Anak Sering Bikin Jengkel? ini Sikap yang Harus Ibu Lakukan
Penulis Dian Aprilia | Ditayangkan 22 Apr 2020Ilustrasi anak-anak yang menjengkelkan - Image from today.line.me
Anakku kok susah dibilangin ya?
Tahukah Bunda, bahwa 8 perilaku menjengkelkan anak-anak ini, sebenarnya adalah hal yang normal terjadi lho. Lalu bagaimana sikap Bunda untuk menghadapinya?
Kadang kala, anak-anak menunjukkan perilaku yang manis, penurut, dan bisa diatur.
Tetapi hanya selang beberapa saat kemudian mereka berubah menjadi anak yang suka berteriak-teriak, marah, hingga tantrum.
Perilaku Anak yang Menjengkelkan, Sebetulnya Normal
Perilaku anak yang tidak bisa ditebak ini kadang kala membuat ibu stres bahkan frustasi.
Apalagi jika kemudian banyak orang yang berkomentar bahwa perilaku anak ibu sangat nakal dan tidak seperti anak-anak sebayanya pada umumnya.
Namun, perilaku anak yang dibilang orang sebagai perilaku menjengkelkan ternyata bisa jadi adalah hal yang normal lho, Bu.
Berikut 8 perilaku anak yang terlihat menyebalkan, tapi sebetulnya merupakan hal yang normal.
Baca juga : Stop Katakan, `Anak ini Bandel`, `Anak ini Pintar`, Ini Akibatnya
1. Selalu Berkata Tidak
Anak yang biasanya penurut, kini sudah bisa membantah dan berkata tidak terhadap kata-kata ibu. Ketika ia berusia 2 hingga 3,5 tahun, anak bahkan sudah bisa membuat pilihan.
Misalnya anak memilih sendiri baju kesukaannya, lebih menyukai warna biru dibandingkan merah muda, dan lain sebagainya. Di fase ini anak mulai mengerti bahwa ia punya kendali atas dirinya dan tidak harus bergantung pada orang tua.
Sikap Ibu :
Bersabar dan jangan menghambat perilaku berontak anak. Biarkan mereka membuat keputusan sendiri karena dari sinilah mereka belajar mandiri. Bahkan, sesekali Bunda perlu menanyakan pendapat anak dan memintanya untuk memilih.
Hal ini bisa membentuk anak untuk tumbuh menjadi anak yang percaya diri.
2. Sering bertanya pertanyaan yang sama
Anak ibu sering mengatakan hal yang sama terus menerus, selain itu mereka juga menuntut ibu untuk selalu merespon perkataannya.
Misal anak bertanya "Mengapa kok macet?" meski orang tua sudah menjawab lima menit yang lalu. Anak masih saja terus menanyakan hal itu.
Meski menjengkelkan, perilaku anak yang mengulang pertanyaan, menandakan bahwa anak-anak tengah berusaha untuk mengingat kosa kata tertentu. Selain itu juga pertanda menginginkan jawaban yang berbeda.
Atau juga bisa jadi pertanda bahwa anak sedang mencoba berbagai intonasi dan suara yang keluar dari mulutnya
Sikap Ibu :
Meski mengesalkan ternyata banyak hal yang dipelajari anak ketika menanyakan hal yang sama berulang-ulang.
Oleh sebab itu, sebaiknya Bunda tidak memarahi anak ketika anak sering bertanya.
Sebab reaksi negatif bunda akan melukai anak sehingga, jika terus mendapat respon negatif, ia mungkin tidak lagi berani berkomunikasi dengan orang tuanya.
Sebaliknya, beri semangat untuk anak agar bertanya apapun yang membuatnya tertarik. Dengan demikian, anak akan tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri dan memiliki kemampuan komunikasi yang bagus.
3. Terbangun di malam hari
Ketika anak sering bangun pada malam hari, padahal sebelumnya tidak pernah, bisa jadi menandakan bahwa mereka tengah mengalami gangguan tidur (sleep disorder).
Biasanya, hal ini bisa dikarenakan aktivitas fisik yang tidak teratur, sehingga psikologis anak terganggu.
Kegiatan yang berlebihan di siang hari juga bisa menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya bermain di siang hari dan tidur malam lebih cepat dari jadwal seharusnya.
Sikap ibu :
Jika gangguan tidur disebabkan karena gangguan fisik, maka Bunda perlu mengatur waktu tidurnya agar disiplin. Tentu untuk mendisiplinkan anak butuh waktu tidak sebentar.
Oleh sebab itu bunda tetaplah harus berasabar dan mengusahakan anak untuk tidur kembali jika tiba-tiba anak-anak terbangun tengah malam.
4. Tidak mendengarkan kata Bunda
Biasanya, anak ibu selalu melakukan rutinitasnya dengan tenang dan tertib. Mereka makan dengan tenang, mandi tanpa paksaan, bahkan bisa memakai bajunya sendiri.
Namun, tiba-tiba, mereka mengeluarkan perilaku pemberontak, misalnya dengan tidak mau makan, tidak mau mandi, serta tidak ingin berangkat ke sekolah.
Menurut psikolog John Gottman, Ph.D. dalam bukunya Raising an Emotionally Intelligent Child, perilaku anak yang tiba-tiba penuh dengan drama ini menandakan dirinya hanya ingin bermain dengan ibu dan ayah.
Pola pikir anak memang masih berkutat pada hal-hal yang menyenangkan dan spontan sehingga rutinitas kadang kala membuat mereka jenuh dan ingin berubah pada rutinitas lainnya.
Sikap ibu :
Sebaiknya orang tua harus menyesuaikan jadwal mereka dengan jadwal anak. Jika ibu dan ayah adalah orang tua yang bekerja, sebaiknya bangun lebih pagi dan meluangkan waktu untuk bermain dengan anak sebelum berangkat kerja.
Sehingga anak akan selalu merasa dicintai dan ditempatkan sebagai prioritas oleh orang tuanya.
5. Menangis ketika dilarang melakukan sesuatu
Jika ibu sedang berbelanja di supermarket, anak biasanya meminta untuk dibelikan permen. Jika ibu melarang, maka anak akan menangis.
Coba diingat-ingat, apakah ibu pernah mengizinkan anak membeli permen di supermarket sebelumnya?
Anak-anak selalu mengingat hal-hal yang pernah menjadi rutinitasnya.
Oleh karena itu, ketika rutinitas itu dibatas oleh orang tuanya, anak akan meluapkan emosi dengan menangis karena ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba hal yang dahulu pernah ia lakukan kini dilarang orang tuanya.
Sikap ibu :
Jelaskan dengan logis alasan ibu melarang anak. Jangan mengubah kebiasaan, aturan, atau larangan kepada anak hanya karena ibu bisa melakukannya. Sebab anak akan belajar dari konsistensi yang diperlihatkan orang tuanya.
Misal ketika ke Supermarket, anak hanya boleh memilih satu makanan dan barang kesukaannya yang telah disepakati di rumah.
6. Suka melempar barang
Melempar barang adalah salah satu perilaku anak yang sebetulnya dilakukan tanpa kendali dari mereka sendiri alias impulsif.
Namun di sisi lain, melempar barang merupakan latihan yang bagus untuk perkembangan skill motorik anak.
Selain itu, ketika anak melempar, ia belajar hukum sebab-akibat, yakni ketika ia melempar maka benda tersebut akan jatuh ke lantai.
Sikap ibu :
Jangan larang anak melemparkan barang. Namun jelaskan padanya, barang mana yang boleh dilempar dan yang tidak boleh. Biasanya jika dijelaskan seperti itu, anak akan bisa menerimanya.
7. Anak tidak mau makan
Banyak hal yang menyebabkan anak tiba-tiba mogok makan, misalnya kelelahan, atau mereka sedang tumbuh gigi, atau bahkan memang sedang ingin main saja.
Tetapi, kadang kala anak juga menolak makan jika ibu mengenalkan hal-hal baru kepadanya, seperti alat makan yang baru atau menu baru karena anak-anak cenderung konservatif dan mungkin butuh waktu untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru.
Sikap ibu :
Tidak perlu cemas atau memaksa anak untuk makan hanya karena ibu takut anak menjadi kelaparan. Kadang kala, mogok makan pada anak hanya bersifat sementara yang akan hilang sendiri seiring berjalannya waktu.
Lagipula, anak di atas usia 2 tahun biasanya sudah bisa merasakan lapar dan dan akan meminta makan secara otomatis.
8. Tantrum
Tantrum atau anak mengamuk dengan histeris bisa jadi mimpi terburuk bagi orang tua yang memiliki anak dengan usia 2 hingga 4 tahun. Apalagi jika anak tersebut tantrum di tempat umum seperti taman atau tempat perbelanjaan.
Tantrum bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti tidak dibelikan mainan, kelelahan, kelaparan, bosaan, dan lain sebagainya. Anak memang belum bisa mengontrol emosi dengan baik, sehingga ketika ingin marah, langsung meluapkannya.
Sikap ibu :
Psikolog maupun praktisi anak tidak menyarankan ibu dan ayah membujuk anak untuk tenang ketika ia tengah tantrum, bahkan kalau bisa anak tidak diajak berbicara saat berada dalam fase ini.
Ibu dan ayah boleh saja membiarkan anak melampiaskan amarahnya (asalkan tidak membahayakan diri) hingga emosinya mereda.
Ketika sudah reda inilah, orang tua bisa menawari anak untuk melakukan kegiatan yang lain demi mengalihkan perhatiannya.
Nah itu Bunda, tips yang bisa Bunda lakukan jika si kecil bersikap menjengkelkan. Jangan keburu marah dan emosi ya, sebaiknya, Bunda tetap merasa tenang, sehingga bisa mengatasi hal itu dengan baik.