2 Cara Allah Menghitung Amal Manusia Ketika Di Akhirat

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 17 May 2017
2 Cara Allah Menghitung Amal Manusia Ketika Di Akhirat

Setiap apa yang kita lakukan dan katakan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Itulah kenapa amal kita harus ditimbang dan dihitung untuk tahu apakah kita masuk surga atau neraka. Ada 2 Cara perhitungan amal manusia kelak di hari kiamat yang perlu kita ketahui agar kita selalu menabung amal baik sebagai bekal kehidupan akhirat kelak.

Sebagaimana pengadilan di dunia, Allah juga memiliki pngadilan untuk memperhitungkan seluruh amal manusia. Ternyata, ada beberapa cara Allah dalam menghitung amal manusia. Sebagaimana yang ada dalam kitab “Bahjatunnufuus” dimana ada dua cara perhitungan amal manusia, yaitu:

Dengan cara sembunyi-sembunyi

Perhitungan amal ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi di Mahkamah Ilahi. Seluruh kesalahan dan dosa-dosa yang sekiranya dapat membinasakannya, maka Allah akan menyembunyikannya di balik tirai. Oleh karena itu, beruntunglah seorang hamba yang telah disucikan oleh Allah dari segala dosa yang telah dilakukannya karena Allah telah memaafkannya sementara mereka sendiri tidak mengetahuinya.

Dengan cara terang-terangan

Semua amal baik dan buruk, baik dosa besar ataupun kecil akan dihadapkan pada mereka yang melakukannya. Semua itu akan diperhitungkan dengan begitu teliti sehingga tidak akan ada dosa atau kebaikan sebesar dzarah sekalipun yang terlewatkan.

Apabila kita ingin jenis pengadilan yang pertama dimana semua kesalahan dan dosa kita ditutupi oleh Allah maka Rasulullah pun bersabda bahwa tidaklah seseorang yang menutupi aib manusia lainnya di dunia melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari akhir kelak yaitu yaumul hisab dan dalilnya.

BACA JUGA : Orang-Orang Ini Mampu Mengenali Rumahnya di Surga

Namun, sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging untuk membicarakan keburukan orang lain, bahkan mereka merasa asyik dan senang melakukannya. padahal, kita sudah diingatkan bahwa tidak hanya orang lain yang memiliki aib, melainkan diri kita sendiri pun juga memiliki aib, bahkan bisa lebih besar atau buruk. Muhammad bin Waasi’ Rahimahullah pun mengatakan bahwa jika dosa-dosa itu mengeluarkan bau, maka tidak akan ada orang yang mau duduk dengannya.

Sebagai makhluk sosial maka kehidupan kita tidak bisa terlepas dari adanya orang lain. Sebagian besar orang hanya bisa melihat kita dari sisi luarnya saja. Bisa jadi, orang yang terlihat rajin beribadah dan taat beragama, ternyata ia memiliki aib yang tidak diketahui oleh orang lain namun tetap mendapatkan perhitungan amal di yaumul mahsyar.

Percayalah jika Anda memiliki aib tapi tidak ada orang lain yang mengetahuinya, hal itu berarti Allah telah menutupi aib Anda dari orang lain. Sadarilah bahwa kita memiliki banyak aib dimana jika Allah membukakan salah satunya saja maka semua pujian itu akan berubah menjadi hinaan dan celaan. Semua orang akan menjauhi kita karena aib yang kita miliki telah dibukakan oleh Allah.

Bersyukurlah jika sampai kini Allah belum membukakan aib diri kita. Namun, rasa syukur ini tidak cukup hanya dengan mengucapkan hamdallah saja, melainkan kita harus menjaga lisan kita agar tidak membicarakan keburukan orang lain. Kita memiliki lisan begitu juga dengan orang lain. Jika mereka berusaha menahan diri agar tidak membicarakan keburukan kita, lantas mengapa kita begitu murahnya membuka aib orang lain?

Ketika kita melihat, mendengar atau mengetahui orang lain melakukan keburukan maka lihatlah terlebih dahulu apa alasannya. Bisa saja mereka melakukannya karena terpaksa sehingga kita pun tidak berhak untuk menghakimi mereka tanpa tahu penyebabnya terlebih dahulu. Jagalah lisan kita agar tidak mendapatkan balasan dari Allah yang lebih pedih.
SHARE ARTIKEL