Kisah Menarik, Pengabdian Dokter Muda Cantik yang Rela Berjuang Di Papua

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 13 Feb 2020

Kisah Menarik, Pengabdian Dokter Muda Cantik yang Rela Berjuang Di Papua

Kisah Viral Dokter Muda Cantik Rela Berjuang Di Pedalaman Hutan Papua - Image from facebook.com

Sudah cantik, masih muda, cerdas pula

Kisah yang dibagikannya viral menarik banyak perhatian warganet. Pasalnya dokter ini tengah bertugas di pedalaman papua, ia menceritakan betapa susahnya mengakses kemana-mana, bahkan jauh dari informasi. Ia membagikan video menyusuri jalan berlumpur dengan membawa pasien

Kisah yang dibagikan seorang dokter muda bernama Amalia Usmaianti (28) menarik perhatian warganet dalam beberapa pekan ini.

Dokter Amalia saat ini tengah bertugas di pedalaman Boven Digoel, Papua. Ia membagikan kisahnya melalui akun Facebook miliknya.

Dalam unggahannya, Amalia menceritakan jarak belasan kilometer yang harus ditempuhnya saat menangani warga yang membutuhkan pertolongan.

Lulusan Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara itu tengah mengikuti program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan dan ditugaskan selama 2 tahun di Puskesmas Ninati, Kabupaten Boven Digoel, Papua.

Amalia bertugas di daerah itu sejak Mei 2017, bersama 6 orang lainnya dalam sebuah tim.

Tim itu terdiri dari dirinya sebagai dokter umum, dan 6 rekannya yang merupakan perawat, bidan, ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, analis kesehatan, dan apoteker.

Amalia membagikan foto dirinya dan beberapa rekannya tengah menyusuri jalanan berlumpur di Ninati dengan berjalan kaki. Terlihat pula air menggenang di beberapa bagian jalan yang dilintasi.

Mereka tengah menuju Kampung Tembutka yang berjarak 16 km dari puskesmas untuk melakukan Puskesmas Keliling (pusling) keesokan harinya.

Terlihat seorang wanita yang ditandu menggunakan tandu darurat yang terbuat dari dua batang bambu kecil dan kain sarung.

Baca Juga:

Diketahui, dia adalah seorang bidan, satu tim dengan Amalia, yang jatuh sakit dan pingsan setelah menempuh 7 kilometer perjalanan.

Meskipun harus menandu rekannya, rombongan itu terus melanjutkan perjalanan karena jika kembali ke puskemas, jarak yang ditempuh akan lebih jauh. Selain itu, ada kekhawatiran munculnya hewan melata karena hari hampir petang.

Apa yang dialami oleh Amalia dan rombongannya, itu pula yang dijalani masyarakat untuk mendapatkan akses kesehatan.

“Banyak masyarakat sakit yang dibopong keluarganya sendiri, namun mereka tidak punya alat untuk merekam kepedihan yang mereka rasakan puluhan tahun,” tulis Amalia, dalam postingannya.

Amalia berharap, unggahannya dapat diketahui oleh dunia luar dan tempatnya mengabdi mendapat perhatian, khususnya dari pemerintah.

“Saya rasa kami hanyalah perantara, agar desa tersebut dapat dilihat oleh dunia luar. Bahwa masih ada tempat yang ditinggali masyarakat Indonesia yang jauh dari kita, jauh dari alat komunikasi, yang belum ada listrik, sinyal radio dan sebagainya,” tulis dokter asal Aceh itu.

Serba terbatas Saat diwawancarai wartawan, Amalia menjelaskan banyak hal terkait kondisi pedalaman Papua, tempatnya mengabdi.

SHARE ARTIKEL