Bun, Siapa Allah itu?, Dimana Allah? Seperti apa Allah? ini Jawaban Singkat yang Harus Bunda Katakan
Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 14 Mar 2018
Foto via dokpos.com
Jika anak tanya seperti itu bunda mau jawab apa?
Tak semua orangtua memiliki jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pasti bunda kesulitan menjawab dengan tepat, dan mudah dimengerti oleh anak, jika sikap orang tua salah sehingga anak tak percaya, maka ia akan mencari jawaban ke sumber yang salah, jadi solusi menjawab singkat ini sangat tepat untuk bunda yang mendapat pertanyaan seperti itu dari anak
Mengajarkan tentang agama kepada anak sejak usia dini memang sangat diperlukan dan itu adalah tugas kedua orang tua dari anak tersebut.
Terutama mengenalkan tentang hakikat Allah SWT. kepada anak-anak. Namun, terkadang orang tua bingung untuk menerangkan agar kalimatnya mudah dicerna oleh anak-anak.
Baca juga : Surah yang Mampu Mengalirkan Derasnya Rezeki ini Wajib Diajarkan Pada Anak Sejak Kecil
Terkadang anak-anak juga sering melontarkan pertanyaan kritis yang terkadang sulit untuk dijawab oleh orang tuanya.
Mulai pertanyaan besar tentang hakikat Allah SWT hingga hal-hal sederhana yang kadang tak terpikirkan oleh orang dewasa.
Lalu bagaimana cara orang tua menjawab pertanyaan anak seperti, siapa Allah itu? Allah itu seperti apa? Di mana Allah, mengapa tak terlihat? Mengapa kita harus menyembah Allah?
Tak semua orang tua memiliki jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Para orang tua pasti akan kesulitan mencari kalimat serta bahasa yang pas untuk menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
Sebagian orang tua memilih marah atau menyuruh anaknya berhenti menanyakan hal-hal semacam itu.
Padahal, sikap itu tidak tepat. Anak tetap akan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya.
Bisa jadi, sikap orang tua yang semacam itu akan membuat anak mencari jawaban ke sumber yang salah atau tidak percaya lagi pada orang tua.
Jika orang tua belum mengetahui jawabannya, bersikaplah jujur dan jangan memberi keterangan yang salah.
Orang tua bisa mengajak anak untuk bersama-sama mencari jawabannya, lewat buku, media, atau bertanya kepada ahlinya.
Baca juga : 6 Fakta Pemukulan Guru Oleh Murid Dengan Kursi Hingga Berdarah-darah, Cuma Gara-Gara Sepele
Bunda: Nak, ingat ya jangan pernah kamu berbuat buruk pada orang lain.
Anak: Memangnya kenapa, Bun?
Bunda: Sebab, Allah SWT selalu mengawasi kita. Setiap apa yang kita kerjakan tidak luput dari penglihatan-Nya. Jadi, perbuatan buruk sekecil apa pun, Allah pasti mengetahuinya.
Anak: Wah, hebat ya Allah itu. Tapi Bun, kenapa ade tak bisa lihat Allah? Memangnya Allah tinggal di mana sih?
Anak merupakan anugerah dari Allah SWT. Selain itu, anak juga merupakan titipan dari-Nya untuk kita bimbing agar selalu berada dalam ridha-Nya.
Sudah menjadi tanggungjawab kita, sebagai orang tua untuk mendidik dan mengajarkannya. Dan hal paling utama yang harus kita berikan kepada anak ialah mengenalkannya kepada Tuhannya.
Suatu ketika, jika anak bertanya, “Allah itu di mana sih, Bun?” Mungkin, kebanyakan dari kita malah mengalihkan pembicaraan.
Sebab, masalah ini tak banyak orang yang tahu. Ini sudah menjadi sesuatu yang tak mungkin kita tahu secara pasti.
Meski begitu, kita tak perlu bingung menjawab pertanyaan anak tersebut. Kita bisa menjawabnya, “Allah SWT itu di langit, Sayang.” Mengapa jawabannya seperti itu?
Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT, “Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah Rabb semesta alam,” (QS. Al-A’raf: 54).
Para ulama salaf meyakini bahwa Allah SWT bersemayam di atas ‘Arsy di langit. Adapun cara Allah SWT bersemayam, mereka tidak menakwilkannya.
Mereka menyikapi ayat tersebut sebagaimana kedatangannya, tanpa takyif (menanyakan hakikatnya), tasybih (menyerupakan dengan makhluk-Nya) dan ta’thil (menafikannya atau menyimpangkan maknanya), ulas Ibnu Katsir. Allahu ‘Alam Bisshawab.
Baca juga : Pelajaran Malah Main Ponsel, Tak Terima Ditegur Siswa SMP ini Hantam Guru Dengan Kursi
Quran Menjawab Tuhan Ada di Mana
Sebelumnya Al-Quran telah menjelaskan sifat tuhan secara umum, yaitu bahwa tuhan itu tidak sama dengan apa pun.
Lam yakun lahu kufuwan ahad, tidak ada satu pun yang sekufu dengan tuhan. Laisa kamitslihi syai’un, tidak ada sesuatu pun yang menyerupi tuhan.
Misalnya disebutkan dalam Quran lafadz yadullahi yang artinya tangan tuhan. Benarkah tuhan punya tangan, ataukah hanya makna kiasan saja?
Jawabnya, benar tuhan punya tangan sungguhan dan bukan kiasan. Tetapi tangannya tidak sama dengan tangan manusia.
Kita tidak menolak keadaan tuhan yang punya tangan dengan jalan mentakwilkannya dengan makna lain seperti kekuasaan.
Tidak perlu ditakwilkan seperti itu, karena dengan cara itu kita malah sudah mulai mengarang tentang diskripsi tuhan.
Dan mentakwilkan tangan tuhan dengan makna lain seperti kekuasaan tuhan, merupakan sebuah kesalahan fatal.
Lalu bagaimana?
Kita tetap terima bahwa tuhan punya tangan sesungguhnya, bukan kiasan. Tetapi tangan-Nya itu tidak sama dengan apa pun.
Baik ukurannya, massanya, struktur kimianya, DNA-nya, atau semua halnya. Laisa kamitslihi syai’un, wa lam yakun lahu kufuwan ahad.
Tuhan di Langit, di Tempat yang Tinggi dan di Arsy
Maka ketika kita bicara tentang tuhan itu ada di suatu tempat, maka tidak bisa kita samakan keberadaannya itu dengan makhluk ciptaan-Nya. Sebab laisa kamitslihi syai’un, wa lam yakun lahu kufuwan ahad.
Namun tuhan sendiri telah menyebutkan di mana dirinya. Mari kita dengar baik-baik ‘pengakuan’ tuhan langsung di dalam Al-Quran Al-Kariem.
“Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah merasa aman terhadap Allah yang DI LANGIT bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku”. (QS Al-Mulk: 16-17).
Selain itu juga silahkan buka surat lainnya:
“Yang Maha Pemurah itu berada DI ATAS ‘ARYS BERSEMAYAM”.(QS Thaha: 5)
“Sesungguhnya tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi lalu bersemayam DI ATAS ‘ARSY”. (QS. Al-A‘raf: 54).
Juga ada sabda utusan resmi dari tuhan, nabi Muhammad SAW tentang keberadaan Allah SWT.
Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Kasihanilah yang bumi maka kamu akan dikasihani oleh Yang DI LANGIT”. (HR. Tirmiziy).
Dan dalil yang menyebutkan bahwa Allah ada di langit, Arsy atau di tempat yang tinggi itu sangat banyak sekali dalam Al-Quran maupun Al-Hadits.
Baca juga : Suami Sayang Istri, Bisa Dilihat dari 4 Pertanyaan yang Pernah Diucapkkan Pada Istrinya
Benarkah Allah Ada di mana-mana?
Sebaliknya, tentang keterangan bahwa Allah SWT itu ada di mana-mana, sama sekali kita tidak mendapatkan dalil yang sharih. Paling jauh ada ayat berikut ini saja:
Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid: 4)
Namun kata ma’a tidak berarti menunjukkan tempat seseorang berada. Sebab dalam percakapan kita bisa mengatakan bahwa aku menyertaimu, meski pada kenyataannya tidak berduaan.
Sebab kebersamaan Allah SWT dalam ayat ini adalah berbentuk muraqabah atau pengawasan.
Seperti ketika Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar ra di dalam gua,"Jangan kamu sedih, Allah beserta kita." Ini tidak berarti Allah SWT ikut masuk gua. Juga ketika Musa as berkata, "Bersamaku tuhanku," tidak berarti Allah SWT ada di pinggir laut merah saat itu.
Jikalau kamu tidak menolongnya maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengeluarkannya sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." (QS At-Taubah: 40)
Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS As-Syu’ara: 62).
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,