Jangan Sembarangan Menyumpahi Orang Lain, Atau Anda Akan Menerima Akibat Berat ini

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 10 Jul 2020

Jangan Sembarangan Menyumpahi Orang Lain, Atau Anda Akan Menerima Akibat Berat ini

Ilustrasi melaknat - Image from kisahikmah.com

'Aku sumpahin susah seumur hidup'

Pernah gak sih kalian saking bencinya dengan seseorang sampai memberikan sumpah serapah atau mendoakan keburukan untuk orang lain. Misalnya saja, mengutuk agar orang lain jatuh miskin, kena azab, mati atau yang lainnya. 

Jangan sembarangan, sebab bukannya orang itu yang mendapat laknat melainkan anda yang suka melaknat terkena akibatnya sendiri

Pernahkah kamu melihat bacaan pengumuman di suatu tempat seperti ini. Saat seseorang tidak terima tanah kebun miliknya menjadi tempat pembuangan sampah, keluarlah ucapan atau tulisan sebagai berikut:

"Siapa yang buang sampah di sini, semoga kena musibah atau miskin tujuh turunan."

Barangkali ungkapan seperti itu pernah dan sering dijumpai dalam pergaulan hidup sehari-hari, sebagai bentuk luapan emosi yang memuncak karena motif tertentu. 

Atau boleh jadi di antara kita pernah melontarkan kutukan atau doa buruk kepada orang lain. Baik secara terang-terangan maupun dalam hati, disadari ataupun tidak.

Contoh lain, seperti “mudah-mudahan dia jatuh miskin, semoga dia miskin seumur hidup, semoga jatuh sakit, kena azab, dan lainnya" 

Contoh perkataan seperti itu dan serupa dengannya adalah perkataan tercela yang dilarang dalam agama. Ucapan seperti contoh diatas biasa dikenal dengan perkataan melaknat atau mengutuk.

Buya Hamka juga pernah menjelaskan terkait hal ini, mengutuk itu menunjukkan kebencian dan menyingkirkan seseorang dari rahmat Allah SWT. Beliau juga menyebutnya sebagai perkataan sumpah serapah yang tidak selayaknya keluar dari lisan seorang mukmin.

Sebagaimana dikatakan ar-Raghib al- Ashfahani, melaknat itu berarti menjauhkan atau menyingkirkan sebagai bentuk kemarahan / kebencian kepada seseorang. 

Menurutnya, laknat dari Allah SWT di akhirat bermakna hukuman atau azab, sedangkan di dunia berarti terputusnya rahmat dan taufik dari Allah SWT. 

Sedangkan laknat dari manusia adalah doa (keburukan) yang dialamatkan kepada orang lain. Dalam Al Quran, kata laknat disebut sebanyak 41 kali, baik bentuk kata kerja maupun kata benda. 

Sebagian besar ayat tersebut menunjukkan, kewenangan untuk melaknat itu kuasanya Allah SWT. Dialah yang berhak melaknat dan menyiksa hamba-Nya yang berbuat zalim ataupun melakukan kesalahan. 

Diantara bentuk kezaliman itu adalah kekufuran, kerusakan, membunuh, kedustaan, murtad, dan lain sebagainya. 

Laknat Allah yang pertama kali disebutkan dan berlaku kepada iblis hingga hari pembalasan nanti. 

“Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (QS Shad [37]:78).

Kemudian, Allah melaknat orang-orang kafir. 

“Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar” (QS al-Baqarah [2]:89). 

Namun, perlu diketahui, Rasulullah SAW pernah ditegur oleh Allah ketika beliau melaknat orang kafir yang menentangnya. 

“Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.” (QS Ali Imran [3]:128).

Sejak adanya teguran Allah SWT ini, Rasulullah SAW melarang umatnya saling melaknat terhadap sesama manusia, termasuk kepada hewan sekalipun. 

Sebab, sejatinya Nabi SAW diutus bukan menjadi tukang laknat melainkan untuk menebarkan rahmat dan juga menegakkan ajaran Islam. 

Akibat bagi orang yang suka melaknat sungguh sangat berat, tidak boleh diremehkan. Apalagi, hanya karena masalah-masalah kecil dan sederhana.

Sebab, bagi orang yang sering melaknat, tidak akan diberi syafaat dan persaksiannya pada hari kiamat tidak akan diterima, hal ini sebagaimana hadist berikut: 

Dari sahabat Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Sesungguhnya para pelaknat itu tidak akan dapat menjadi syuhada’ (orang-orang yang menjadi saksi) dan tidak pula dapat memberi syafa’at pada hari kiamat kelak.” (HR. Muslim no. 2598)

Selain itu melaknat seorang mukmin itu sama juga dengan membunuhnya. “Melaknat seorang mukmin itu seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari no. 6105 dan Muslim no. 110)

Oleh sebab itu, hal ini menjadi peringatan bagi kita agar cerdas dan hati-hati dalam berucap, berkomentar, dan mengupdate status. Apalagi pada ucapan atau tulisan yang mengandung laknat, kutukan, dan sumpah serapah. 

Daripada mengutuk dan menyumpahi seseorang, sebaiknya mendoakan mereka kebaikan dan diberikan hidayah oleh Allah sehingga berubah menjadi lebih baik.

SHARE ARTIKEL