Waspada, Bahayanya Jika Si Kecil Sering Nonton Iklan TV saat Dirumah Aja
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 17 Apr 2020Ilustrasi menonton televisi - Image from www.liputan6.com
Di rumah aja, buat anak-anak sering nonton tv.
Nah ketika menonton tv, pasti anak juga melihat tayangan iklannya. Hati-hati loh bun, ternyata nonton iklan di TV berdampak negatif pada anak-anak.
Saat anak home learning dan Bunda work from home (WFH), durasi anak menonton televisi mungkin akan lebih banyak dari biasanya.
Menonton televisi bisa menjadi hiburan bagi anak, namun juga bisa jadi alat agar anak tidak rewel ketika Bunda mengurus pekerjaan.
Apalagi ketika anak melihat iklan di TV. Terkadang dibandingkan tayangan dilihatnya, iklan menjadi lebih menarik.
Baca juga : Jangan Baper Bun, Kalau Anak Lebih Suka Bermain dengan Ayah, ini Alasannya
Sebab diisi dengan tayangan yang unik, atraktif, dan seru. Iklan memiliki daya tarik yang begitu kuat untuk anak usia prasekolah, sehingga tak jarang membuat anak menuntut untuk dibelikan.
"Bunda! Aku ingin beli itu!' atau 'Belikan aku itu, Ayah!' Kekuatan iklan bisa sangat kuat dan menguras," kata psikolog anak Dr Richard Woolfson Ph.D, PGCE, MApp.SCi, CPsychol, FBPsS, dalam buku Your Preschooler Bible.
Bahkan menurut Woolfson, iklan bisa mengubah perilaku anak prasekolah menjadi sangat konsumtif. Anak seolah-olah meyakini, dengan membujuk Bunda atau Ayah untuk membelikannya sesuatu yang dilihatnya di iklan televisi.
Belum lagi kalau memintanya sambil merengek. Karena tidak tega, Bunda pun menuruti kemauan si kecil. Akibatnya pengeluaran semakin besar dan menjadi boros.
Padahal di masa pandemi seperti ini, pengelolaan keuangan adalah kunci ekonomi keluarga tetap stabil.
Dampak Iklan Terhadap Anak-anak
Woolfson kemudian menjelaskan, iklan di televisi bisa meningkatkan gangguan pada anak lewat dua cara, yakni:
1. Adanya kecenderungan menginginkan apa yang dilihat
Iklan menyajikan makanan atau permainan dengan cara yang sangat menguntungkan dan imajinatif, sehingga perhatian anak langsung terserap.
"Anda tidak bisa menyalahkan anak Anda karena terpikat," kata Woolfson.
Pada usia prasekolah, Woolfson menuturkan, anak belum cukup canggih untuk menyadari bahwa iklan bisa menyesatkan.
Atau mengetahui bahwa iklan biasanya cenderung melebih-lebihkan suatu produk. Dan produk tersebut mungkin tidak memenuhi harapannya, lalu dia benar-benar tertarik oleh iklan.
2. Iklan memengaruhi pergaulan anak-anak
Sehingga, tidak mengherankan ketika anak pulang dari sekolah meminta sepatu lari baru dengan nama merek tertentu.
Saat menghadapi rengekan anak karena iklan di televisi, Woolfson menyadari orang tua bisa saja tergoda memberikan reaksi spontan dengan mengatakan 'ya', karena orang tua ingin sang anak bahagia.
Atau mengatakan 'tidak' karena orang tua bosan dengan tuntutan anak yang tak ada habisnya.
"Alih-alih memberikan jawaban tegas seperti itu, minta anak Anda untuk membenarkan permintaannya. Kenapa dia menginginkan mainan ini?" saran Woolfson.
Anak menonton TV tentu boleh-boleh saja, tapi harus dibatasi atau diimbangi dengan aktivitas fisik ya, Bunda.
Studi terbaru menemukan, menonton TV berhubungan dengan angka obesitas pada anak.
"Sebagian besar penelitian hingga saat ini lebih berfokus pada dampak perilaku gaya hidup individu daripada efek kumulatif," kata salah satu peneliti Martine Vrijheid, dilansir Study Finds.
Nah, meskipun Bunda sibuk work from home dan mengurus pekerjaan rumah tangga, ada baiknya tetap membatasi durasi anak ketika menonton televisi.