Kisah Pilu, Keluarga Ini Mengais Kulit Ayam Sisa Kantin Demi Bisa Makan

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 10 Feb 2020

Kisah Pilu, Keluarga Ini Mengais Kulit Ayam Sisa Kantin Demi Bisa Makan

Pilu, Keluarga Ini Mengais Kulit Ayam Sisa Kantin Demi Bisa Makan - Image from tekape.id

Biasanya kulit ayam dibuang-buang, bagi keluarga satu ini adalah makanan mewah sekaligus favorit 

Suaminya cuma sebagai buruh, untuk kebutuhan sehari aja tak cukup, istrinya cuma tergantung gaji dari suaminya, sehingga mereka terpaksa harus mengais sisa-sisa makanan untuk menyambung hidupnya

Kemiskinan membuat sebuah keluarga di Kelantan, Malaysia, melalui masa-masa yang sangat sulit. Keluarga Siti Hamidah Abdul Hamid hanya bergantung pada pendapatan suaminya untuk menutupi pengeluaran mereka.

Padahal, suami Siti yang bernama Muhamad Zuhaidi Safin hanya bekerja sebagai buruh. Penghasilan pria 33 tahun itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari.

Namun tak lantas mereka berpangku tangan menerima nasib. Untuk memenuhi kebutuhan makan setiap hari, keluarga Siti mengais kulit ayam yang dibuang sebuah kantin.

Meski banyak yang tidak suka, Wanita 32 tahun itu mengatakan, kulit ayam sekarang jadi makanan ‘mewah’ sekaligus favorit keluarganya.

Baca Juga:

Tak mampu membeli daging atau ikan

Siti mengaku tidak mampu membeli daging sapi, daging ayam, atau ikan setiap hari karena penghasilan suaminya yang tak seberapa.

Beruntung ada kulit ayam yang dia dapatkan dari kantin di dekat sebuah sekolah di Kelantan.

“Saya merasa sayang dengan kulit ayam yang dibuang oleh kantin tersebut. Apalagi keluarga saya tak mampu membeli daging sapi, daging ayam, atau ikan setiap hari,” katanya.

Karena itu dia sangat bersyukur ada orang yang berbaik hati memberikan kulit ayam untuk diolah jadi makanan.

“Semua anak saya yaitu Siti Aisyah (8 tahun), Norsyayidah Nafisah (6 tahun), dan Nor Syafiya Nadira (3 tahun), suka makan kulit ayam sejak dua tahun lalu,” katanya.

Sementara itu, Muhamad Zuhaidi mengatakan bahwa gajinya sebagai buruh tidak tetap. Dia juga harus membayar sewa rumah mereka.

Meskipun rumah yang disewa sudah reyot, Muhamad Zuhaidi tetap harus membayar uang sewanya sekitar 100 ringgit atau sekira Rp341 ribu sebulan.

“Yang paling penting adalah keluarga saya bisa makan dan tetap sehat,” katanya.

Muhamad Zuhaidi berharap keluarganya bisa punya rumah sendiri suatu hari nanti.

SHARE ARTIKEL