Melakukan Gol Bunuh Diri, Bocah ini Dipukuli Teamnya Hingga Masuk ICU

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 30 Jan 2018

Melakukan Gol Bunuh Diri, Bocah ini Dipukuli Teamnya Hingga Masuk ICU
Foto via tribunnews.com

Miris, moral anak jaman sekarang

Peristiwa yang seharusnya sepele, menjadi besar, moralnya anak jaman sekarang sudah rusak, banyak yang mengatakan akibat gangguan dari sinetron yang mempertontonkan aksi-aksi berkelahi, peristiwa ini juga mengingatkan para orang tua untuk lebih awas terhadap anak

Sebuah peristiwa yang mengingatkan orangtua untuk mengajarkan anak menerima kekalahan

Berita mengenaskan baru-baru terjadi di SDN Pakunden, Kediri, Jawa Timur.

Baca juga : Ibu Jangan Mainkan Semua Peran, Suatu Saat Nanti Kita Akan Meninggalkan Anak Kita

Seorang anak SD, berusia 12 tahun dianiaya teman-teman sekelasnya lantaran melakukan gol bunuh diri saat bermain sepak bola.

Tidak terima korban melakukan kesalahan, teman-temannya pun melakukan pemukulan.

Saat korban melakukan gol bunuh diri, beberapa teman-temanya tidak bisa menerima kekalahan hingga akhirnya menyebabkan korban dipukuli dan ditendang bahkan mengenai kemalvannya.

Seperti yang dikutip dari laman Tribun News, pihak guru dan orangtua korban mengatakan kalau korban sempat mengalami demam hingga akhirnya dirawat di ICU. Tidak hanya itu saja, korban pun sampai mengalami trauma.

Melakukan Gol Bunuh Diri, Bocah ini Dipukuli Teamnya Hingga Masuk ICU
Foto via tribunnews.com

Lewat peristiwa ini, ada pelajaran penting yang perlu orangtua cermati dan pelajari. 

Salah satunya, betapa pentingnya mengajarkan anak untuk menerima kekalahan sehingga tidak perlu melukai orang lain. Terlebih sampai berujung pada tindak penganiayaan.

Pernahkah membayangkan apa jadinya jika anak tumbuh menjadi sosok dewasa tanpa dibekali kemampuan menerima kekalahan?

Biar bagaimana pun tidak bisa menutup mata bahwa kelak anak-anak dewasa, mereka harus bisa menghadapi ‘pertandingan hidup’ yang lebih sulit.

Baca juga : Mertua Hanya Menganggap Sebagai Pembantu, dan Selalu Egois? Begini Menghadapinya

Bagaimana cara mengajarkan anak menerima kekalahan?

Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu kita ingat:

1. Anak perlu dilatih untuk mengalami kegagalan 
Jika selama ini Parents sering kali menuntut anak untuk melakukan hasil yang terbaik, mungkin sudah saatnya orangtua mengubah mind set tersebut. Ada kalanya anak pun harus diajarkan untuk untuk merasa gagal sehingga ia bisa menerima tekanan dalam hidupnya.

Dengan kemampuan untuk bisa menerima tekanan dalam hidupnya, anak pun bisa belajar menerima kekalahan.

Seperti pepatah bijak yang mengatakan, bahwa sebenarnya yang paling penting adalah bukan seberapa sering kita terjatuh, tapi seberapa kuat upaya kita untuk bisa bangkit lagi.

2. Melatihnya untuk memiliki empati dan simpati
Cara lain mengajarkan anak menerima kekalahan adalah melatihnya memiliki empati dan simpati. Empati atau simpati merupakan kecerdasan emosional yang perlu dilatih sejak dini. Sebuah rasa yang perlu dipelajari sejak dini.

Para pakar psikolog mengatakan hal paling utama adalah orangtua perlu lebih dulu menjadi contoh yang kongkret karena anak memang butuh role model. Serta mengajarkan anak untuk bisa mengenali dan mengidentifikasi perasaannya.

3. Jangan salah memberikan pujian
Tahukan Parents bahwa memberikan pujian ibarat pisau bermata dua. Tanpa disadari, jika anak selalu mendapat pujian, akan berisiko pada kemampuannya menerima kekalahan. Seperti yang dikatakan Anna Surti Ariana, Psikolog Anak dan Remaja, memuji tidak boleh dilakukan secara bombastis.

Hal inilah yang perlu diperbaiki. Karena memberikan pujiannya memang harus lebih mempertegas perilaku anak. Puji anak kalau memang ia pantas mendapatkannya.

4. Latih anak untuk bisa lebih bersenang-senang dan santai
Coba ingat-ingat, seberapa besar jiwa kompetitif yang Parents miliki? Seberapa sering Parents menuntut anak untuk menang dan selalu nomor satu? Percayalah, ketika Parents bisa lebih santai, kondisi ini pun bisa menular ke anak.

Seperti yang dikakatan Dr. Eileen Kennedy, salah satu kontributor buku Smart Parenting for Smart Kids, adalah wajar jika anak-anak, terutama prasekolah memiliki tingkat kompetisinya sangat tinggi. Hal yang perlu dilatih dan terpenting di sini adalah mengajarkan anak menerima kekalahan.

Untuk itulah Parents perlu mengarkan anak bahwa tidak apa-apa kalau sesekali tidak menjadi nomor satu. Ini menjadi salah satu hal penting untuk mengajarkan anak menerima kekalahan. Karena yang paling penting adalah bagaimana anak menikmati prosesnya. Biasakan bilang ke  anak, lakukanlah yang terbaik, bukannya jadilah yang terbaik.

Bagaimana? Semoga lewat peristiwa ini bisa mengingatkan kita semua untuk bisa melatih dan mengajarkan anak menerima kekalahan, ya.

SHARE ARTIKEL