Antara Dosa dengan Manusia dan Allah SWT, Kenapa Dosa Sesama Manusia Paling Rumit?

Penulis Unknown | Ditayangkan 11 Mar 2017

Dosa sudah menjadi “teman” manusia sejak awal keturunannya, yakni nabi Adam AS. Dosa inilah yang harus dikontrol oleh manusia agar tidak menjadi penghambat masuk ke surge di akhirat kelak.

Dikutip dari infondunia, Bicara soal dosa seseorang, Imam Attaillah Askandary dalam Al-Hikam mengajarkan, jika kita terlanjur berbuat dosa, janganlah dijadikan alasan untuk berputus asa dalam menggapai Istiqomah di jalan Allah.

Hal itu dikarenakan, menurut Ibn Attaillah, bukan tidak mungkin dosa kita tersebut adalah justru dosa terakhir yang ditakdirkan kepada kita. Dengan kata lain, keputusasaan mencari maaf dan taubat akan berpengaruh pada diri sang pemilik kesalahan atau dosa.

Antara Dosa dengan Manusia dan Allah SWT, Kenapa Dosa Sesama Manusia Paling Rumit?

BACA JUGA: Jokowi: "Anggaran e-KTP Triliunan, Tapi Cuma Dapat KTP Plastik?"

Sementara itu, seorang tokoh sufi AI-Ghazali (lahir di Thus 450 H/1058 H) atau yang lebih dikenal dengan Imam Al-Ghazali menguraikan ada 3 macam dosa. Dua dosa berhubungan kepada manusia dan Allah, sementara satunya merupakan antar manusia.

Dosa pertama, yaknio meninggalkan kewajiba. Seperti tidak mengerjakan shalat 5 waktu. Kedua, dosa antara manusia dan Allah, yakni mengabaikan larangannya. Seperti minum khamr, riba atau berzina. Dua dosa ini menurut Al-Ghazali dapat dihapus atau ditutup dengan taubat.

Ketiga, dosa antar manusia, antara lain menyangkut urusan harta benda, urusan diri, urusan perasaan, urusan kehormatan, dan urusan agama. Namun, Dosa jenis ketiga inilah yang justru paling rumit, sebab Allah Swt tidak akan mengampuni kita sebelum manusia yang bersangkutan memaafkannya.

Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Alquran” menjelaskan, kata maaf berasal dari bahasa Alquran Al-Afwu yang berarti "menghapus". Hal itu dikarenakan mereka yang memaafkan adalah orang yang menghapus bekas-bekas luka di hatinya.

Menurutnya, bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu di dalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahap "masih menahan amarah".

SHARE ARTIKEL