Mau Jadi Wanita Mahal Atau Murah, Pilihan di Tangan Ukhti!
Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 19 Jan 2017Mau jadi mahal atau murah? via wajibbaca.com
Bicara baju, memang tak hanya kaum hawa yang suka dengan berbagai jenis pakaian bermerek. Tapi kalau mau membeli baju yang bermerek juga harganya pasti mahal, selain dipasar-pasar tak dijual kualitasnya pun dijamin bagus.
Biasanya cirinya baju mahal ini adalah,
1. Dijual di toko berkelas-kelas.
2. Disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang dibalik kaca
3. Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya
4. Tidak bisa dicoba dulu
5. Harganya mahal dengan jaminan memuaskan
6. Ada juga yang bergaransi
Kebalikan dari barang mahal adalah barang murah.
Ciri-cirinya:
1. Jangankan di pasar, ditoko emperan pun ada
2. Tidak disegel,
3. Diobral,
4. Boleh dicoba, bebas disentuh-sentuh,
5. Dipegang-pegang, dicoba berulang kali oleh banyak orang,
6. Setelah dicoba boleh tidak jadi dibeli,
7. Tidak ada garansi.
Mari kita ibaratakan dari dua jenis tadi, mengutip inspiradata, bahwa “Toko berkelas” adalah keluarganya yang bermartabat yang taat pada agama.
“Disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh” adalah prinsip dibalik busana Muslimahnya “Tidak bisa dicoba dulu” adalah menjaga kehormatan. Tidak bisa memesrai dan mengga*linya tanpa menikahinya dulu; “Harganya mahal” adalah pembelinya harus lelaki yang juga mahal (terjaga akhlak dan kepribadiannya).
Laki-laki mur*han tidak akan sanggup karena tidak akan berani.
Malu mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang. “Bergaransi” adalah orisinial, dijamin masih g*dis dan belum dis*ntuh laki-laki lain. Pasti dan jelas menutup aurat untuk menjaga, menyegel, menghormati, serta memuliakan dirinya.
Baca Juga: Suami Bisa Durhaka Terhadap Istri Jika Lakukan Hal-Hal ini
Perempuan yang menutup auratnya (dengan benar dan akhlaknya terjaga) adalah barang mahal yang tersimpan dalam etalase terjaga dalam sebuah kotak yang tidak bisa dibuka, tersegel, tidak bisa disentuh dan harganya mahal.
Sebaliknya, perempuan yang membuka auratnya (bet*s, p*ha, lengan, rambut, leher dan d*da, apalagi lebih dari itu) adalah “barang obralan” yang murah tidak perlu repot-repot, ingin membukanya karena ia sudah terbuka (tidak ditutup) silahkan bebas menatap dan menyentuh, dan “merasakannya” (dalam pacaran). Kalau sudah tidak suka lagi atau tidak cocok, boleh tidak jadi memilikinya.
Jadilah, ia barang bekas. Barang bekas tentu tidak berkualitas, murah, karena sudah dipakai orang. Sekarang ukhti tinggal pilih mau jadi barang berkelas atau murahan?