Serba Salah, Kerja Pulang Malam Dikatain Wanita Gak Bener, Gak Kerja Dibilang Nyusahin Suami

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 21 Aug 2020

Serba Salah, Kerja Pulang Malam Dikatain Wanita Gak Bener, Gak Kerja Dibilang Nyusahin Suami

Ilustrasi ibu-ibu rumpi - Image from bloggojekan.blogspot.com

Bun, pernah gak si dapat nyinyiran seperti ini?

Pasti di sekeliling kita ada orang yang julidnya minta ampun. Lihat wanita pulang malam diomongin kerja gak bener, lihat wanita diam di rumah diomongin gak mandiri bisanya minta uang suami, dls. Lantas, gimana menghadapi orang seperti itu?

Dalam hidup ini, pasti cepat atau lambat kita akan menemui orang yang seringkali menyudutkan kita. Rasa-rasanya tidak ada yang benar di hidup kita dan semua hal dianggap sebuah kesalahan. 

Terutama banyak dialami oleh kaum hawa dan pelaku yang komentar pedas ini juga berasal dari kaum hawa. Pernahkah kamu mengalami hal yang sama? Begini nih biasanya komenan pedas yang menyudutkan kepada wanita. 

Ada perempuan kerja sampai pulang sore/malam, dirumpiin. Katanya perempuan gak bener. 

Padahal mereka tidak tahu, wanita terpaksa kerja pulang malam gegara dapat shift malam, lembur, atau bahkan ada yang kerja saat siang lalu kuliah sampai malam. Meski begitu, banyak yang tak peduli dan memilih menutup mata dengan faktanya.

Ada perempuan diem di rumah bae, dirumpiin. Katanya gak produktif cuma nadah tangan sama orang laki. 

Padahal, ada yang memilih tetap di rumah demi mendidik dan merawat anak-anak dengan baik. Demi melakukannya, seorang wanita bahkan rela meninggalkan pekerjaan yang disukainya. 

Ada perempuan sukanya beli makanan mateng, dirumpiin. Katanya tukang makan tapi males masak. 

Padahal ada yang memilih makanan matang karena waktunya sudah habis digunakan untuk bekerja dan menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah lainnya. Jika dipaksa untuk memasak, fisik malah bisa ambruk. 

Ada perempuan rajin belanja di tukang sayur dan masak macem-macem, dirumpiin. Katanya masak baunya kemana-mana tapi tetangga gak dibagi-bagi. 

Padahal, tak semua keluarga hidup dalam ekonomi berkecukupan. Bisa saja uang yang dimilikinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya. Kalau dipaksa bagi-bagi ke tetangga, malah ada jatah keluarga yang dikurangi. 

Ada perempuan yang sudah cukup umur tapi gak nikah-nikah, dirumpiin. Katanya dicap gak laku. 

Padahal ada yang memilih untuk bekerja dan bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Atau adapula yang memang belum bertemu dengan jodohnya.

Ada perempuan yang masih muda, lalu menikah cepat, dirumpiin. Katanya hamil duluan jadi buru-buru nikah. 

Padahal ada wanita yang memang sudah bertemu jodoh dan ingin segera menikah agar terhindar dari zina. Atau mungkin juga sudah menjadi permintaan orang tuanya, karena ortu sudah sepuh dan ingin segera melihat anaknya menikah. 

Wah kalau berbicara tentang omongan julid orang lain saya rasa gak ada habisnya. Mungkin kamu juga punya pengalaman serupa atau mendengar komentar pedas lain yang menyudutkan dirimu. 

Tapi tenang, komentar dari orang lain itu tak begitu penting jika ujungnya malam membuatmu tertekan, merasa minder atau bahkan stres. 

Di saat seperti ini, tutup telinga dan lakukan apa yang kamu inginkan dan sukai adalah hal yang penting. Sebab tak semua orang bisa memahami kondisimu dan tak semua orang yang berkomentar benar-benar peduli terhadapmu. 

Jadi enjoy aja, jalani apa yang kamu rencanakan dan kamu sukai. Tak perlu mendengarkan omongan sentimen yang justru merendahkanmu. Jika ingin mendapat masukan dan kritik, carilah orang-orang yang kompeten, dekat dan peduli denganmu. 

Sebab mereka lah yang biasanya mampu memberikan pencerahan. Alih-alih menyudutkan, mereka lebih suka membangkitkan motivasimu dan mendorongmu untuk maju dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang kamu miliki. Semangat!

SHARE ARTIKEL