Bisnis Baru Saat PSBB, Penyelundupan Pemudik ke Kampung Halaman
Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 30 Apr 2020Ilustrasi jasa penyelundupan pemudik saat PSBB - Image from merahputih.com
Sungguh kepala batu.
Diminta jangan mudik malah tetap nekat mudik pakai jasa 'penyelundupan'.
Awas! selain bisa ditangkap polisi, kita juga bisa menularkan virus ke keluarga yang ada di kampung halaman.
Kepolisian Republik Indonesia saat ini tengah melakukan penyelidikan mengenai dugaan penyelundupan pemudik jelang Lebaran 2020.
Jasa penyelundupan itu sering ditawarkan di media sosial agar masyarakat bisa pulang kampung di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jabodetabek.
"Iya, kami melakukan penyelidikan terkait adanya dugaan itu," ujar Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Argo Yuwono, melansir Tempo, (30 April 2020)
Hingga saat ini, Argo mengatakan bahwa polisi belum menemukan biro jasa yang kedapatan menawarkan mudik secara diam-diam itu.
Akan tetapi ia telah menginformasikan kepada seluruh jajaran di polda dan polres agar bersiaga menghadapi modus penyelundupan pemudik ini.
"Kami sampaikan ke anggota yang bertugas di lapangan, supaya modus-modus seperti ini bisa kami antisipasi," ujarnya.
Baca Juga: Jangan Mudik!! Penjara 1 Tahun dan Denda 100 Juta Bagi yang Masih Nekat
Informasi mengenai penyelundupan mudik itu, kini ramai ditawarkan melalui pesan WhatsApp atau melalui media sosial lainnya.
Mereka menawarkan jasa menerobos blokade polisi di pos pantau agar masyarakat dapat pulang kampung ke halamannya masing-masing pada tahun ini.
Salah satu usaha penyelundupan penumpang di bus itu ditemukan polisi di Pos PAM Kedung Waringin Bekasi. Polisi menemukan 6 pemudik di dalam bus yang berusaha mengelabui petugas.
Dirlantas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo menjelaskan, keenam orang pemudik itu menyandarkan bangku penumpang agar tidak terlihat petugas yang tengah berjaga.
Namun tetap saja, aksi mudik diam-diam itu akhirnya gagal setelah polisi memeriksa bagian dalam bus.
"Ditemukan ada lima orang merebahkan tempat duduk dan lampu dimatikan. Ditemukan juga satu orang di dalam toilet bus," ujar Sambodo.
Baca Juga: Alhamdulillah, DKI Nyatakan Tak ada Penambahan Kasus Positif Corona
Kepada polisi, keenam pemudik tersebut mengatakan membayar uang sebanyak Rp 250 ribu per orang kepada sopir bus agar bisa mudik ke Jawa Tengah.
Mereka berharap dengan menyandarkan kursi bus dan mematikan lampu, dapat membuat bus seolah-olah tak berpenumpang.
Atas aksi mudik diam-diam itu, keenam pemudik hanya didata saja oleh petugas. Mereka dan juga sopir bus diperintahkan untuk memutar balik ke Jakarta dan tidak melanjutkan perjalanannya.