Pilu, Pasien Covid-19 Meninggal di Taksi Online, Ditolak 10 RS Rujukan

Penulis Dian Editor | Ditayangkan 19 Jan 2021

Pilu, Pasien Covid-19 Meninggal di Taksi Online, Ditolak 10 RS Rujukan

Ilustrasi pasien Covid-19 meninggal - Image from merdeka.com

Jangan anggap enteng covid-19!

Kasus kian meningkat, tak diimbangi dengan ketersediaan fasilitas kesehatan. Akibatnya pasien Covid-19 kewalahan mencari rumah sakit. Apabila kondisi kritis dan perlu penanganan medis, maka tentu sangat berbahaya bagi keselamatannya. Ini kisahnya.

Kabar pilu datang dari seorang pasien positif Covid-19 di Depok, Jawa Barat yang dikabarkan meninggal dunia dalam taksi online setelah ditolak 10 RS Rujukan Covid-19. 

Kabar tersebut mulanya disampaikan LaporCovid-19 dan Center for Indonesia's Strategi Development Initiatives (CISDI) melalui siaran pers, pada Senin (18/1/2021). 

Mengenai kabar tersebut, tim LaporCovid-19 dan CISDI menerima laporan itu pada 3 Januari silam. 

"Salah seorang keluarga pasien di Depok melaporkan, pada 3 Januari 2021, anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan COVID-19," ujar siaran pers tersebut.

LaporCovid-19 dan CISDI juga menerima 23 laporan kasus pasien yang dikabarkan ditolak rumah sakit rujukan sejak akhir Desember 2020 hingga awal tahun 2021. 

Akibatnya, pasien COVID-19 ada yang meninggal dalam perjalanan ke RS atau meninggal di rumah. 

Laporan itu berasal dari wilayah Jabodetabek, yang terdiri dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 

Kondisi tersebut disebutkan sudah menunjukkan tanda-tanda tumbangnya layanan kesehatan akibat tidak sebanding dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang terjadi Indonesia. 

Tak hanya itu, LaporCovid-19 dan CISDI juga mengaku menemukan fakta di lapangan mengenai berbagai fasilitas kesehatan yang tak berfungsi dengan baik.

Sistem Informasi Tidak Real Time 

Salah satunya adalah sistem informasi rumah sakit yang tidak diperbarui secara real-time, akibatnya pasien tidak tahu harus berbuat apa. 

"Komunikasi publik yang berbasis bukti, fokus dan tidak terdistorsi dengan narasi-narasi palsu harusnya sejak awal pandemi sudah dilakukan. Ketidakmampuan pembuat kebijakan dalam membangun strategi maupun melaksanakan praktik komunikasi yang transparan dan akuntabel menyebabkan gagalnya masyarakat sepenuhnya menyadari kegawatan situasi pandemi ini. Hal ini menyebabkan upaya pemerintah menambah kapasitas tempat tidur dan tenaga kesehatan tidak akan pernah mencukupi kebutuhan layanan kesehatan di tingkat rujukan, untuk menampung jumlah pasien dalam kondisi sedang hingga berat dan kritis," ujaDirektur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda.

"Selain itu, perbaikan sistem informasi kesehatan sudah tidak mungkin ditunda lagi. Publik harus mendapatkan akses terhadap pendataan dan informasi dengan pembaruan real-time," ujar Olivia. 

BACA JUGA

Satgas Depok Minta Data ke LaporCOVID-19

Pasien positif COVID-19 di Depok dikabarkan meninggal dunia di taksi online setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan Covid-19. 

Terkait hal itu, Satgas COVID-19 Kota Depok meminta pihak LaporCovid-19 untuk memberikan data-data yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 

"Saya sudah coba komunikasi dengan pihak LaporCovid-19 terkait dengan informasi ini, karena informasi ini yang di media belum dijelaskan seperti apa kronologisnya dan kami sudah menyampaikan melalui contact person di LaporCovid-19 untuk menjelaskan kronologis kejadiannya, terjadinya di rumah sakit di mana saja dan pasiennya di mana. Karena kan ini kami baru dapat informasi sementara dari pihak Lapor COVID-19 bahwa ada di antaranya rumah sakit di Depok dan juga di Jakarta," jelas Juru Bicara Satgas COVID-19 Kota Depok Dadang Wihana dikutip dari detik.com, pada Senin (18/1/2021).

Dadang juga meminta agar pihak LaporCovid-19 segera memberikan klarifikasi terkait kejadian tersebut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. 

Klarifikasi dari Lapor COVID-19 juga diperlukan sebagai bahan evaluasi Satgas COVID-19 di wilayah Kota Depok. 

"Makanya ini yang harus disampaikan. Karena LaporCovid-19 itu kan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh warga kepada aplikasi Lapor Covid-19. Makanya kemarin sudah kami diskusikan di Satgas kepada pihak LaporCovid-19 untuk jelaskan kasus ini kepada warga seterang-terangnya agar tidak timbul miss persepsi. Nah ini pun akan bagus sebagai bahan evaluasi kami, kalau memang dari sisi tata laksana, informasi kepada warga kurang dan lain-lain," tambahnya. 

Semoga dengan adanya kasus ini bisa membangun kewaspadaan kita agar tidak meremehkan Covid-19 serta tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Tetap rajin cuci tangan, jaga jarak, serta menjaga kesehatan agar virus Corona tidak mudah menyerang tubuh kita. 

Selain itu, penting juga untuk tetap berada di rumah jika tidak ada urusan yang penting dan mendesak. Pasalnya aktivitas di luar rumah serta kerumunan bisa meningkatkan potensi penularan Covid-19. 

SHARE ARTIKEL