Viral, RS Surabaya Dituduh Meng-Covid-kan Pasien Demi Ratusan Juta, Pihak RS Buka Suara

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 22 Jul 2020

Viral, RS Surabaya Dituduh Meng-Covid-kan Pasien Demi Ratusan Juta, Pihak RS Buka Suara

Unggahan Balqis di Twitter - Image from www.kompas.com

Cuitan tersebut menggemparkan warganet 

Tulisan itu menuduh ada dua rumah sakit yang akan menyuntik mati pasien Covid-19 untuk meraup 350 juta. Bahkan pemerintah juga dituding menargetkan 70 juta rakyat Indonesia meninggal. Begini jawaban dari pihak rumah sakit dan kesaksian dari pengunggah.

Viral sebuah kicauan di Twitter yang menuduh rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur, ngotot melaporkan seseorang terjangkit Covid-19. Kicauan itu diunggah akun Twitter @BalqisRrzq. 

"Ini, Ayah aku ngetik buat grup keluarga ya. Pas ini posisi ayahku udah minta pulang paksa dan isolasi mandiri di rumah karena HASIL SWAB hampir 3 Minggu Ga KELUAR. Tapi aneh nya rs kekeh kalo ayah positif covid. Pdhal setelah swab dari program BU RISMA ayah 2 kali negativ," tulis akun @BalqisRrzq. 

Pemilik akun juga menyertakan dua foto tangkapan layar ponsel yang menunjukkan percakapan pada salah satu grup Whatsapp. 

Dalam percakapan itu disebutkan bahwa Rumah Sakit Wiyung telah merekayasa hasil tes untuk mendapatkan dana bantuan sebesar Rp 200 juta dari pemerintah.

Dalam percakapan tersebut juga menuding rumah sakit mendapatkan uang ratusan juta rupiah dengan berbagai cara lain. Hingga Senin sore, unggahan itu sudah di-retweet 1.110 kali dan direspons 574 komentar.

Selain itu, apabila ada pasien positif Covid-19 meninggal dunia, maka pihak rumah sakit bisa mendapat kucuran dana hingga Rp 350 juta.

Tak hanya itu, dalam foto juga dijelaskan, jika ada pasien yang masuk ke RS Siloam atau RS Mayapada akan disuntik mati oeh petugas agar pihak RS mendapat bantuan dana sebesar Rp 350 juta. 

Tudingan juga semakin meluas lantaran pesan tersebut berisi informasi bahwa pemerintah menargetkan sejumlah 70 juta rakyat Indonesia meninggal dunia. Kemudian, ada juga tudingan soal petugas ambulans yang akan mendapat jatah Rp 15 juta per jenazah yang diantar.

Tanggapan Pihak Rumah Sakit 

Humas Rumah Sakit Wiyung Surabaya, Angelia Merry, mengaku bingung dengan kicauan tak berdasar tersebut. 

"Kalau benar pasien Rumah Sakit Wiyung, namanya siapa, di situ tidak dijelaskan. Kami juga butuh membuka komunikasi langsung jika itu memang pasien kami," ujar dia. 

Angelia mengatakan tidak bisa menjawab tuduhan akun tersebut karena sampai saat ini belum bisa mengonfirmasi pasien yang diceritakan tersebut. Bahkan identitas pasien juga belum diketahui oleh pihak rumah sakit. 

Manajemen rumah sakit juga sednag mempelajari apakah perlu untuk melaporkan pemilik akun tersebut ke pihak kepolisian. 

"Jika yang dimaksud adalah Rumah Sakit Wiyung, maka itu sudah masuk pencemaran nama baik," ujarnya. 

Saat kembali, mencoba membuka kicauan tersebut pada Selasa pagi. Ternyata, unggahan tersebut telah dihapus, begitu juga dengan akun @BalqisRrzq yang juga tak bisa ditemukan. 

Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Angkat Bicara 

Humas Persi Anjari Umarjiyanto mengungkapkan, pihaknya telah menghubungi Balqis, pengunggah cuitan viral tersebut. Dan dijelaskan bahwa informasi yang didapat oleh yang bersangkutan berasal dari hasil teman ayahnya yang disebut sebagai orang dari Dinas Kesehatan (Dinkes). 

"Yang bersangkutan menyampaikan bahwa tuduhan terhadap RS Wiyung, RS Siloam, dan RS Mayapada yang meng-covid-kan pasien dengan tujuan uang bantuan ratusan juta didasarkan pada 'hanya dapat dari hasil teman ayah saya yang katanya orang Dinkes'," ujar Anjari dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/7/2020). 

"Saudari Balqis tidak dapat menunjukkan bukti apa pun. Artinya tuduhan itu tidak didasarkan pada informasi yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi maupun sumbernya," lanjut dia.

Menurut Anjari, unggahan yang disebarkan Balqis berisi informasi yang salah, disinformatif, bersifat fitnah dan menyesatkan. Hal ini diperkuat juga berdasarkan hasil rapat antara Persi Pusat, Persi Jawa Timur, BPRS Jawa Timur, manajemen RS Wiyung dan RS Siloam Surabaya, Senin (20/7/2020). 

RS Wiyung dan RS Siloam menyampaikan bantahan terkait informasi simpang siur yang dibeberkan oleh Balqis. Dalam cuitan itu, ia menuduh sejumlah rumah sakit mengcovidkan pasien dengan motif bantuan/anggaran pemerintah.

Penjelasan mengenai swab tidak keluar Terkait twit Balqis yang menyebutkan hasil swab test ayahnya yang belum juga keluar dan menuduh RS Wiyung Sejahtera bersikukuh menjadi status Covid-19 terhadap ayahnya meski selama tiga minggu hasil swab belum keluar, RS Wiyung Sejahtera menjelaskan bahwa ayah Balqis positif Covid-19. 

"Menurut penjelasan RS Wiyung berdasarkan pemeriksaan laboratorium RS Soetomo swab pasien hasilnya positif. Ini diperkuat dengan salinan dokumen hasil pemeriksaan dan ringkasan pulang pasien," ujar Anjari. 

Diminta adanya pelurusan informasi 

Menilik sejumlah tuduhan yang tidak berpijak dari sumber yang dapat dipercaya, Persi meminta kepada Balqis agar secepatnya meluruskan informasi tersebut di media sosial. 

Ia juga diminta menyampaikan permintaan maaf kepada RS Wiyung Sejahtera, RS Siloam, RS Mayapada dan Publik atas informasi salah dan menyesatkan yang telah diunggahnya pada Senin (20/7/2020). 

"PERSI atau pihak Rumah Sakit mempertimbangkan untuk mengambil langkah lanjutan yang dianggap perlu, termasuk upaya hukum, apalagi jika tidak ada itikad baik dan permintaan maaf dari saudari Balqis," kata dia.

Meskipun begitu, Persi mengimbau kepada siapa pun atau pihak mana pun agar tidak membuat, memperbanyak dan menyebarluaskan informasi yang salah dan tidak jelas kebenarannya. 

Sebab, selain bersifat menyesatkan, merugikan pasien pelayanan rumah sakit dan masyarakat luas, juga dapat berdampak hukum kepada pelakunya. 

"Persi mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit, tenaga kesehatan dan publik yang menaruh perhatian atas kasus ini dan kasus lain sejenis berikut upayanya memerangi disinformasi dan hoaks kesehatan," imbuhnya.

Jangan sampai berita dari seseorang yang punya jabatan tertentu dianggap langsung sebagai sebuah kebenaran. Sebaiknya tetap perlu mengkroscek ke sumber-sumber lainnya yang valid dan akurat. 

Sehingga tidak terjerumus pada hoaks apalagi menyebarkan berita-berita yang belum jelas kebenarannya. 

SHARE ARTIKEL