Wanita Boleh Menggunakan Pakaian Ketat, Asalkan....
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 13 Apr 2020Wanita berpakaian ketat bagaimana hukumnya? - Image from beautynesia.id
Anjuran berpakaian untuk kaum hawa yang sopan dan baik
Namun ternyata, seorang wanita boleh lho, memakai pakaian yang ketat, tapi dengan satu syarat. Apa itu?
Agama Islam telah memerintahkan para wanita untuk mengenakan pakaian yang sopan, Allah Ta'ala berfirman;
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖوَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖوَلَا يُبْدِينَ زِي
Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka ….” (QS. An-Nuur: 31)
Terkait ayat diatas, para ulama telah menyebutkan syarat-syarat pakaian muslimah, salah satunya adalah pakaian yang tidak tipis dan tidak tembus pandang, yang mana dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh.
Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Lebih jauh, ternyata wanita boleh menggunakan pakaian ketat, asalkan dengan satu syarat, yaitu di depan suaminya.
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menyatakan, diperbolehkan bagi seorang istri mengenakan pakaian ketat di hadapan suaminya.
Seperti ini tidak dianggap sebagai bentuk menyerupai pakaian orang kafir. Sebab yang disebut tasyabbuh atau menyerupai orang kafir yang terlarang adalah menyerupai pada sesuatu yang menjadi ciri khas mereka, yang di mana yang ditiru bukanlah hal yang ditemukan pada kaum muslimin.
Bahkan Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid juga menyatakan, memakai pakaian yang kecil (ketat) termasuk dalam bentuk berhias di hadapan suami.
Seperti itu tidak disebut tasyabbuh yang tercela. Sebab semua orang melakukan hal yang sama, bukan orang kafir saja.
Baca Juga: Bolehkah Berada dalam Satu Group Whatsapp dengan Lawan Jenis?
Akan tetapi perlu berhati-hati jika bertabarruj (berdandan) seperti itu untuk di luar rumah atau berhias seperti itu di hadapan yang bukan mahram, jelas seperti itu dilarang.
Adapun dalil yang menunjukkan hendaknya wanita tidak memakai pakaian ketat (saat keluar rumah) adalah hadits dari Usamah bin Zaid di mana ia pernah berkata,
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada istriku. Suatu kala Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menanyakanku: ‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’. Kujawab, ‘Baju tersebut kupakaikan pada istriku wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya.’” (HR. Ahmad dengan sanad layyin, namun punya penguat dalam riwayat Abi Daud. Ringkasnya, derajat hadits ini hasan).
Dalil diatas adalah sejelas-jelasnya dalil yang menunjukkan haramnya menggunakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh.
Baca Juga: Bolehkah Memakai Krim Wajah Saat Berpuasa?
Pakaian Quthbiyyah adalah pakaian dari Mesir yang tipis. Apabila tidak dikenakan baju rangkap di dalamnya, maka akan nampak bentuk tulangnya sehingga nampaklah aurat wanita. Bahkan nampak pula warna kulitnya.
Demikian ujar Syaikh ‘Amru bin ‘Abdil Mun’im Salim dalam kitab beliau Jilbab Al Mar-ah Al-Muslimah, hlm. 23.
Adapun larangan tabarruj disebutkan dalam ayat berikut,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah yang dahulu” (QS. Al-Ahzab: 33).
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.