Pengertian dan Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Penulis Bima P | Ditayangkan 03 Oct 2019

Pengertian dan Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

cooperative learning - Image from teachhub.com

Model Pembelajaraan Kooperatif adalah inovasi baru dalam pendidikan bertujuan agar para siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Meninggalkan model pembelajaran lama yang terkesan pasif yaitu komunikasi satu arah dari pengajar ke siswa, model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat menciptakan komunikasi dua arah, baik dari pengajar kepada siswa maupun sebaliknya.

Untuk lebih lengkapnya mari kita simak uraian berikut : 

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut abdurrahman dan bintoro pengertian model pembelajaran kooperatif adalah sistem yang di dalamnya terdapat elemen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen pembentuk metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Memiliki saling ketergantungan yang bernilai positif
2. Interaksi dilakukan secara langsung atau melalui tatap muka
3. Akuntabilitas individual
4. Melatih keterampilan dalam menjalin komunikasi dan hubungan antar pribadi serta keterampilan sosial.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok yang akan mendorong munculnya gagasan yang lebih bermutu, meningkatkan kreativitas dalam berpikir, meningkatkan kemampuan para siswa untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya dan menghargai perbedaan yang ada.

Baca Juga : Cara Mendidik Anak Menurut Islam Seperti yang Diajarkan Rasulullah

Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dibagi dalam beberapa jenis yaitu :

1. Model Jigsaw

Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini para siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 siswa. Dimana dalam kelompok ini para siswa akan memiliki tugas yang berbeda-beda.

Baca : Cara Mengajari Anak Membaca dengan Cepat Agar Mereka Paham dan Mengerti

Langkah selanjutnya, pengajar akan mengumpulkan siswa dengan tugas yang sama menjadi satu kelompok untuk mendiskusikan dan mencatat hasil dari tugas mereka.

Setelah kelompok dengan tugas yang sama selesai berdiskusi, mereka akan kembali pada kelompok awal dan memberikan laporan hasil diskusi mereka dengan kelompok yang memiliki tugas yang sama.

Kemudian setiap kelompok tadi diminta untuk memahami setiap tugas anggota lainnya dan pengajar akan menunjuk satu kelompok secara acak untuk maju kedepan menyampaikan hasil diskusi yang telah dilakukan.

Kelompok lain yang tidak ditunjuk wajib memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok yang maju. Pengajar juga akan mengevaluasi hasil diskusi.

2. Model Think, Pair, and Share

Dalam model ini pengajar akan menyampaikan materi terlebih dahulu secara keseluruhan.

Kemudian siswa diminta untuk berdiskusi membahas serta mencatat materi yang disampaikan oleh pengajar dengan teman sebangku.

Setelah itu pengajar akan menunjuk salah satu siswa untuk menyampaikan hasil diskusi tersebut sembari membuka sesi tanya jawab untuk siswa yang lain.

3. Model STAD (Student Achievement Divisions)

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin.

Siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 4-5 orang. Dalam kelompok ini para siswa memiliki peran atau tugas yang berbeda-beda.

Setiap anggota akan mempelajari materi dari pengajar dan akan saling membantu memahami materi tersebut.

Masing-masing anggota kelompok bertugas untuk mengevaluasi antara satu sama lain untuk mengetahui sampai mana pemahaman materi yang dikuasai teman satu kelompok.

Penilaian didasarkan seberapa jauh siswa individu menguasai materi yang telah diberikan.

Baca : Cara Mudah Mengajari Anak Matematika Dasar

4. Model Group Investigation

Siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan setiap kelompok akan memiliki satu ketua kelompok. Ketua kelompok akan mengambil materi dari pengajar untuk dibahas oleh kelompok tersebut. Setiap kelompok akan mendapatkan materi yang berbeda-beda.

Setelah kelompok selesai berdiskusi membahas materi tersebut, ketua kelompok bertugas sebagai juru bicara untuk maju kedepan menjelaskan hasil diskusi dari kelompoknya. Penjelasan ditutup dengan tanggapan dari pengajar dan pengajar akan menyimpulkan hasil diskusi dari kelompok tersebut.

5. Model Debate

Pengajar akan mengangkat satu materi atau kasus untuk dibahas. Kemudian para siswa akan dibagi menjadi dua kelompok terdiri dari kelompok pro dan kelompok kontra untuk kasus yang diangkat. Kedua kelompok akan saling beradu argumen memberikan pendapat hingga seluruh siswa menyampaikan semua pendapatnya tak terkecuali.

Saat para siswa beradu argumen menyampaikan pendapatnya, pengajar akan mencatat hal-hal penting dari pendapat para siswa.

Model pembelajaran ini diakhiri dengan pengajar meminta kedua kelompok membuat rangkuman atas pendapat mereka dan memberikan kesimpulan untuk materi atau kasus yang diangkat.

6. Model Mind Mapping

Para siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil beranggotakan 2-3 orang. Setiap kelompok tersebut akan berdiskusi mencari pemecahan masalah atas materi atau kasus yang diangkat oleh pengajar.

Selesai berdiskusi, pengajar akan secara acak memilih kelompok untuk maju menyampaikan hasil diskusi mereka secara bergantian. Hal-hal penting dari hasil diskusi para kelompok tersebut akan dicatat oleh pengajar di papan tulis.

Di akhir, para siswa diminta untuk merangkum atau membuat kesimpulan berdasar data-data penting yang sudah dicatat oleh pengajar di papan tulis.

Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif

  1. Meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial.
  2. Memberikan pelajaran bagi siswa mengenai sikap, menghargai pendapat, menyampaikan informasi, perilaku sosial, ketrampilan, dan lainnya.
  3. Melatih siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan.
  4. Membentuk nilai nilai sosial.
  5. Menghilangkan adanya sikap egois.
  6. Membangun persahabatan yang lebih solid.
  7. Memupuk rasa saling percaya.
  8. Membuka cara pandang menjadi lebih luas.
  9. Mampu menyampaikan ide dan menghargai ide orang lain.
  10. Meningkatkan pertemanan tanpa memilah milah ras, jenis kelamin, agama, dan lainnya.
  11. Menjalin hubungan saling membutuhkan dan dibutuhkan.

Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

  1. Adanya resiko dari kegagalan kerjasama antar anggota kelompok. Apabila tidak bisa bekerja sama dengan baik, maka bisa terjadi perselisihan yang akan merusak kekompakan persahabatan.
  2. Adanya beberapa orang yang memiliki sifat mendominasi dan beberapa orang lainnya yang cenderung diam dan introvert sehingga tipe yang seperti ini akan mengalah oleh siswa yang tipe dominan.
  3. Waktu yang dibutuhkan dalam metode pembelajaran kooperatif ini cukup lama, karena proses penyampaian pendapat dan sanggahan akan memunculkan beberapa pertentangan atau persetujuan.
  4. Terkadang informasi menjadi sulit dimengerti dan ada kesalahan penyampaian karena informasi disampaikan oleh teman.
SHARE ARTIKEL