisa bikin makmur? Cek dulu cara mengelola keuangan pasangan di bawah ini yang dikutip dari blog reservasi,
1. Diskusikan prioritas finansial bersama pasangan
Menikah itu pada esensinya menyatukan dua individu yang berbeda. Perbedaan di sini termasuk juga dalam urusan keuangan. Di sinilah pentingnya kompromi mengingat masa depan sudah menjadi milik berdua.Awal menikah tentu berjuta rasanya, tapi tantangan sebenarnya baru muncul di tahun pertama. Maka itu diskusi terkait prioritas keuangan menjadi mutlak. Manakah yang diutamakan dan mana yang bisa ditunda. Misalnya saja memprioritaskan pembelian rumah ketimbang mencicil kendaraan. Termasuk juga kapan mulai mempersiapkan keuangan untuk buah hati.
2. Tunjuk menteri keuangan keluarga
Tinggal kesepakatan saja siapa yang menjadi menteri keuangan keluarga. Ingat ya, jabatan prestisius ini bukan monopoli istri, suami pun juga bisa. Perannya sangat menentukan terhadap kesehatan keuangan keluarga. Karena di tangan dialah masuk dan keluarnya duit ditentukan.
Dengan menerapkan sistem satu pintu dalam keuangan maka memudahkan pengaturan arus uang keluar dan masuk. Di samping itu, cara ini juga memudahkan kontrol terhadap keuangan.
3. Besaran pengeluaran living cost
Bicarakan bersama pasangan untuk menentukan limit pengeluaran living cost atau pengeluaran rutin selama sebulan. Enggak usah pelit-pelit karena yang penting ada angkanya.Untuk menentukan angkanya, mungkin bisa eksperimen dulu selama tiga bulan. Hitung semua pengeluaran rutin seperti tagihan listrik, belanja bulanan, transportasi, dan rekreasi. Kemudian bandingan pengeluaran selama tiga bulan itu agar mendapatkan angka yang pas.
Baca Juga: Mau Jadi Wanita Mahal Atau Murah, Pilihan di Tangan Ukhti!
Tujuan dari menetapkan anggaran living cost ini agar memudahkan mengkalkulasi pengeluaran tiap bulan. Di samping itu bisa juga menganalisa pos-pos mana yang bisa dikurangi pengeluarannya. Misalnya pos rekreasi atau transportasi.
Punya tabungan pribadi juga boleh kok misalnya untuk memenuhi target tertentu.
4. Batas atas pengeluaran uang
Tetapkanlah batas atas yang bisa ditolerir dalam pengeluaran tiap bulan. Jadi misalnya batas atas belanja bulanan Rp 1,5 juta, batas atas biaya transportasi Rp 500 ribu, dan seterusnya. Bila sudah lewat batas atas, itu menjadi alarm untuk evaluasi. Apakah memang kebutuhan naik atau terjadi pemborosan?5. Pos tabungan sebagai pengeluaran wajib
Nah, ini jangan langsung dihabiskan ya
Jangan ikuti prinsip orang preman yang ketika pegang duit maka langsung dihabiskan. Hal itu dilakukan karena mereka mengaku tak punya hari esok. Tentunya beda dong sama yang sudah menikah. Masa depan itu milik berdua.
Background inilah yang memaksa pentingnya menabung. Usahakan nilai uang yang ditabung tetap sama dengan cara memotong di awal. Masukan pos tabungan sebagai pengeluaran wajib. Tujuannya agar tak lagi menunda-nunda menabung.
6. Catat semua pengeluaran dan pemasukan
Hal ini tak kalah penting, jadi jangan remehkan
Kesannya sepele ya, catat semua pengeluaran dan pemasukan. Awal-awal sih semangat, tapi kemudian jadi malas. Padahal, konsistensi itu wajib di urusan ini.
Sebenarnya ada cara mudah mencatat pengeluaran tanpa harus menulis satu per satu. Gunakan transaksi lewat kartu kredit atau kartu debit. Tinggal print saja tiap bulan karena semua transaksi yang dilakukan otomatis tercatat di situ.
7. Kelola aset
Nah, itu dua rejeki orang yang berserakan dipersatukan
Ketika menikah, maka aset menjadi milik berdua. Ada baiknya bicarakan juga soal monetisasi aset agar mendapat tambahan pendapatan. Misalnya menyewakan kendaraan yang sudah dimiliki, menyewakan tanah atau rumah dan sebagainya.
Dana darurat atau asuransi juga wajib, sisihkan saja sekian persen untuk premi atau ditabung.
8. Asuransi/dana darurat
Dana darurat itu harus ada
Ketika sudah berkeluarga, berarti perlu memikirkan asuransi jiwa atau asuransi lainnya seperti pendidikan maupun kesehatan. Asuransi pada prinsipnya adalah mengalihkan risiko finansial bila terjadi musibah yang tak diinginkan. Nah, agar keuangan keluarga tak terganggu, bisa memilih instrument asuransi.
Baca Juga: Ini Sebab ada Pasangan yang Sering Unggah Foto Mesra di Media Sosial
Bila kurang nyaman dengan asuransi, mungkin bisa memikirkan dana darurat. Fungsinya sebagai antisipasi jika ada hal-hal yang tiba-tiba terjadi menuntut dana yang cukup besar.
9. Perencanaan keuangan boleh diubah
Perencanaan keuangan itu bukan kitab suci yang tak boleh diubah. Artinya, silakan direvisi untuk menyesuaikan dengan keadaan. Tentunya dengan persetujuan pasangan.Misalnya saja perubahan itu bila tiba-tiba mendapat kabar istri hamil sehingga perlu menjadwal ulang semua rencana keuangan yang sudah disusun.
Itulah poin-poin yang bisa membantu mengatur keuangan lebih baik seusai menikah. Tentunya masing-masing keluarga punya prioritas yang berbeda dan cara pengaturan yang berbeda.
Pada akhirnya, egoisme harus ditekan banget demi keluarga yang akan kau bangun.Hanya yang perlu digarisbawahi, mengelola keuangan ditujukan untuk menjamin hidup masa depan. Hidup bersama pasangan dan tentunya calon anggota keluarga baru nantinya.