Jalan Kaki Dari Lampung Sampai Surabaya, Inilah Kisah Pilu "Keluarga Gerobak"
Penulis Unknown | Ditayangkan 11 Mar 2017 Keteratasan ekonomi sering menjadi alasan untuk seseorang berbuat nekat demi mencapai apa yang dia inginkan. Seperti yang dilakukan keluarga asal Surabaya ini.
BACA JUGA: Antara Dosa dengan Manusia dan Allah SWT, Kenapa Dosa Sesama Manusia Paling Rumit?
Abdul Ghani, yang merupakan kepala keluarga ini nekat memboyong istri dan keempat anaknya yang masih kecil untuk pergi dari Lampung ke Surabaya dengan berjalan kaki. Pria 47 tahun itu terpaksa melakukannya karena tidak punya ongkos untuk pulang.
Dikutip dari liputan6, Ghani yang merupakan pekerja pabrik arang di Lampung itu menumpang di rumah temannya bersama keluarga kecilnya tersebut saat merantau kesana.
⠀
"Jadi saya merantau kerja di Lampung diajak teman. Saya ajak keluarga juga di sana," kata Ghani saat berada di rumah dinas Bupati Purwakarta, Sabtu (11/3). Saat melintas di Purwakarta, Ghani bertemu dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Bekerja di pabrik arang, Ghani hanya mendapat penghasilan Rp 60 ribu per harinya. Penghasilan itu cukup untuk menghidupi keluarganya. Sedikit-sedikit Ghani dan istrinya, Nurhayati (32), menabung untuk biaya sekolah.
Singkat cerita, keluarganya mendapat musibah. Berkas-berkas administrasi, mulai kartu tanda kependudukan (KTP) hingga kartu keluarga (KK), hilang, sehingga Ghani ingin pulang ke Surabaya mengurus itu.
Namun Ghani hanya memiliki uang Rp 870 ribu. Uang itu tentunya tidak akan cukup untuk ongkos pulang ke Surabaya keluarganya. Akhirnya Ghani memutuskan membeli sebuah gerobak seharga Rp 650 ribu.
Gerobak inilah yang Ghani gunakan sebagai alat untuk membawa istri dan keempat anaknya. Perjalanannya itu dimulai dari tempat tinggalnya menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung sambil mendorong gerobaknya.
⠀
"Walaupun saya nggak punya, saya nggak mau sampai ngemis. Kalau ada yang ngasih bantuan, saya terima, tapi saya nggak minta," tegas Ghani.
Ghani membutuhkan waktu 20 hari berjalan kaki untuk sampai di Purwakarta. Prihatin dengan kondisi keluarga itu, Dedi pun memberikan bantuan berupa biaya untuk pulang ke Surabaya dan modal usaha untuk Ghani meneruskan kehidupan di kampung halamannya. "Semoga ini (bantuan) bermanfaat untuk usaha bapak dan ibu di Surabaya," ucap Dedi.
BACA JUGA: Antara Dosa dengan Manusia dan Allah SWT, Kenapa Dosa Sesama Manusia Paling Rumit?
Abdul Ghani, yang merupakan kepala keluarga ini nekat memboyong istri dan keempat anaknya yang masih kecil untuk pergi dari Lampung ke Surabaya dengan berjalan kaki. Pria 47 tahun itu terpaksa melakukannya karena tidak punya ongkos untuk pulang.
Dikutip dari liputan6, Ghani yang merupakan pekerja pabrik arang di Lampung itu menumpang di rumah temannya bersama keluarga kecilnya tersebut saat merantau kesana.
⠀
"Jadi saya merantau kerja di Lampung diajak teman. Saya ajak keluarga juga di sana," kata Ghani saat berada di rumah dinas Bupati Purwakarta, Sabtu (11/3). Saat melintas di Purwakarta, Ghani bertemu dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Bekerja di pabrik arang, Ghani hanya mendapat penghasilan Rp 60 ribu per harinya. Penghasilan itu cukup untuk menghidupi keluarganya. Sedikit-sedikit Ghani dan istrinya, Nurhayati (32), menabung untuk biaya sekolah.
Singkat cerita, keluarganya mendapat musibah. Berkas-berkas administrasi, mulai kartu tanda kependudukan (KTP) hingga kartu keluarga (KK), hilang, sehingga Ghani ingin pulang ke Surabaya mengurus itu.
Namun Ghani hanya memiliki uang Rp 870 ribu. Uang itu tentunya tidak akan cukup untuk ongkos pulang ke Surabaya keluarganya. Akhirnya Ghani memutuskan membeli sebuah gerobak seharga Rp 650 ribu.
Gerobak inilah yang Ghani gunakan sebagai alat untuk membawa istri dan keempat anaknya. Perjalanannya itu dimulai dari tempat tinggalnya menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung sambil mendorong gerobaknya.
⠀
"Walaupun saya nggak punya, saya nggak mau sampai ngemis. Kalau ada yang ngasih bantuan, saya terima, tapi saya nggak minta," tegas Ghani.
Ghani membutuhkan waktu 20 hari berjalan kaki untuk sampai di Purwakarta. Prihatin dengan kondisi keluarga itu, Dedi pun memberikan bantuan berupa biaya untuk pulang ke Surabaya dan modal usaha untuk Ghani meneruskan kehidupan di kampung halamannya. "Semoga ini (bantuan) bermanfaat untuk usaha bapak dan ibu di Surabaya," ucap Dedi.