Stop Katakan, "Anak ini Bandel", "Anak ini Pintar", Ini Akibatnya

Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 22 Apr 2020

Stop Katakan,

Ibu membandingkan anak - Image from liputan6.com

Jangan lagi mengatakan hal ini pada anak!!!

Tanpa sadar, orang tua sering mencap anak dengan sebutan, 'anak bandel', 'anak nakal', 'anak pintar', dan lainnya. Namun tahukah Bunda, ternyata hal itu berdampak negatif pada anak lho!

Bunda pasti sering melakukan ataupun mendengar dari orang tua lain, yang memberikan sebutan kepada anaknya. Baik dengan kata-kata yang positif maupun kata-kata yang negatif. 

Perilaku diatas disebut labeling pada anak. Tahukah bunda, ternyata perilaku mencap anak dengan sebutan tertentu, sebenarnya tidak baik lho? Baik dengan sebutan positif maupun negatif. 

Baca juga : Tips Ampuh Tinggikan Badan Anak Secara Alami, Walau Sudah Keturunan

Contoh Bentuk Labeling 

Contoh label positif : 

  • “Kamu pintar sekali, nilai selalu bagus”
  • “Wah, gambarmu selalu sempurna”
  • “Anak Ibu paling berani ya” 
  • “Kamu memang anak penurut"
  • “Kamu memang anak terbaik"

Contoh label negatif

  • “Kamu memang nakal!"
  • “Anak ini pemalu"
  • “Anak saya suka memukul”
  • “Anak ini nggak suka makan, nih”

Sebab hal ini bisa mempengaruhi kondisi psikologis mereka. Berikut adalah dampak-dampak negatif karena labeling pada anak. 

1. Membuat anak frustasi 

Kondisi emosional anak perlu dipupuk dan dibangun oleh orangtua, utamanya adalah rasa percaya dirinya. 

Dengan memberikan label (sebutan pada anak, baik positif maupun negatif) pada anak, anak akan merasa dirinya hanya bersifat sesuai dengan label tadi. 

Orangtua secara tidak sadar juga akan percaya dengan label yang diberikan. Sehingga orangtua sulit memahami proses tumbuh kembang anak. 

Contoh ketika anak dilabeli nakal, maka mendorong anak memiliki emosi yang cenderung meluap karena ia percaya dirinya nakal dan tidak akan berubah. 

Padahal sebetulnya ia sedang mencoba berbagai hal untuk tahu mana yang baik dan buruk. 

Namun jika sudah dilabel nakal, anak akan menganggap hal itu adalah jati dirinya. Sehingga membuat anak frustasi dan tidak diterima oleh lingkungan. 

2. Membatasi anak untuk berkembang 

Masa anak-anak adalah masa di mana eksplorasi atau anak proses berkembang. Sehingga perubahan-perubahan sikap masih sering terjadi. 

Terlihat dari perilaku anak yang sering mencoba hal baru. Nah jika anak diberi label, misal pemalas. Maka akan membatasi anak untuk meeksplor dirinya dan justru mewujudkan sikap pemalas pada dirinya. 

3. Menghambat pertumbuhan dan potensi diri 

Salah satu dampak buruk memberikan label saat mendidik anak adalah terhambatnya tumbuh-kembang dan potensi diri. 

Pelabelan membuat anak terbiasa mengulang mendengar label dirinya dari orang tua atau lingkungan. Sehingga secara tidak langsung afirmasi yang diterima oleh otaknya hanyalah pelabelan. Hal ini akan membuat kinerja otak melambat.

Hal ini juga bisa menyebabkan potensi anak menjadi terbatas. Sebab apapun yang dilakukannya, label tersebut akan tetap menjadi miliknya. 

4. Mempengaruhi perilaku

Contoh label anak nakal, akan diyakini anak sebagai sifatnya yang sesungguhnya. Sehingga nantinya ia akan semakin sulit untuk ditenangkan dan diubah menjadi baik. 

Sedangkan label ‘anak pintar’ juga akan diyakini anak sebagai jati dirinya, sehingga ia meyakini bahwa ia tidak boleh melakukan kesalahan. 

Padahal semua orang, termasuk anak-anak, boleh melakukan kesalahan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. 

Bukan berarti saat mendidik anak dengan memberi label positif selalu berdampak buruk. Biasanya, pelabelan ini dilakukan orangtua justru untuk memotivasi anaknya agar mencapai label yang dimaksud.

Namun sebaiknya daripada melabeli anak dengan sebutan tertentu, lebih baik Bunda mengapresiasi atas usahanya. 

Misalnya dengan mengganti label “Wah, Kakak memang anak penurut ya” menjadi “Terima kasih sudah mau bersabar mengantre ya, Kak!”

Sebuah artikel dari situs National Fatherhood Initiative mengungkapkan bahwa label negatif bisa menghancurkan anak dengan rasa malu dan tidak percaya diri. 

Sedangkan label positif menghancurkan anak dengan ego dan kesombongan yang berlebihan.

Nah meski dahulu sering melabeli anak, Ayah dan Bunda tetap ada kesempatan untuk merubahnya sedikit demi sedikit. 

Dengan tidak melabeli anak maka ayah dan bunda telah mengoptimalkan potensi perkembangan anak. Ingat setiap perkataan orang tua, adalah hal berharga bagi anak-anak dan akan selalu diingat. 

Oleh sebab itu daripada melabel anak, orang tua bisa mengucapkan apresiasi positif atas perilaku bukan berfokus pada pelaku. 

SHARE ARTIKEL