Virus Corona Bisa Cepat Mati di Iklim Tropis, ini Pesan Presiden Jokowi

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 25 Apr 2020

Virus Corona Bisa Cepat Mati di Iklim Tropis, ini Pesan Presiden Jokowi

Presiden Jokowi - Image from nasional.kontan.co.id

Presiden beri pesan ke masyarakat Indonesia

Ada harapan jika virus corona akan cepat hilang di negara beriklim tropis, termasuk Indonesia. Semoga klaim ini adalah benar adanya, sehingga Indonesia bisa segera bangkit dari pandemi virus mematikan ini.

Hasil penelitian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, menyatakan bahwa virus corona Covid-19 bisa lebih cepat mati di suhu udara panas.

Tak elak, paparan sinar matahari dan juga tingkat kelembaban yang tinggi menjadi perhatian bagi Presiden Joko Widodo.

Sebab, merujuk pada hasil penelitian tersebut, berarti virus corona Covid-19 bisa lebih cepat mati di negara beriklim tropis seperti Indonesia.

Meskipun informasi dari Amerika Serikat ini menjadi kabar baik sekaligus kabar gembira bagi Indonesia yang sedang berperang melawan virus corona Covid-19, namun Presiden meminta masyarakat Indonesia agar tetap waspada dan mencegah penyebaran virus ini. 

"Tadi pagi saya mendengar pernyataan dari pejabat Department of Homeland Security Amerika Serikat yang menyampaikan hasil penelitian bahwa suhu udara dan paparan sinar matahari serta kelembaban udara, sangat mempengaruhi kecepatan kematian virus Covid-19 baik di udara maupun permukaan tidak berpori," ujar Presiden dalam pernyataannya yang diunggah di channel Youtube Kepresidenan, Jumat (24/4).

Baca Juga: Tak Sembarangan, ini Cara Mencuci Masker Kain Agar Bersih dari Virus Corona

Menurut presiden mengutip penelitian tersebut, semakin tinggi temperatur, maka semakin tinggi pula kelembaban udara, dan adanya paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup virus corona Covid-19. 

"Berita ini sangat menggembirakan kita, karena kita hidup di alam tropis yang suhunya panas, udaranya lembab dan kaya akan sinar matahari," ujar Presiden. 

Kendati demikian, Presiden Jokowi kembali mengimbau masyarakat Indonesia agar jangan sampai lupa melaksanakan protokol kesehatan untuk pencegahan virus corona Covid 19. "Harus tetap dijalankan dengan kuat, dengan disiplin yang kuat," ujar Presiden. 

Presiden juga berpesan agar masyarakat selalu melaksanakan empat hal. Yakni selalu mencuci tangan, selalu menggunakan masker, selalu menjaga jarak dengan orang lain dan menghindari kerumunan, serta meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh masing-masing.

Seperti yang kita ketahui bersama, menurut penelitian baru yang diumumkan oleh seorang pejabat senior AS pada Kamis (23/4), virus corona bisa dengan cepat mati oleh sinar matahari.

Memang hasil penelitian tersebut belum dipublikasikan ke publik dan masih menunggu evaluasi eksternal.

William Bryan, penasihat sains dan teknologi untuk sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, mengatakan temuan ini kepada wartawan di Gedung Putih AS.

Menurutnya, para ilmuwan pemerintah telah menemukan bahwa sinar ultraviolet memiliki dampak yang kuat pada patogen, sehingga ada harapan bahwa penyebarannya dapat mereda selama musim panas.

"Pengamatan kami yang paling mencolok hingga saat ini adalah efek kuat yang dimiliki cahaya matahari untuk membunuh virus, baik permukaan maupun di udara," ujar Bryan.

Ia juga menambahkan, peneliti telah melihat efek yang serupa dengan suhu dan kelembaban, di mana peningkatan suhu dan kelembaban atau keduanya, kurang menguntungkan bagi virus.

Namun makalah itu sendiri belum dirilis untuk ditinjau, sehingga sulit bagi para ahli independen untuk berkomentar tentang seberapa kuat metodologinya.

Baca Juga: Bongkar Deretan Teori Konspirasi tentang Corona yang Menyesatkan

Melansir South China Morning Post, Presiden AS Donald Trump mengatakan, temuan itu harus ditafsirkan dengan hati-hati, namun juga mengklaim pembenaran, sebab hasil sebelumnya menunjukkan bahwa virus corona mungkin surut di musim panas.

"Saya pernah mengatakan bahwa mungkin virus itu akan mati dengan panas dan cahaya. Dan orang-orang tidak terlalu menyukai pernyataan itu," ujarTrump.

Memang sinar ultraviolet memiliki efek mensterilkan, sebab radiasi mampu merusak materi genetik virus dan kemampuannya untuk bereplikasi.

Akan tetapi, pertanyaan kuncinya adalah berapa intensitas dan panjang gelombang sinar UV yang digunakan dalam percobaan, dan apakah ini secara akurat meniru kondisi cahaya alami di musim panas?

Bryan membagikan slide yang merangkum temuan-temuan utama dari percobaan yang dilakukan di Pusat Analisis dan Penanggulangan Biodefensi Nasional di Maryland itu.

Riset tersebut menunjukkan bahwa waktu paruh virus - atau waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi tingkat infeksi menjadi setengahnya, yakni 18 jam saat suhu 21 hingga 24 derajat Celcius (70 hingga 75 derajat Fahrenheit) dengan kelembaban 20% pada non-porous permukaan.

Ini termasuk benda-benda seperti gagang pintu dan stainless steel.

Namun waktu paruh turun menjadi enam jam saat kelembaban naik menjadi 80% dan hanya dua menit saat sinar matahari ditambahkan ke permukaan.

Saat virus itu aerosoles, yang berarti melayang di udara, maka waktu paruhnya adalah satu jam saat suhu 70 hingga 75 derajat dengan kelembaban 20%. Sedangkan saat terpapar sinar matahari, waktu paruhnya turun menjadi hanya satu setengah menit.

Bryan menyimpulkan bahwa kondisi seperti musim panas bakal menciptakan lingkungan (di mana) penularan dapat dikurangi.

Semoga penemuan ini bisa segera dioptimalkan oleh para pakar, sehingga besar harapan virus corona di Indonesia dapat hilang saat musim kemarau tiba.

SHARE ARTIKEL