Bun, Sekarang ini Gaji Suami Habis Untuk Biaya Hidup Atau Gaya Hidup?

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 28 Feb 2018
Bun, Sekarang ini Gaji Suami Habis Untuk Biaya Hidup Atau Gaya Hidup?
Foto diolah via wajibbaca.com dari berbagai sumber

Mikirin gaya hidup, terkadang makan aja susah, apa-apa sudah mahal

Tapi kenapa yang terlihat masih banyak mementingkan gaya hidup ya? seperti sudah menjadi kebutuhan pokok, buat beli baju, make-up. 

Terlihat banyak prilaku konsumtif di berbagai perbelanjaan, mini market, bahkan kredit juga ramai, tapi untuk biaya hidup dibantu sampai berhutang-hutang, kalau menurut bunda gimana yang benar?

Kebutuhan hidup setiap tahun semakin meningkat. Kenaikan harga-harga sepertinya tidak bisa dielakan.

Pemerintah berganti, tetapi tidak ada peningkatan kualitas hidup seperti yang dijanjikan entah sejak pemerintahan siapa.

Baca juga : Moral Generasi Muda Makin Bejat, Ada Apa dengan Bangsa Kita ini?

Jika bertanya pada ibu-ibu baik yang kalangan bawah, menengah maupun atas pasti mereka pun merasakan dampaknya.

Perbedaannya mungkin hanya sisa uang belanja, ada atau tidak, sedikit atau banyak, mencukupi atau tidak.

Namun, ada yang menarik di negeri kita ini betapapun barang-barang kebutuhan pokok kian meningkat, perilaku konsumtif sepertinya juga tidak menurun.

Jika melihat perkembangan pusat perbelanjaan, mini market, super market, kredit kendaraan baik motor maupun mobil sepertinya justru meningkat.

Memang makanan, pakaian dan transportasi telah menjadi kebutuhan pokok.

Setiap keluarga berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup; makanan, pakaian, rumah, pendidikan dan kendaraan.

Dan sepertinya kebutuhan yang kita penuhi bukan hanya agar dapat sekedar makan yang memberikan kekuatan bagi tubuh, tetapi juga menyenangkan di mata dan lidah.

Memakai pakaian bukan saja untuk menutup aurat dan layak dipakai tetapi juga indah dipandang.

Mendapat pendidikan yang berkualitas dan bonafid. Menempati rumah yang nyaman dan bagus.

Dan kondisi transportasi publik yang belum memberikan kenyamanan dan keamanan memaksa kita untuk juga memiliki kendaraan pribadi untuk memudahkan mobilitas.

Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut ada banyak cara dilakukan, bisa menabung dan banyak pula yang memilih kredit/pinjaman baik pada bank atau lembaga keungan lainnya.

Baca juga : Ratu YouTube Berulah, Hina dan Sepelekan Gaji PNS, Netizen Geram Bongkar Kedok Aslinya

Banyak sekali bank dan lembaga keuangan yang dapat memfasilitasi pinjaman atau cicilan bagi beragam kebutuhan keluarga.

Mencicil atau kredit rumah maupun kendaraan dinilai lebih praktis, ketimbang harus menabung yang mungkin baru akan terpenuhi setelah lebih dari 5-10 tahun kemudian dengan penghasilan standar.

Tetapi sangat disayangkan ketika semua penghasilan yang diperoleh habis untuk mencukupi berbagai cicilan/kredit baik rumah atau kendaraan juga untuk kebutuhan sehari-hari, dan ketika salah satu saudara kemudian datang kepada kita berharap pertolongan karena ia tengah ditimpa musibah yang menyulitkan, kita tak membantunya. 

Karena, prioritas kebutuhan adalah untuk membayar berbagai cicilan tepat waktu sehingga tidak terkena denda.

Jika kita melihat dari sisi yang dimintai tolong, mungkin memang benar pengahasilan yang diperolehnya tak memberi keluasan untuk dapat membantu. 

Dan jika melihat pada sisi yang meminta tolong, ia mungkin akan berpikir rumah ada, kendaraan ada tetapi meminjam sedikit saja tidak diberi.

Jika kita mau sedikit berkorban dan mengingat akan sabda Rasulullah berikut;

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”

Menolong saudara, memudahkan urusan bagi sesama, menghilangkan kesulitan karena Allah akan dibalas olehNya.


Semoga kita dapat senantiasa mengingat sabda Rasul ini dan tidak hanya menghabiskan rizki yang kita peroleh untuk membiayai hidup dan gaya hidup.
SHARE ARTIKEL