Bongkar Deretan Teori Konspirasi tentang Corona yang Menyesatkan
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 21 Apr 2020Teori konspirasi - Image from pop.grid.id
Masih banyak yang percaya dengan teori konspirasi ini
Teori konspirasi virus corona yang beredar luas semakin menguat dan mulai dipercaya. Munculnya teori konspirasi yang sesat tentang virus corona telah memberi ancaman serius terhadap langkah dunia menangani pandemi global dari Covid-19 ini.
Kebenaran tentang bagaimana munculnya virus corona sampai sekarang masih menjadi misteri.
Hal ini pun semakin rancu karena beredar berbagai teori konspirasi di masyarakat luas.
Munculnya teori konspirasi yang sesat tentang virus corona telah memberi ancaman serius terhadap langkah dunia menangani pandemi global dari Covid-19 ini.
Sebab, tak sedikit orang yang meyakini teori-teori konspirasi yang telah tersebar luas tersebut.
Sejak virus corona ditemukan pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China hingga terus menyebar ke seluruh dunia, berbagai teori konspirasi seakan makin memperkeruh pandemi virus corona ini.
Teori tersebut mengarah pada asal-usul virus corona baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2.
Hingga saat ini, lebih dari 2,4 juta orang telah terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Virus corona sendiri telah memunculkan beragam teori konspirasi yang seakan makin memperpanjang pandemi.
Lalu, apa saja sih, teori konspirasi yang menyesatkan terkait virus corona? Berikut selengkapnya.
Ilustrasi gambar senjata biologis - Image from www.hitekno.com
Semakin meluasnya wabah virus corona yang bermula dari kota Wuhan, China memunculkan rumor bahwa virus ini dibuat di sebuah laboratorium biologis.
Klaim rumor ini, seperti yang dilansir dari Live Science, Senin (20/4/2020), juga menyebut bahwa virus corona dibuat sebagai senjata biologis atau bioweapon.
Serangkaian penelitian kemudian dilakukan oleh banyak peneliti dan ilmuwan yang pada akhirnya tidak menemukan satu pasien pun dengan virus corona yang dapat menunjukkan asal muasal virus ini.
Para peneliti menunjukkan bukti bahwa virus corona ini ditularkan secara alami dari inang hewan, kemungkinan kelelawar dan tidak direkayasa sama sekali oleh manusia.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine pada 17 Maret lalu menunjukkan bukti spesifik bahwa virus corona, SARS-CoV-2 tidak direkayasa di laboratorium di China.
Melansir Science Daily, analisis data sekuens genom dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19, menunjukkan bahwa virus tersebut merupakan produk evolusi alami dan bukan rekayasa genetika di laboratorium.
"Dengan membandingkan data sekuens genom yang tersedia untuk strain virus corona yang diketahui, kita dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," ujar Kristian Andersen, PhD, seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research.
Baca Juga: Fenomena Aneh, di Solo Ribuan Cacing Muncul ke Permukaan Tanah
2. Teknologi 5G transmisikan virus corona
Ilustrasi teknologi 5G - Image from www.indozone.id
Seakan belum selesai dengan rumor bahwa virus corona merupakan senjata biologis, muncul teori baru jika teknologi 5G merupakan biang penyebaran virus SARS-CoV-2.
Teori konspirasi yang mengklaim teknologi 5G membantu transmisi virus corona ini telah dikutuk oleh komunitas ilmuwan seluruh dunia.
Melansir BBC News, teori tersebut muncul dari viralnya video yang menunjukkan menara ponsel terbakar di Birmingham dan Merseyside.
Jaringan seluler Inggris telah melaporkan 20 kasus tiang yang menjadi sasaran dalam dugaan serangan pembakaran selama akhir pekan ketika Paskah lalu.
Termasuk kerusakan pada tiang yang menyediakan konektivitas seluler ke Rumah Sakit Nightingale Birmingham.
Video kebakaran menara tersebut pun tersebar di berbagai situs media sosial, seperti Facebook, Instagram dan juga platform Youtube.
Jaringan 5G sendiri merupakan jaringan ponsel yang dibawa oleh gelombang radio. Akan tetapi teori konspirasi ini menyebut bahwa jaringan ini bertanggung jawab atas penyebaran virus corona.
Para ilmuwan mengatakan gagasan tentang hubungan antara Covid-19 dan jaringan 5G merupakan sampah lengkap dan secara biologis itu tidak mungkin.
Teori konspirasi telah dicap sebagai berita palsu terburuk oleh Direktur Medis NHS England Stephen Powis.
Tak berhenti disitu, jaringan 5G juga diklaim dapat menekan sistem kekebalan. Klaim ini juga semakin memberi informasi berlebihan yang tidak benar kepada masyarakat luas.
Sebab, teori ini secara langsung menunjukkan informasi yang salah tentang kerentanan seseorang terkena virus akibat teknologi 5G.
Baca Juga: Akibat Pasien Tak Jujur, 46 Tenaga Medis Positif Corona
3. Teori konspirasi dari pemerintah
Ilustrasi negara di dunia - Image from www.sekolahan.co.id
Teori konspirasi yang bermunculan tak elak memberikan banyak peluang bagi pemerintah di sejumlah negara.
Melansir New York Times, mengantisipasi serangan politik dengan memanfaatkan kondisi pandemi virus corona ini, tidak sedikit pemerintah yang memperdagangkan klaim palsu mereka sendiri.
Seorang pejabat senior China mendorong klaim bahwa virus itu dibawa ke China oleh anggota Angkatan Darat Amerika Serikat. Lebih buruknya, tuduhan itu bahkan diizinkan berkembang di media sosial China yang dikontrol ketat.
Di Venezuela, Presiden Nicolás Maduro menyatakan bahwa virus corona sebagai bioweapon Amerika yang ditujukan untuk China.
Sedangkan di Iran, para pejabat menyebut jika wabah virus corona sebagai rencana untuk menekan pemungutan suara disana.
Bahkan gerai-gerai yang mendukung pemerintah Rusia, termasuk cabang-cabang di Eropa Barat, telah mempromosikan klaim bahwa Amerika Serikat tengah merekayasa virus untuk merusak ekonomi China.
Baca Juga: Presiden Jokowi Yakin Corona Hilang Seiring Gantinya Tahun
Klaim sesat pun juga merebak di Italia, sebagai negara dengan angka kasus virus corona tertinggi di Eropa.
Matteo Salvini, pemimpin Partai Liga anti-migran Italia, menulis di Twitter bahwa China telah merancang "supervirus paru-paru" dari "kelelawar dan tikus."
Presiden Jair Bolsonaro dari Brasil telah berulang kali mempromosikan pengobatan virus corona yang tidak terbukti, dan membuat pandangan publik seakan-akan virus itu tidak berbahaya seperti yang dikatakan oleh para ahli.
Untungnya, platform sosial media Facebook, Twitter dan YouTube telah mengambil langkah luar biasa untuk menghapus unggahan seputar klaim sesat terkait virus corona tersebut.