Wajib Ditiru, Seni Menegur dan Memuji Anak, Agar Tidak Tersinggung

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 23 Apr 2020

Wajib Ditiru, Seni Menegur dan Memuji Anak, Agar Tidak Tersinggung

Ilustrasi menegur anak - Image from aura.tabloidbintang.com

Perlukah menegur anak?

Perlu, namun ada seninya, tak sembarangan agar anak tidak tersinggung dan malah tersentuh.

Anak-anak memang seringkali bersikap tak terkontrol. Hal ini karena emosinya yang belum matang dan belum berpikir secara kompleks dan penuh pertimbangan. Bukan hanya anak balita saja, akan tetapi juga anak remaja.

Sebagai manusia, anak juga tak bisa luput dari kesalahan. Dan sebagai orangtua kita tentu tak mungkin membiarkannya. Justru dari kesalahan yang dilakukan, anak bisa belajar banyak.

Tugas orangtua ialah memberi tahu anak-anak bahwa setiap kesalahan yang dilakukannya memiliki konsekuensi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Teguran bahkan hukuman boleh diberikan kepada anak, asalkan hal tersebut bisa mendidiknya dan tak menimbulkan trauma.

Menegur anak itu perlu, asalkan ada seninya. Agar anak tidak tersinggung dan malah tersentuh.

Sebenarnya antara tersinggung dan tersentuh itu hampir sama, sama-sama mengenai hati.

Bedanya, tersinggung itu menyebabkan goncangan yang luar biasa pada hati dan perasaan.

Sedangkan tersentuh tidak ada goncangan, bahkan terkesan sangat lembut.

Sebagai orang tua, terkadang kita mendapati anak kebingungan saat kita menegurnya.

Dengan raut muka yang cemberut, ia seakan-akan bertanya "Apa salahku Bunda, kenapa kok aku ditegur?"

Pertanyaannya, sebagai orang tua, khususnya Ibu, apakah kita sudah memberi informasi peraturan pada anak-anak?

Misalnya begini, saat anak membuang sampah sembarangan, kita pasti marah dan menegurnya.

Masalahnya, sudahkah kita memberi informasi padanya kalau membuang sampah itu harus di tempat sampah?

Jika belum, maka anak saat melakukan kesalahan dan mendapat teguran, ia jadi bingung. "Memang seharusnya dibuang dimana?"

Baca Juga: Punya Anak Pertama Perempuan, Hidup Jadi Lebih Berkah?

Nah, jadi kalau kita sudah pernah memberi informasi kepada dia, lalu dia melakukan kesalahan, maka hal itu bisa diterima oleh anak.

Contoh kedua, anak pulang malam jam 12. Lalu kita menegurnya.

Yang jadi pertanyaan, apakah kita sudah memberi informasi bahwa kita membatasi jam malam anak hanya sampai jam 10 saja?

Biasanya kita belum memberi peraturan dan arahan, namun anak sudah melakukan, dan kita pun menjadi marah. Ini yang salah.

Jadi sekali lagi, tips agar anak tidak tersinggung yaitu kita harus memberi informasi dan arahan dulu, seperti apa yang kita harapkan.

Kita juga harus memahami bagaimana sikap anak. Misalnya, kita memberi arahan agar anak melipat selimutnya setelah bangun tidur.

Anak pertama melipat dengan rapi, anak kedua melipatnya asal-asalan. Di mata mereka, antara rapi dan asal-asalan adalah sama saja, sama-sama melipat.

Nah, kita seharusnya memberi contoh dulu kepada anak-anak, bagaimana melipat selimut yang kita harapkan.

Baca Juga: Orangtua Harus Sadar, ini Sebab Anak Jadi Durhaka

Sebenarnya masih banyak contoh lain yang bisa kita amalkan, semuanya tergantung kemauan dan niat dari diri kita masing-masing.

Ingat ya, anak pintar itu karena orang tua. Anak malas pun karena orang tua.

Oleh karena itu, inilah waktu terbaik bagi kita untuk mengajarkan kepada anak-anak hal yang baik, yang sesuai dengan syariat Islam.

Tonton video selengkapnya [DISINI]

Semoga bermanfaat.

SHARE ARTIKEL