Netizen Sebut Virus Corona itu Azab, ini Tanggapan Mahasiswa Indonesia

Penulis Arief Prasetyo | Ditayangkan 28 Jan 2020

Netizen Sebut Virus Corona itu Azab, ini Tanggapan Mahasiswa Indonesia

Virus corona azab - Image from merdeka.com

Begini balasan mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan

Viral pernyataan dari salah seorang mahasiswa di Wuhan China yang membalas komentar netizen perihal virus corona yang mewabah di China itu disebut sebagai azab karena China telah membantai muslim Uighur, mahasiswa tersebut menyayangkan sikap netizen Indonesia yang tak bersimpati.

Dunia sedang digemparkan dengan menyebarnya virus corona yang bersumber dari Kota Wuhan, China. Saat ini pemerintah setempat menutup seluruh transportasi umum di kota industri berpenduduk 11 juta orang itu.

Namun ada satu hal yang membuat mahasiswa Indonesia di Wuhan, Hilyatu Millati, resah. Yakni komentar netizen Indonesia yang menyebut virus corona adalah azab bagi China.

Perempuan yang akrab disapa Milla ini menyayangkan sikap netizen Indonesia yang tidak bersimpati dengan kondisi China dan justru menghujatnya. Sebagai WNI yang telah 7 tahun tinggal di China, terlebih kini ia tinggal di kota yang menjadi sumber menyebarnya virus corona, Milla prihatin.

"Komentar-komentar jahat itu tak ubahnya dengan virus corona. Sama-sama penyakit. Bedanya kalau komentar jahat itu penyakit hati alias benci yang bisa menambah dosa. Sedangkan virus corona itu penyakit jasmani yang bisa mengurangi dosa penderita," kata Milla yang juga diposting di akun Facebooknya. Milla mengizinkan kumparan mengutip tulisannya tersebut.

Milla menyebut, saat Indonesia dilanda banjir, warga China tak ada yang menghujat. Namun begitu virus corona menyebar dari China, netizen Indonesia banyak yang berkomentar menyakitkan.

"Kami butuh doa dan dukungan, bukan nyinyiran. Agama bukan sekadar ritual, tapi nilai-nilai yang harus dihayati. Bijaksanalah dalam berkomentar, hargai perbedaan," imbuh perempuan yang sudah 1,5 tahun tinggal di Wuhan ini.

Milla juga menyinggung MERS yang juga bersumber dari virus corona dan berasal dari Arab Saudi. Saat itu orang-orang tidak menyebutnya sebagai azab. "Kalau Anda bilang wabah virus corona di China saat ini adalah azab, apa Anda juga akan bilang wabah MERS yang sama-sama berasal dari virus corona yang melanda Timur Tengah terutama Arab Saudi yang menelan korban 850 jiwa sebagai azab? Terus banjir Jakarta juga azab?" ujar mahasiswa S3 Business Administration di Universitas Chongqing ini.

Padahal menurut Milla, warga China banyak yang bersimpati saat Indonesia terkena bencana. Bahkan teman-teman Milla di negeri Tirai Bambu itu ikut memberikan donasi bagi para korban bencana di Indonesia.

Baca Juga:

Netizen Sebut Virus Corona itu Azab, ini Tanggapan Mahasiswa Indonesia

Image from facebook.com

"Simpati dan empati warga China ke bencana di Indonesia cukup tinggi, seperti dalam kasus gempa di Palu beberapa waktu lalu. Banyak teman-teman China yang menelepon, menanyakan kondisi keluarga saya, dan aktif responsif galang bantuan untuk Indonesia serta banyak warga China ikut menyumbang donasi melalui PPI Tiongkok juga," katanya.

Kota Chongqing tempat kampus Milla berada, berjarak lebih dari 800 km dari Wuhan. Milla tinggal di Wuhan untuk menemani suaminya menempuh pendidikan. Dia biasa bepergian dari Wuhan ke Chongqing. Perempuan asal Klaten, Jawa Tengah, ini juga menyayangkan beredarnya kabar bahwa virus corona berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan.

Milla menyebut, pasar yang diduga sebagai pusat munculnya virus corona tak jauh dari stasiun yang biasa ia lewati, yakni Stasiun Hankou. Dia mengaku tiap bulan selalu melakukan perjalanan jauh menuju Kota Chongqing, melalui stasiun Hankou.

Selama menetap di China, Milla selama ini merasa baik-baik saja. Situasi juga aman.
"Pusatnya epidemik dekat banget sama stasiun Hankou. Selama ini saya juga sering nginep di bandara dan stasiun kereta api tanpa khawatir, karena selalu aman," kata Milla kepada kumparan lewat telepon, Senin (27/1).

Meski Wuhan sekarang diisolasi, Milla tetap bisa keluar dari apartemen untuk beraktivitas. Hanya saja dia selalu mengenakan masker N95 dua lapis dan mengenakan kaus tangan. Biasanya Milla mengendarai sepeda listrik atau berjalan kaki karena transportasi umum masih ditutup.

SHARE ARTIKEL