Terenyuh, Ini Alasan Umar bin Khattab Sampai Bersumpah Tak Mau Makan Ikan

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 26 Jan 2021

Terenyuh, Ini Alasan Umar bin Khattab Sampai Bersumpah Tak Mau Makan Ikan

Ilustrasi Umar bin Khattab - Image from Youtube.com

Teladan pemimpin yang tegas dan tak mementingkan diri sendiri

Saat itu, Umar bin Khattab diketahui ingin sekali makan ikan. Namun saat ikan itu sudah dihadapannya, ia malah menolak makan ikan. Bahkan ia sampai bersumpah, 'Demi Allah tak akan makan itu'. 

Kisah Khalifah Umar bin Khattab lagi-lagi memberikan hikmah yang luar biasa pada Umat Islam. 

Dikisahkan, Umar bin Khattab pernah memberikan teguran keras pada hambanya karena telah berlebihan dalam memenuhi keinginannya.

Kisah ini ditulis dalam kitab Fadhilah Haji oleh Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi rah.a.

Suatu ketika ada beberapa orang datang di depan pintu rumah Umar bin Khattab bersamaan dengan seorang hamba sahaya yang sedang lewat. 

Kemudian, orang-orang tersebut berkata, ini adalah hamba sahaya Amirul Mukminin dan tidak halal baginya.

Ia menuturkan apa saja yang boleh diberikan kepada Amirul Mukminin. 

"Ini adalah milik Baitul Mal. Dan yang diperbolehkan untuk Amirul Mukminin dari harta Baitul Mal adalah satu pasang baju musim panas, satu pasang baju musim dingin, bekal yang cukup untuk menunaikan haji dan gajinya."

Aslam RA berkata, bahwa hamba sahaya Umar berkata, "Suatu ketika diketahui bahwa Umar ingin makan ikan segar."

Maka hamba sahaya itu langsung pergi ke pantai dengan mengendarai untanya yang dijuluki Yarfa guna membeli ikan segar. 

Ia memacu untanya dengan begitu kencang untuk memenuhi keinginan Umar. Hingga si Unta pun bermandikan keringat karena kelelahan. 

Setelah kembali, hamba sahayanya itu memandikan untanya supaya keringat di sekujur badannya hilang. 

Lalu, Umar RA berkata, "Mari kita lihat untamu." ajak umar pada hamba sahayanya.

Setelah Umar melihat unta tersebut, ia melihat bahwa masih ada keringat di bawah telinga yang belum dibasuhnya. 

Melihat hal itu Umar ra kemudian berkata, "Ini lupa dibasuh," ujar Umar. 

Apa yang disampaikan Umar tersebut seolah-olah, ia mengejeknya bahwa hamba sahayanya telah memandikan untanya agar tidak ketahuan bahwa untanya berkeringat.

Setelah itu ia berkata, "Demi untuk memenuhi nafsu satu orang, kamu telah menyiksa binatang ini," ujar Umar.

Oleh sebab itulah, Umar berjanji tidak akan memakan ikan yang didapat dengan cara merugikan makhluk Allah SWT yang lain. 

Inilah komitmen yang dipegang Umar sebagai pemimpin bahwa semua makhluk ciptaan Allah tidak boleh dirugikan hanya demi memenuhi hasrat atau keinginan makhluk lain. 

Ia bahkan sampai bersumpah tak ingin makan ikan tersebut dengan tegas demi menunjukkan komitmennya. 

"Demi Allah Umar tidak akan makan ikan ini," ujarnya tegas.

Hikmah Komitmen untuk Tidak Merugikan Orang Lain

Kisah ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk tidak zalim kepada orang atau mahkluk lain hanya demi memuaskan keinginan diri sendiri. 

Kisah ini seharusnya bisa menjadi tamparan keras bagi para koruptor. Umar bin Khattab yang begitu besar kontribusinya pada agama dan umat saja tak sudi makan ikan yang nilainya tak seberapa. 

Padahal objek yang dirugikan hanyalah seekor unta. Tentu tak akan sebanding dengan perilaku keji yang dilakukan para koruptor. 

Koruptor memakan uang rakyat hingga bermilyar dan bahkan bertriliun-triliun. Ditambah lagi, entah berapa jumlah orang yang dirugikannya karena korupsi tersebut. 

Bukan lagi hitungan jari, bahkan bisa jadi sampai jutaan orang yang dirugikan. Kira-kira bisa dibayangkan begitu besarnya dampak kezaliman yang mereka lakukan. 

Tak hanya para koruptor, umat Islam sebagai personal juga perlu introspeksi pada diri sendiri. 

Tanyakan, pernahkah kita merugikan orang lain, hanya demi keinginan atau kepentingan diri sendiri? 

Seorang penjual yang menipu pembeli hanya demi sepeser keuntungan. Seorang atasan merugikan karyawan hanya demi mendapatkan kekayaan diri sendiri. Dan banyak lagi contoh lainnya. 

Semoga kita dihindarkan dari sikap semena-mena dan menzalimi orang lain. Dan senantiasa didekatkan dengan orang-orang shaleh.

SHARE ARTIKEL