Terkuak, Kurangnya APD Menjadi Faktor Kematian Dokter IDI yang Menangani Corona

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 23 Mar 2020

Terkuak, Kurangnya APD Menjadi Faktor Kematian Dokter IDI yang Menangani Corona

Petugas medis gunakan APD yang tak sesuai - Image from style.tribunnews.com

Gara-gara Alat Perlindungan Diri (APD) minim, enam dokter meninggal.

Tak hanya masker dan hand sanitizer yang dikeluhkan masyarakat luas, paramedis yang menjadi garda terdepan penanganan virus corona pun juga mengeluhkan minimnya APD. Padahal, APD memiliki peran yang sangat penting untuk kesehatan dan keselamatan mereka.

Semoga pemerintah segera menanggapi hal ini. Karena kalau bukan dokter, lalu siapa yang akan menangani pasien positif corona?

Dokter Pandu Riono dalam akun twitter resminya mengatakan bahwa meninggalnya dokter Djoko Judodjoko akibat dirinya terinfeksi virus corona atau COVID-19 karena sulitnya alat pelindung Diri (APD). 

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor pun mengakui kurangnya APD dalam hal menangani COVID-19.

"Sekarang mengenai APD tenaga medis, sebenarnya mau jujur sih kurang optimal ya, kalau kita lihat itu perlengkapan untuk alat perlindungan diri memang kurang memadai. Tapi kita bilang kekurangan tidak juga, maksudnya, mungkin faktor lain frekuensi kunjungan pasien, komplit lah masalah. Kalau dibilang kurang APD enggak juga," ujar Ketua IDI Kota Bogor dokter Zainal Arifin, seperti yang dilansir dari laman VIVAnews, Minggu 22 Maret 2020.

Zainal juga menjelaskan, faktor lainnya saat ini tenaga medis sudah menerapkan prosedur ketat sejak berada di UGD. Mulai dari pasien yang masuk itu diperiksa seluruh tubuhnya.

"Tetapi kita tidak menutup kemungkinan bahwa memang kurang memadai ya," kata Zainal.

Baca Juga: Mengharukan, Proses Pemakaman Korban Corona Sepi Tanpa Keluarga dan Pelayat

Zainal mengungkapkan bahwa semua orang tidak tahu terkait penyebaran COVID-19. Bahkan, menurut dia, penyebaran virus bisa melalui banyak tempat. Orang yang tertular pun kondisinya bisa terlihat sehat tanpa gejala apapun.

"Sebenernya kita tidak tahu penyebaran virus ini sudah tidak terkontrol di mana-mana, banyak tempat sebenarnya apakah itu di luar di lingkungan, apakah di rumah, bahkan yang terkena kondisinya sehat. Umumnya juga berdasarkan pengamatan kita yang berumur lansian 60-70 tahun dan komplikasi lain rentan perburukan kondisi klinis covid 19 ini dan berakhir pada kematian," kata Zainal.

Baca Juga: Kisah Pilu Pasien 01 Virus Corona: `Hampir Setiap Hari Saya Menangis`

Sebelumnya, Dokter Pandu lewat akun twitter pribadinya menyebut, bahwa penyebab meninggalnya dokter Djoko, adalah akibat kondisi sulitnya APD. Bahkan, Dokter Pandu juga mengatakan jika kondisi ini sulit untuk dimaafkan.

"Selamat jalan mas Koko, maafkan saya belum berhasil mendorong agar pemerintah @jokowi serius mengatasi pandemi covid19. Mas terinfeksi karena aktif beri layanan. Banyak petugas kesehatan yang terinfeksi dan pergi, minimnya APD sulit dimaafkan. Tidak cukup bicara, kita semua berbuat," tulis dr. Pandu dalam akun twitter pribadinya.

SHARE ARTIKEL