Potensi Kasus Corona DKI Capai 9.430, Anies:”Semua ini harus dicegah”

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 31 Mar 2020

Potensi Kasus Corona DKI Capai 9.430, Anies:”Semua ini harus dicegah”

Keluarga pasien melihat dari jauh saat petugas pemakaman menguburkan jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Kamis (26/3/2020) - Image from kompas.com

Anies sebut 283 orang meninggal, potensi kasus corona di DKI capai 9 ribu

"Itu bukanlah angka, tapi itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat, dan masih berkegiatan", mereka punya anak, punya istri, dan keluarga, semua ini harus kita cegah pertambahannya", penuturan pak Anies.

Ayo!!! Bersama-sama kita putus rantai penyebaran corona ini, keadaan ini menunjukkan pandemi corona di Indonesia masih amat mengkhawatirkan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta kepada warganya agar lebih meningkatkan upaya dalam pencegahan penularan virus corona. Pasalnya, angka kasus positif corona setiap harinya terus melonjak drastis.

Anies mengatakan, selama periode 6-29 Maret 2020, Pemprov DKI telah melakukan pemakaman dan pemulasaran kepada jenazah menggunakan protap (prosedur tetap) Covid-19. Yaitu dengan menggunakan peti jenazah, dan harus dikebumikan kurang dari 4 jam.

Sedangkan bagi petugas medis yang memakamkan jenazah, juga harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD). Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penularan, apabila jenazah memang dinyatakan positif corona.

Potensi Kasus Corona DKI Capai 9.430, Anies:”Semua ini harus dicegah”

Gubernur DKI Anies Baswedan - Image from megapolitan.kompas.com

Dari angka tersebut, Pemprov DKI membuat perkiraan potensi kasus positif virus corona di Jakarta. Angka yang didapat pun sangat mengkhawatirkan, yaitu 9.430 kasus positif, per 29 Maret 2020.

Baca Juga: Heboh, Kalung Antivirus Banyak Dipakai Artis, Benarkah Bisa Tangkal Corona?

Statistik tersebut menggambarkan bahwa situasi di Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan saat situasi seperti ini. 

Jangan memandang angka tersebut hanya sebagai statistik angka, “Itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat, bulan lalu bisa berkegiatan. Mereka punya anak, istri, saudara. Dan ini semua harus kita cegah pertambahannya,” tambah Anies.

Kesadaran masyarakat yang dibutuhkan yaitu melakukan pembatasan diri secara maksimal, tidak pergi ke luar rumah jika tidak ada kepentingan mendesak, menjaga kebersihan diri, dan langkah lainnya.

Baca Juga: Indonesia Tegaskan Tak Akan Lockdown, Mengaca dari Negara yang Gagal

Diketahui, hinga Senin (30/3), kasus positif corona di Jakarta berjumlah 720. 81 diantaranya merupakan tenaga medis di 30 rumah sakit di Jakarta.

Dari angka tersebut, 48 orang diantaranya sembuh, 76 orang meninggal dunia, 445 orang dirawat, dan 151 lainnya menjalani isolasi mandiri.

Ada pula 599 orang yang masih menunggu hasil laboratorium. Sedangkan untuk Orang Dalam Pemantau (ODP) hingga kini berjumlah 2.288 orang, Pasien Dalam Pengawasan 1.046 orang, dengan rincian 708 orang masih dirawat dan 338 lainnya sudah dipulangkan. Terakhir, ada 1.791 orang yang selesai dipantau.

Pesan Dokter Tirta untuk netizen 

Tirta Mandira Hudhi, pengusaha sekaligus influencer bergelar dokter, terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya menghadapi Covid-19. 

Menurut dia, meski tak bisa terjun langsung ke rumah sakit untuk merawat pasien, dia masih bisa menerapkan sumpah dokternya dengan mengedukasi masyarakat. 

Namun, dia merasa miris ketika melihat masih banyak warga Indonesia yang saling menghujat, bahkan memolitisasi infeksi Covid-19 di media sosial. 

"Untuk netizen stop menghujat, ini penyakit (Covid-19) musuh bersama. Bukan berarti kita di Twitter, Instagram, Youtube malah hujat A B, hujat Pak Anies, Pak Jokowi. Malah digeser ke politik, dibawa ke pemilu cebong, kampret!" kata Tirta 

Tirta kemudian mengutuk para buzzer yang kian memecah belah masyarakat di dunia maya di tengah pandemik Covid-19 ini. 

Menurut dia, wabah ini sudah seperti penjajahan dengan bentuk bencana non-alam. Penyebarannya yang begitu cepat serta banyaknya korban jiwa menunjukkan hal tersebut.

 "Enggak usah hujat, ini sudah musuh bersama kayak penjajah. Pejuang '45 kita bersatu melawan penjajahan, masak kita enggak bisa bersatu lawan virus," ucap Tirta. 

Tirta mengatakan, pemerintah harus segera mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini. Sementara bagi warga harus berpartisipasi dengan tetap di rumah jika tak ada keperluan yang benar-benar mendesak.

283 Bukan Angka Statistik

Dari 283 warga yang dikuburkan dengan protap (prosedur tetap) Covid-19, sebagian besar dari mereka masih belum sempat menjalani tes corona, namun meninggal dunia dengan gejala seperti terinfeksi virus corona. 

Ada pula warga yang sudah diambil sampelnya, akan tetapi uji laboratorium belum keluar, namun warga itu sudah lebih dulu meninggal dunia.

Angka pemakaman di DKI Jakarta dengan protokol Covid-19 tersebut, jauh lebih besar daripada jumlah pasien corona yang meninggal dunia secara nasional. 

Hingga saat ini, jumlah pasien positif corona yang meninggal dunia di Indonesia mencapai 122 orang. 

Ditanyai soal begitu besarnya angka pemakaman warga itu, Anies menjelaskan bahwa angka itu bukan angka statistik.

“Ada 283 kasus. Artinya ini adalah mungkin mereka-mereka yang belum sempat dites karena itu tidak bisa disebut sebagai positif (Corona) atau sudah dites tapi belum ada hasilnya, kemudian wafat,” ungkap Anies di Balai Kota Jakarta, seperti yang dilansir dari laman Jawapos, Senin (30/3).

Suara Anies Bergetar Saat Singgung 283 Warga Meninggal

SHARE ARTIKEL