Benarkah Jembatan Shiratal Mustaqim Lebih Tipis dari Rambut? Bagaimana Cara Melaluinya?

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 13 Oct 2020

Benarkah Jembatan Shiratal Mustaqim Lebih Tipis dari Rambut? Bagaimana Cara Melaluinya?

Ilustrasi jembatan Shiratal Mustaqim - Image from medium.com

Ada yang berpendapat, seperti rambut dibelah tujuh 

Lantas bagaimana Al Quran menjelaskan jembatan shiratal mustaqim dan juga penjelasan dari Rasulullah SAW melalui hadist? Berikut adalah penjelasan tentang jembatan Shiratal Mustaqim dan cara umat Islam melaluinya. 

Hari kiamat dan kebangkitan adalah perkara yang ghaib dan akan selalu menjadi misteri, tetapi Allah SWT menegaskan bahwa peristiwa itu memang akan terjadi.

Ada sejumlah ayat dan riwayat yang menggambarkan tentang kondisi hari pembalasan kelak, salah satunya jembatan (shiratal mustaqim) yang akan dilalui oleh setiap manusia.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا

Artinya: "Sesungguhnya jahannam adalah tempat mengintai"



Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyatakan, kata mirshada terambil dari kata rashada yang bermakna menyiapkan atau mengintai, sehingga mirshad bermakna tempat yang disiapkan atau tempat mengintai. 

Bila kita memahaminya dengan arti kedua ini, maka ia juga bisa diartikan dengan 'jalan'.

Setiap Manusia akan Melewati Jembatan Shiratal Mustaqim 

Di akhirat kelak, ada suatu jalan atau jembatan yang diawasi oleh malaikat yang akan menanyai setiap orang yang melewatinya. Jika berhasil lolos, maka ia akan masuk surga. Namun jika gagal maka ia akan jatuh ke dalam neraka. 

Tak ada yang tahu pasti bagaimana kondisi shiratal mustaqim kelak. Namun ada anggapan yang begitu populer di masyarakat, bahwa di akhirat ada jembatan menuju surga yang di bawahnya terdapat neraka. 

Dikisahkan bahwa jembatan tersebut sangatlah kecil dan tipis bahkan bagaikan sehelai rambut dibelah tujuh.

Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menyatakan, anggapan mengenai jembatan yang setipis rambut dibelah tujuh itu tidak berdasar. Mantan menteri agama ini juga menuliskan dalam bukunya, Kosakata Keagamaan bahwa pendapat tersebut bertentangan dengan makna kebahasaan shirat.

Makna Shiratal Mustaqim 

Secara bahasa, shirat adalah jalan yang luas, semua orang dapat melaluinya, tanpa berdesak-desakan. Berbeda dengan sabil, yang berarti jalan kecil atau lorong-lorong, tapi jumlahnya banyak.

Quraish Shihab sebagaimana mengutip al-Qurthubi menjelaskan sejumlah pakar hadis menilai bahwa penyifatan shirat yang lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang tidak berdasar. 

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada riwayat yang valid mengenai penyifatan tersebut. 

Kalaupun riwayat tersebut shahih, maka shirat lebih tepat dipahami sebagai artian memiliki ketetapan yang pasti, tidak dapat diubah, seperti halnya pedang yang tajam, yang digunakan seseorang untuk memotong atau menebas sesuatu.

Dalil Al Quran tentang Shiratal Mustaqim 

Makna tersebut sebagaimana yang dituliskan dalam firman Allah SWT:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan akan mendatanginya. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (QS. Maryam: 71)

Dalil Hadist tentang Shiratal Mustaqim 

Meskipun demikian, Rasulullah SAW menggambarkan, ada berbagai macam kecepatan manusia ketika melewati jembatan di akhirat kelak. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim:

Seorang sahabat bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah jembatan itu?” 

Beliau menjawab; “Tempat yang licin yang dapat menggelincirkan, di sana terdapat besi-besi pencakar, besi-besi pengait dan duri besi yang terbuat dari pohon-pohon berduri.

Maka orang-orang mukmin akan melewatinya seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti burung, seperti kuda-kuda yang berlari kencang, dan hewan tunggangan. Maka orang muslim akan ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik tertunda dan ada yang terlempar kedalam neraka jahannam”
(HR. Muslim)

Itulah penjelasan mengenai jembatan shiratal mustaqim yang dijelaskan oleh Quraish Shihab dan terdapat dalam Tafsir Al Misbah. Semoga mencerahkan. 

Wallahu 'alam.

SHARE ARTIKEL