Bunda Mau Sehat, Mulia, Bahagia Serta Masuk Surga? Begini Caranya

Penulis Cheryl mikayla | Ditayangkan 18 Sep 2018

Bunda Mau Sehat, Mulia, Bahagia Serta Masuk Surga? Begini Caranya
Foto: Keluarga Bahagia (ruangmuslimah.com)
Mungkin Anda bertanya-tanya enak bener bisa sehat, mulia, bahagia serta masuk surga sekaligus. Bagaimana caranya?

Kuncinya cuma satu! " Jadi ibu rumah tangga yang baik".

Nggak percaya? Berikut bukti-buktinya!

Menjadi ibu rumah tangga sangat berpotensi menjadi bahagia dunia-akhirat, terkhusus jika anak-anak yang dididiknya tumbuh menjadi orang yang sholeh dan sholehah.

Memang benar ibu rumah tangga tidak bisa dikenal layaknya artis karena memang pekerjaannya di dalam rumah.

Bahkan ibu rumah tangga mungkin tidak bisa berpenghasilan dengan pekerjaan yang tak terkira di dalam rumah.

Tetapi, harus jujur diakui bahwa kesuksesan keluarga berawal dari ibu yang baik didalam rumah.

Kita contohkan saja kenakalan remaja yang kini sudah mengarah pada kejahatan remaja, salah satunya dikarenakan hilangnya peran seorang ibu di dalam rumah.

Banyaknya orang tua yang super sibuk di kota-kota besar, menjadikan interaksi mereka dengan buah hatinya tidak berjalan secara sempurna, sehingga banyak anak merasa tidak diperhatikan dan akhirnya terjerumus pada pergaulan yang merugikan.

Kembali Pada Tugas Utama seorang Istri

Memang tidak semua wanita yang memilih berkarir semata-mata karena malu menjadi ibu rumah tangga.

Sebagian karena situasi dan kondisi yang mengharuskan istri ikut turun ke medan kerja, untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang boleh jadi belum bisa diatasi seorang diri oleh suami.

Tetapi, Islam telah menegaskan bahwa tugas atau peran utama yang harus dijalankan oleh seorang muslimah sebagai istri dan ibu adalah mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami untuk memenuhi nafkah.

Jika memiliki bayi, maka tugas utama seorang ibu adalah menyusui anaknya, selama dua tahun, jika ingin sempurna penyusuannya.

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah [2]:233).

Adapun kewajiban mencari nafkah, Islam tidak memberikan beban tersebut kepada istri, tetapi dibebankan kepada suami.

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)

Suami berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak seperti yang diperintahkan dalam ayat diatas.

Dan kewajiban untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak berlaku meski suami miskin atau istri dalam keadaan kaya atau berkecukupan.

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS: Ath Thalaaq [65]: 7).

Menjadi Sehat, Mulia, Bahagia Serta Masuk Surga dengan Menjadi Ibu Rumah Tangga

Ada banyak keuntungan menjadi ibu rumah tangga yang lingkupnya tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat, seperti dikutip dari parentingislami.com


Pertama, sehat.

Seorang ibu yang mengasuh buah hatinya sendiri cenderung akan lebih sehat.

Karena seorang ibu apalagi yang masih menyusui akan dihadapkan dengan kondisi-kondisi tertentu yang seringkali memaksanya untuk jalan cepat, berlari, atau bergerak sigap.

Misalnya bayi sedang menangis, maka secara spontan seorang ibu akan pergi berlari menuju bayi mungilnya. Kejadian seperti itu boleh jadi berlangsung sepanjang hari.

Kesigapan seorang ibu saat bangkit dari kursi dan berlari menghampirinya bisa melatih daya tahan ibu (endurance).

Lebih dari itu ketika bayi sudah berumur enam bulan ke atas, biasanya seorang ibu akan tertarik untuk bermain dengan bayinya.

Seorang ibu akan dibuat gemas oleh bayinya ketika tersenyum atau mungkin tertawa, sehingga merangsang ibu untuk mengabil bayinya kemudian mengayunnya seperti pesawat, bermain kuda-kudaan, atau mengelitikinya.

Aktivitas semacam itu akan terjadi dalam keseharian seorang ibu, dan itu berarti seorang ibu telah melakuakan latihan fleksibilitas.


Kedua, mulia.

Dalam Islam, seorang ibu adalah manusia pertama dan utama yang harus ditaati, dipatuhi dan dihormati oleh seorang anak.

Jadi, Islam menempatkan kaum ibu sebagai manusia paling mulia di muka bumi ini.

Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, jawab beliau, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Bukhari).

Sementara itu di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun” (QS: Luqman [31] : 14).

‘Atha` bin Yasar berkata, “Aku pergi lalu bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Kenama engkau menanyakan tentang kehidupan ibunya (masih hidup atau tidak)?’ “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjawab, “Sungguh aku tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla daripada berbakti kepada ibu.” (HR: Bukhari).

Baca Juga:

Ketiga, bahagia.

Menjadi ibu rumah tangga sangat berpotensi menjadi bahagia dunia-akhirat, terkhusus jika anak-anak yang dididiknya tumbuh menjadi orang yang sholeh dan sholehah.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh ibunda dari Imam Syafi’i dan Imam Bukhari.

Kedua ulama itu besar dengan bimbingan seorang ibu yang tekun dan sabar dalam mendidik putranya, sehingga keduanya tumbuh dewasa menjadi manusia ‘penyelamat’ ajaran Islam.

Dari kedua tangan ulama besar itu, lahirlah berbagai macam kitab yang sangat dibutuhkan umat manusia hingga akhir zaman.

Bukankah hal tersebut adalah kebahagiaan tiada tara yang selalu diinginkan seorang ibu kepada anak-anaknya?


Keempat, Masuk surga.

Anak yang sholeh dan sholehah adalah jalan orang tua masuk surga.

Rasulullah bersabda, "Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang sholeh yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim).

Jadi, tidak ada investasi terbesar yang mutlak menguntungkan selama-lamanya selain mendidik anak-anak kita sendiri.

Baik untuk masa depan mereka menjadi manusia didunia, juga untuk orangtua di akhirat.

Coba kita renungkan bersama, adakah ibu yang paling bahagia di muka bumi ini selain daripada ibu yang memiliki anak yang sholeh dan sholehah dan selalu mendoakan keduanya?

Maka, alasan apalagi yang akan dikemukakan, sementara keuntungan mengasuh anak itu sangat luar biasa?

Demikian, Wallahu A'lam.
SHARE ARTIKEL