Meski Hanya Dibayar Beras, Guru ini Tetap Berjuang Untuk Mendidik Siswa-Siswinya

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 14 Oct 2016
Meski Hanya Dibayar Beras, Guru ini Tetap Berjuang Untuk Mendidik Siswa-Siswinya
Siswa SDN 2 Elok Kolong di Desa Tebuah Kecamatan Tuah Subah Kabupaten Sambas, via tribunnews.

Miris bila melihat kondisi seperti itu. Di saat Indonesia sudah merdeka dari penjajah eksternal ini dan sudah serba modern ini, masih ada bahkan mungkin banyak siswa yang belum mendapat fasilitas pendidikan yang memadai.

Saat ini seharusnya untuk anak-anak didik, sudah dapat dengan mudah menempuh perjalanan ke sekolah, begitu pula dengan tenaga pengajar yang digaji sesuai dengan pekerjaan ditambah tunjangan dan sertifikasi guru membuat tenaga pengajar semakin sejahtera.

Namun berbeda jauh bagai langit dan bumi apa yang dialami peserta didik dan tenaga pengajar yang berada di SDN 2 Elok Kolong Desa Tebuah Kecamatan Subah Kabupaten Sambas ini.

Duta Pendidikan 2016 melakukan kegiatan bakti sosial bertajuk “Duta Pendidikan Goes to Subah” melakukan bakti sosial disana pada 7-9 Oktober 2016. Sebanyak tujuh anggota komunitas bentukkan FKIP Universitas Tanjungpura (Untan) turut serta dalam kegiatan ini.

Anak-anak di sana harus belajar dengan segala keterbatasan, mulai dari fasilitas seperti ruang kelas, meja dan kursi seadanya, buku pelajaran, akses jalan yang jelek dan jauh bahkan meraka tidak mempuyai seragam sekolah untuk pergi ke sekolah.

Baca Juga : Jika Anda Lihat PNS Lakukan Pungli, Laporkan ke Salah Satu dari 4 Layanan Pemerintah Pusat ini

Mereka hanya berjalan kaki menempuh perjalanan sekitar 5 Km.

Bahkan ada dua siswa kelas 2 dan 4 panggil saja namanya Resta dan Riko menempuh jarak sekitar 6 Km dari rumahnya ke sekolah. Tanpa sepatu dan tas mereka harus berjalan kaki dari pukul 05.00 pagi dan biasa sampai ke sekolah pukul 07.00.

Tak jarang mereka terlambat datang ke sekolah, apabila sudah memasuki musim penghujan karena jalan yang berlumpur.

“Saya berangkat ke sekolah bersama adik saya biasanya pukul 05.00 pagi bang dari rumah, itu pun biasa sering terlambat, bukan kami lambat berjalan atau bergurau tapi memang jarak rumah ke sekolah sangat jauh apalagi pada saat hujan. Kadang buku kami basah karena hanya kami jinjing tanpa tas bahkan kami sering tergelincir saat berjalan,” tutur Riko anak
Ingin menitihkan air mata rasanya mendengar perkataan seorang anak kecil seperti itu. Kedua dari tiga bersaudara itu dengan nada agak sedikit gugup pada saat saya wawancarai.

Semangat belajar dan menuntut ilmu anak-anak di SDN 2 Elok Kolong ini sangat luar biasa.
Meskipun harus belajar di ruang kelas yang berlantaikan tanah, berdindingkan anyaman bambu dan beratapakan daun atap yang sudah banyak bolong, pergi ke sekolah berjalan kaki, bahkan banyak anak di sana yang pada nyeker pergi ke sekolah karena memang tidak ada sepatu untuk dipakai.

Tapi itu semua tidak menghalangi semangat belajar anak-anak disana bahkan semangat mereka mengalahkan anak-anak di perkotaan yang serba lengkap katanya.

Begitu juga dengan guru-guru yang mengajar di SDN 2 Elok Kolong ini. Mereka adalah Albertus Alang, Stepanus Agung, Dominikus Udut dan Noerhayati. Mereka pantas diberi “1.000 Jempol”.

Meski Hanya Dibayar Beras, Guru ini Tetap Berjuang Untuk Mendidik Siswa-Siswinya
Tim Duta Pendidikan berfoto bersama siswa dan guru SD N 2 Elok Kolong, Desa Tebuah Kecamatan Tuah Subah Kabupaten Sambas, Sabtu (8/10/2016). Foto tribun pontianak.

Meskipun mereka hanya digaji dengan beras hasil pemberian warga tidak menghalangi semangatnya untuk mencerdakan anak bangsa. Mereka harus mencari tambahan biaya hidup dengan mengojek bahkan tak jarang mereka harus mencari emas di sungai demi mencukupi kebutahan sehari hari.

“Meskipun kami hanya digaji dengan bebarapa kilogram beras saja, hal itu tidak membuat semangat kami mengajar turun. Jika bukan kita siapa lagi yang peduli dengan anak-anak di sini. Meraka harus pintar, meraka harus bersekolah agar kelak bisa mencapai cita-cita mereka,” ungkap Albertus Alang dengan semangat selaku Koordinator di SDN 2 Elok Kolong.

Awalnya ada lima orang yang mengajar di sini, tetapi beriring jalan waktu hanya tersisa empat orang yang bertahan mengajar di sini.

Memang kondisi perkampunggan disini sangat jauh dari keramaian, ditambah lagi tidak ada listrik apalagi sinyal handphone yang membuat orang yang sesekali datang ke sini memang tidah betah.

Leader Duta Pendidikan 2016, Aam Priadi, mengaku kagum dengan guru-guru di SD N Elok Kolong ini.

Baca Juga : Shafa, Siswi Yatim ini Dipukul Guru Hingga Giginya Rontok dan Trauma, Hanya Karena Tak Hafal Rumus

“Mereka (guru) mampu menjadikan itu semua sebagai motivasi bukan sebagai halangan demi memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia khususnya di Kalimantan Barat agar semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak demi kemajuan bangsa,” katanya.

Aam menuturkan selama di sana Duta Pendidikan melakukan aksi pemberian donasi berupa pakaian sekolah, sepatu, dan buku.

Menurutnya alasan pemilihan bakti sosial dilakukan di sana, karena kondisi sekolah yang masih sangat memprihatikan. Sekolah tersebut hanya memiliki tiga ruang kelas dengan berlantaikan tanah. Sementara dinding dari anyaman bambu, serta kursi meja dan kayu hanya seadanya untuk belajar.

“Alhamdulillah kami lihat sudah mulai ada pembangunan ruang kelas baru di sana yang lebih layak. Hanya saja baru tiang bangunan. Infonya, bangunan itu akan menjadi dua ruang kelas dan direncanakan Desember kelar,” ungkapnya.

SHARE ARTIKEL