Jelas di Al Qur`an, Ada Anak yang Memang Dijadikan Musuh Orang Tuanya
Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 13 Apr 2018Foto ilustrasi via dakwatuna.com
Jangan salah memposisikan anak!!!
Anak bisa jadi pendukung dan penerus cita-cita Anda (sebagai orang tua)
Tapi ada fakta menyentak bahwa ada anak yang memang diciptakan untuk dijadikan musuh orangtuanya...
Kebanyakan orangtua masih salah memposisikan anak, terlihat dari sikap orang tua yang memanjakan anaknya, atau ada anak disia-siakan dan disiksa.
Memang setiap anak diciptakan berbeda, dalam Al-qur'an ada anak yang menjadi cobaan hidup orang tua, ada pula yang menjadi kebanggaan orang tua..
Alquran adalah petunjuk dan pedoman bagi setiap muslim. Alquran merupakan panduan utama bagi keluarga muslim.
Alquran telah menyebutkan secara lengkap bagaimana posisi anak bagi orangtua.
Baca juga : 13 Adab Sederhana Istri Pada Suami, Banyak Istri yang Belum Benar Melakukannya
Karenanya setiap kegundahan, setiap kesenangan seharusnya Alquranlah yang lebih menjadi pedoman kita.
Dan inilah posisi anak bagi keluarga dalam Alquran:
1. Anak sebagai HIASAN HIDUP
Allah berfirman:زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
Anak disebutkan sebagai kesenangan hidup. Setiap pasangan ingin memiliki anak, anak menjadi kesenangan karena kehadirannya memberikan warna dan keceriaan bagi keluarga.
Anak menjadi kesenangan dan kebanggan. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali terbaik. Kesenangan yang ada pada dunia harus dengan keimanan.
2. Anak sebagai COBAAN HIDUP
Allah berfirman:وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Anak juga menjadi cobaan hidup bagi orangtuanya. Seperti yang disampaikan dua ayat di atas. Sehingga orangtua diminta agar berhati-hati. Keindahan itu tidak boleh melalaikan. Kenikmatan kita memandanginya tidak boleh melalaikan dari tugas para orangtua menjadi hamba Allah yang baik.
Allah mengingatkan kembali kepada para orangtua:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Janganlah sampai karena kecintaan kita pada anak kemudian membuat diri lalai dan justru rela bermaksiat karena ingin memenuhi keinginan anak.
Baca juga : Nasehat Buat Suami "Jangan salahkan istri jika rumah selalu tampak berantakan”
3. Anak yang LEMAH
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Orangtua diminta agar memperhatikan benar generasi setelahnya. Tidak boleh hadir generasi lemah sepeninggal orangtuanya.
Perhatian besar orangtua untuk meninggalkan segala hal yang membuat mereka kuat adalah merupakan kewajiban.
Ayat ini mengingatkan agar orangtua berhati-hati jika mati belum menyiapkan anak keturunan, sehingga mereka menjadi beban masyarakat dan zaman.
Kelemahan dalam masalah keimanan. Kelemahan dalam masalah pemahaman agama. Kelemahan ibadah dan akhlak.
Para orangtua harus menyiapkan agama anak-anaknya. Karena pasti Allah akan menanyakan amanah itu kepada para orangtua.
Kelemahan dalam masalah ekonomi. Kelemahan dalam kesejahteraan. Kelemahan fasilitas.
Para orangtua bertanggung jawab jika kelemahan ini menjadi alasan jauhnya anak-anak dari Allah. Sehingga meninggalkan anak-anak dalam keadaan berkecukupan lebih baik daripada meninggalkan mereka meminta-minta kepada orang.
Kelemahan ilmu pengetahuan. Kelemahan wawasan dalam hidup. Kelemahan dalam kemampuan untuk menjalani hidup.
Itu artinya para orangtua harus membekali mereka ilmu, semua sarana ilmu dan wawasan serta skill anak-anak. Kesalahan fatal, ketika orangtua sibuk menikmati hidup sendiri tetapi lalai menyiapkan ilmu, wawasan dan skill anak-anak mereka.
Kelemahan dalam fisik. Kelemahan dalam jiwa dan mental. Kelemahan yang mengakibatkan mereka hanya menjadi pecundang dan bukan seorang juara.
Orangtua harus menyiapkan fisik mereka sesehat mungkin. Menjaga mereka agar tetap bugar untuk melanjutkan perjuangan. Jiwa dan mental yang kokoh berhadapan dengan keadaan apapun. Mampu hidup dan bertahan dalam keadaan paling sulit sekalipun.
Dan semua jenis kelemahan adalah merupakan peringatan yang tidak boleh muncul pada kelahiran keturunan kita.
4. Anak sebagai MUSUH
Allah berfirman:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sangat mengerikan membaca ayat ini. Allah memerintahkan agar orangtua berhati-hati terhadap anak. Karena sebagian mereka adalah musuh.
Jika anak telah menjadi musuh orangtuanya, maka hilanglah sebagian besar kebahagiaan rumah tangga. Karena hiasan itu kini hanya menjadi beban, penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup orangtua.
Anak yang nakal, durhaka, bodoh, menjatuhkan martabat keluarga. Saat itulah anak yang dulu diasuh siang dan malam, berubah menjadi musuh yang menyedihkan, menakutkan dan menyengsarakan.
Baca juga : Sedang Haid, Melaksanakan Akad Nikah, Sah Nggak Nikahnya?
5. Anak yang BAIK & MENYEJUKKAN PANDANGAN MATA
Allah berfirman:هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Qs. Ali Imron: 38)
Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Inilah anak yang diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah, ayat-ayat yang digunakan untuk membahas poin ini berupa doa dan ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya. Doa adalah harapan dan munajat kepada Yang Menciptakan semuanya.
Anak yang baik. Anak yang menyejukkan pandangan mata. Anak yang menyenangkan hati orangtua.
Jelas ini adalah hasil panen jerih payah orangtua. Setelah sekian lama dalam kesabaran tiada berujung, orangtua berjuang berjibaku mendidik mereka.
Saat usia telah senja, tulang telah rapuh, kepala telah menyala putih, banyak keterbatasan, saat perlu bersandar, anak-anak yang baik itu benar-benar menyejukkan pandangan mata, menentramkan hati. Ibarat oase di tengah gurun sahara.
Ibarat air sejuk bagi musafir yang telah lemas karena dehidrasi. Anak yang berbakti. Anak yang mengerti hak orangtua. Anak yang bisa mengangkat derajat orangtunya kelak di Surga Allah.