Bagaimana Jika Wudhu Batal Saat Zikir Setelah Shalat

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 07 Mar 2017
Bagaimana Jika Wudhu Batal Saat Zikir Setelah Shalat

Segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Batal wudhu saat sedang melaksanakan shalat, tentu saja membatalkan shalat kita. Namun bagaimana jika saat berzikir selesai shalat wudhu kita batal?

Mengutip voa-islam, membaca kalimat-kalimat zikir yang berupa tasbih, tahmid, takbir, istighfar, dan lainnya tidak harus dalam kondisi suci; baik dari hadats kecil maupun hadats besar. Maka seseorang boleh berzikir dalam kondisi junub; atau dalam kondisi haid atau nifas bagi wanita. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

“Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa berdzikir dalam setiap kesempatan waktunya.” (HR. Muslim)

Jadi jika wudhu kita batal saat zikir setelah shalat maka hal itu masih diperbolehkan. Namun jika berzikir dalam kondisi suci itu lebih utama. Sebagian ulama menilainya termasuk sunnah. Hal ini didasarkan kepada hadits Abi Juhaim bin al-Harits Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:

أَقْبَلَ النَّبِيُّ مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ فَلَقِيَهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى الْجِدَارِ فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ وَيَدَيْهِ ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ

“Nabi kembali dari Bi’r Jamal (sebuah kota terkenal dekat kota Madinah) lalu seseorang bertemu dengan beliau seraya mengucapkan salam, Nabi tidak menjawabnya hingga beliau menemukan tembok dan mengusap wajah dan tangannya kemudian menjawab salam orang tadi.” (Muttafaq ‘Alaih)

Baca Juga: Menempelkan Kaki Saat Sholat Berjama’ah, Adakah Anjuran Rasulullah?

Dalam hadits al-Muhajir bin Qunfud Radhiyallahu 'Anhu, ia mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat beliau berwudhu, beliau tida menjawabnya sehingga selesai dari wudhu’nya, baru menjawab salamnya. Beliau bersabda,

إني كرهت أن أذكر الله عز وجل إلا على طهارة

“Sesungguhnya aku tidak suka berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla kecuali dalam keadaan suci”. Atau beliau mengatakan, “kecuali dengan bersuci.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad. Al-Syaikh Al-Albani berkata hadist ini shahih)

Imam Nawawi Rahimahullah berkata,

أجمع المسلمون على جواز قراءة القرآن للمحدث -يعني حدثاً أصغر-، والأفضل أن يتطهر لها

“Kaum muslimin sepakat atas bolehnya membaca Al-Qur'an bagi orang yang berhadats –yakni hadats besar-, dan paling utama ia bersuci untuk membaca Al-Qur'an.”

Imam al-Syaukani berkata, “Apabila hadats kecil tidak melarangnya dari membaca Al-Qur'an, padahal ia zikir paling utama. Maka bolehnya zikir selainnya adalah lebih kuat.”

Karenanya, untuk berzikir tidak harus dalam kondisi suci atau punya wudhu. Namun kalau berwudhu ketika akan zikir ini lebih baik dan lebih utama. Wallahu A’lam.
SHARE ARTIKEL