Diperingatkan Warga Agar Tak Susur Sungai, Pembina: "Kalau Mati di Tangan Tuhan"

Penulis Isfatu Fadhilatul | Ditayangkan 24 Feb 2020

Diperingatkan Warga Agar Tak Susur Sungai, Pembina:

Salah satu korban meninggal saat acara susur sungai, Khoirunnisa Nur Cahyani Sukmaningdyah, dimakamkan hari Sabtu (22/2/2020) di makam Dusun Karanggawang Girikerto, Turi. - Image from regional.kompas.com

Jangan menilai nasehat orang lain hanya sebatas angin lalu.

Seperti halnya yang terjadi pada pembina pramuka SMP N 1 Turi saat diperingati salah seorang warga untuk tidak melakukan kegiatan susur sungai. Namun malah disambut dengan kata tidak menyenangkan dari pembina. Jadikanlah peristiwa ini untuk lebih menghargai nasehat ataupun ucapan dari orang lain.

Salah seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Jumat (21/2/2020) lalu, Tita Farza Pradita, bercerita perihal peringatan warga setempat terkait kegiatan yang mereka lakukan. 

Gadis yang biasa dipanggil Tita itu mengaku bahwa ia mendengar warga memperingatkan pembina Pramuka sebelum kegiatan susur Sungai Sempor berlangsung. 

"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti yang dilansir dari Kompas TV. 

Akan tetapi, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak menyenangkan dari pembinanya.

"Katanya, 'Enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan', kata kakak pembinanya," ucap Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban dari pembina pramukanya tersebut.

Baca Juga: Petaka Tragedi 257 Siswa SMPN 1 Turi Hanyut, Manajemen Sungai: `Aduh, ini konyol!`

Sempat menolong tiga orang

Diperingatkan Warga Agar Tak Susur Sungai, Pembina:

Tita Farza Pradita, salah seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman - Image from www.youtube.com

Tita tak mengira ia akan mengalami kejadian naas ini saat menyusuri Sungai Sempor bersama dengan rekan-rekan sekolahnya serta adik-adik kelasnya. 

Pada Jumat (21/2/2020) sore itu, siswa-siswi SMPN 1 Turi dibagi menjadi beberapa regu untuk masuk ke sungai. Dari keterangan Tita, diketahui satu regu beranggotakan tujuh hingga delapan orang.

Tidak lama berjalan, arus besar dari arah atas tiba-tiba datang menerjang. Salah seorang rekan bernama Via yang saat itu tengah bersamanya mengeluh tidak kuat menahan derasnya arus. 

"Via bilang, 'Ta, aku udah enggak kuat'. Tak suruh dia pegangan di pundak," cerita Tita. Belum selesai bertahan dari arus yang semakin deras, Tita pun mendengar teriakan lain yang berasal dari adik-adik kelasnya.

"Adik kelas bilang, 'Mbak, Mbak, kae tulungi ana sing wes keli soko nduwur' (Mbak, Mbak, tolongi, ada yang sudah hanyut dari atas). Ya udah saya tolong," tambah Tita.

Tita juga menceritakan bahwa ia berusaha menggapai dua orang yang hanyut dari atas.

Tangan kanannya sibuk memegang seorang adik kelas perempuan, sedangkan tangan kirinya mencoba menggapai seorang anak laki-laki. Kedua anak itu hanyut terbawa arus dari atas.

"Adik kelas ada dua, (tangan) yang kanan megangin cewek, yang kiri megangin cowok, Via pegang pundak," katanya. 

Tak kuat karena kelelahan, keempat remaja itu pun tumbang, mereka terseret arus hingga beberapa meter jauhnya.

Tita mengaku terpisah dari ketiga anak yang sempat ditolongnya. "Terus aku kesangkut di batu, nangis minta tolong, ada warga yang nolongin," tambah Tita. 

Tita mengaku tak tahu secara pasti apa alasan kegiatan susur sungai diadakan. Yang ia tahu, susur sungai sudah menjadi kegiatan rutin Pramuka di SMPN 1 Turi. "Enggak tahu (tujuannya). Soalnya, setiap tahun kalau mau kemah pasti ada itu (susur sungai)," kata Tita.

Baca Juga: Jawaban Menohok para Dokter, Menyikapi Pernyataan Viral KPAI

Menewaskan 10 siswa

Proses evakuasi siswa SMPN 1 Turi Sleman yang menjadi korban tragedi susur sungai resmi dihentikan hari Minggu (23/2/2020) pukul 08.00 WIB.

Tim SAR gabungan telah menemukan dua korban terakhir pada hari ketiga pencarian. 

Sehingga total korban yang tewas berjumlah 10 orang. Sementara itu, puluhan siswa lainnya mengalami luka-luka. 

Pihak penyidik (polisi) telah menetapkan satu orang pembina sekaligus guru SMPN 1 Turi berinisial IYA sebagai tersangka dalam kejadian ini.

Ia disebut menjadi pencetus kegiatan tersebut. Akan tetapi, ketika kegiatan susur sungai berlangsung, IYA diketahui meninggalkan lokasi untuk keperluan lainnya.

Polda DIY lewat Akun official twitter @PoldaJogja membenarkan hal tersebut, pihaknya menulis "Satu pembina ada keperluan sehingga meninggalkan rombongan setelah mengantar siswa di lembah Sempor. Dan yang meninggalkan peserta inilah statusnya dinaikkan menjadi tersangka,"

IYA terancam dijerat Pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia.

Pihak penyidik juga menjerat IYA dengan Pasal 360 KUHP mengenai Kelalaian yang Menyebabkan Orang Lain Luka-luka, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

Dari tragedi ini, dapat kita ambil hikmah sebaiknya dengarkan saran orang lain, karena bisa jadi itu merupakan hal yang benar.

SHARE ARTIKEL