Hati-hati, Jangan Bicarakan Aib Sendiri pada Orang Lain, Begini Hukumannya

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 03 May 2020

Hati-hati, Jangan Bicarakan Aib Sendiri pada Orang Lain, Begini Hukumannya

Ilustrasi - Image from www.ruangmuslimah.co

Ghibah jelas dilarang, tapi gimana jika aib sendiri? 

Kadang ketika kumpul dengan teman-teman, tak sengaja kita menceritakan kesalahan-kesalahan kita pada orang lain. Entah sedang bercanda, sekedar curhat atau iseng. Lalu bolehkah dalam Islam menceritakan aib sendiri ke orang lain?

Aib adalah sesuatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan berita bohong atau hoaks, namun aib adalah hal yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain. Karena hal itu sangat memalukan.

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Namun ingat untuk segera bertobat ketika melakukan kesalahan. Dengan taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya. 

Baca juga : Awas Tak Tega Bangunkan Anak Sholat Shubuh, Dosanya Tanggunganmu

Bukan malah menceritakan aib atau kesalahan sendiri kepada orang lain. Bahkan ada yang dengan enteng dan bangga menceritakan kesalahan yang pernah dia lakukan. 

Misalnya perbuatan ghibah, yang kini seperti menjadi hal biasa ketika bertemu dengan teman-teman. Dan setelah bergunjing, ia dengan bangganya bercerita tentang perbuatannya itu baik melalui media sosial ataupun lisan kepada orang lain. 

Tidak Mendapatkan Ampunan dari Allah 

Islam melarang kita untuk membuka atau menceritakan aib sendiri setelah Allah SWT menutupnya. Hal ini sesuai dengan sebuah riwayat.

Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Sa’d dari anak saudaraku Ibnu Syihab dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah, dia mengatakan, “Aku mendengar Abu Huroiroh mengatakan, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan (buruk) pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya (berupa perbuatan buruk).

Lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk/jelek ini dan itu”. “Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh (HR. Bukhori dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan, “Al Mujaahiriin adalah orang-orang yang menunjukkan bahwa ia telah berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Rasullullah SAW bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR Bukhori Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemurah, kekal, dan Maha Penutup, Dia mencintai rasa malu dan sikap sitru (menyembunyikan aib).” (HR Abu Dawud dan Nasa-i)

Diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya, Rasulullah. Aku pernah mengobati seorang perempuan di ujung Madinah lalu aku tidak sekedar menyentuhnya (maksudnya menzinainya), maka ini aku datang kepadamu. Berilah aku hukuman yang engkau kehendaki.

Kemudian Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Seandainya engkau menutupi dirimu, sungguh Allah Azza wa Jalla telah menutupinya” dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam tidak menjawab, kemudian laki-laki itu berdiri dan pergi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan seseorang untuk menyusul dan memanggil laki-laki tadi, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan padanya firman Allâh Azza wa Jalla :

“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Hud:114)

Salah seorang sahabat bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah ayat itu khusus untuk orang itu saja?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(tidak) akan tetapi untuk semua manusia.” ([HR Muslim)

Nah, dengan penjelasan diatas kita tahu, bahwa membuka aib diri sendiri adalah haram. Sehingga sebaiknya aib disimpan rapat-rapat dan jangan ceritakan pada siapapun. 

Selain itu, wajib bagi kita untuk segera bertaubat atas kesalahan tersebut, dan berkomitmen untuk tidak mengulangnya. Yakinlah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

SHARE ARTIKEL